arrow_upward

Dari Bimtek Peningkatan Pemangku Kebudayaan; Ketua DPRD Sumbar: Payakumbuh Harus Manfaatkan Potensi Budaya dan Sejarah

Sabtu, 27 Juli 2024 : 18.18

 

Ketua DPRD Sumbar, Supardi, bersama narasumber dalam “Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan Kota Payakumbuh”. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26-28 Juli 2024 itu digelar di Hotel Tripletree Bukittinggi. 

BUKITTINGGI, ANALISAKINI.ID—Banyak celah yang bisa dimanfaatkan untuk pemajuan daerah. Tidak hanya soal kekayaan sumber daya alam, tapi kebudayaan dan sejarah juga merupakan aset kekayaan penting yang berpotensi bisa membawa kemajuan suatu daerah. Artinya, jika tidak dilestarikan dan dieksplorasi maka daerah amat merugi. 

Ketua DPRD Sumbar, Supardi, menegaskan hal itu saat membuka “Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan Kota Payakumbuh”, pada 26-28 Juli 2024 di Hotel Tripletree Bukittinggi. 

Kegiatan tersebut diikuti para ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan parik paga nagari se Kota Payakumbuh.

Menurut Supardi, Payakumbuh harus segera mengubah nasib. Jika tidak maka kota ini akan terpuruk. Dan, untuk mengubah nasib, tentu harus ada pemacunya. Sementara Payakumbuh tidak memiliki banyak sumber daya alam dan tempat wisata yang bisa dijual untuk memajukan daerah. 

"Kita ketehaui, Payakumbuh hanya kota transit. Makanya, kita harus mengubah nasib kota ini dengan kebudayaan dan sejarah. Inilah aset kekayaan kita," ujar Supardi. 

Katanya, selama ini penopang perekonomian Payakumbuh adalah UMKM dan kuliner. Kedua sektor ini pun terancam tergerus, apalagi jika tol Padang- Pekanbaru selesai. Kuliner dan UMKM bisa ikut mati, jika tak ada terobosan untuk mengubah daerah ini menjadi kota tujuan. 

"Untuk itulah, mengapa saya getol membuat Festival Maek. Payakumbuh akan ikut terkena dampak positifnya jika kawasan Maek menjadi wilayah wisata khusus tempat berkumpulnya para peneliti dan arkaelog dunia," katanya. 

Betapa tidak, Maek merupakan aset sejarah luar biasa yang dimiliki Sumbar. Bahkan peradabannya diprediksi ada sejak 4 ribu tahun sebelum masehi. Maek harus mendunia.

Supardi mengatakan, mengekplorasi kebudayaan dan sejarah bukanlah hal yang buruk. Justru itu termasuk sebagai upaya melestarikannya. Bahkan tanpa kebudayaan maka daerah dan masyarakat akan kehilangan identitas. 

“Jika daerah lain tak malu mengekspos budaya mereka, maka Sumbar termasuk Payakumbuh juga tak boleh malu. Jika Bali mengekspos Tari Kecak, kita juga punya banyak tarian hebat, Tari Payung, Tari Pasambahan dan banyak lain. Sayangnya semua kekayaan budaya dan sejarah itu, tak pernah serius diekspos selama ini," tegasnya. 

Makanya, menurut Supardi, tidak seharusnya lagi para pemangku kebudayaan, Ninik mamak, para datuak, bundo kandung bahkan masyarakat untuk santai-santai saja melihat situasi di Payakumbuh saat ini.

Ia mengatakan, memang tanggung jawab pemerintah untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat. Namun tanpa dukungan seluruh pihak di masyarakat tersebut itu sendiri maka hal itu sulit terwujud. 

Itulah mengapa, lanjut Supardi, harus ada terobosan untuk menjadikan Payakumbuh kota yang besar dan maju. Salah satunya melalui eksplorasi kebudayaan dan sejarah. (n-r)

 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved