arrow_upward

Walhi Sumbar: Longsor Lembah Anai Akumulasi Krisis Ekologi

Minggu, 12 Mei 2024 : 21.47

 

Salah satu ruas jalan yang longsor akibat tergerus banjir bandang di Lembah Anai, Sabtu (11/05/2024) (ist)

 PADANG, ANALISAKINI.ID--Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar menilai, terjadinya bencana longsor di kawasan Lembah Anai sebagai akumulasi krisis ekologi. Kemudian diperparah dengan sikap pemerintah provinsi yang terlambat melakukan penanganan atau eksekusi pembongkaran terhadap bangunan-bangunan di kawasan tersebut.

"Walhi Sumbar menilai yang terjadi di kawasan Lembah Anai adalah bencana ekologis, bukan bencana alam. Ini terjadi karena akumulasi krisis ekologi. Kini bisa kita lihat, dampaknya meluas, korbannya juga banyak," ujar Direktur Walhi Sumbar, Wengky Purwanto, Minggu (12/5/2024).

Wengky menilai, pemerintah lupa menyelesaikan akar dari dampak yang bakal terjadi di kawasan itu, baik terkait ketentuan tata ruang, analisis risiko bencananya, ataupun soal prinsip lingkungan hidup yang memang seharusnya perlu dijaga dan penting untuk diperhatikan.

Pihaknya pun sudah mengingatkan bahwa kawasan Lembah Anai memang rentan terjadinya banjir dan longsor, kalau masih saja pembangunan di kawasan itu dilakukan tanpa menitikberatkan kepada analisis dan aturan terkait lingkungan.

"Seharusnya, dalam mengeluarkan izin investasi, pemerintah tidak hanya mengedepankan peningkatan dari segi ekonomi dan sosial saja, tapi yang terpenting adalah aspek lingkungannya," katanya.

Padahal menurut Wengky, misalnya saja untuk bangunan Cafe Xakapa yang kini hanyut diterjang banjir bandang itu, pada Februari 2023 lalu sudah dilakukan pembahasan oleh Dewan Sumber Daya Air, dan direkomendasikan bangunan itu dan juga beberapa bangunan lain di sekitarnya untuk dibongkar, tapi hingga setahun kemudian, proses eksekusi tidak juga dijalankan pemerintah setempat.

"Xakapa dan pembangunan rest area di sekitarnya itu sudah dinyatakan melanggar. Sudah direkomendasikan dibongkar sejak awal tahun lalu, dan sudah sampai SP3. Dan kini, karena lama proses eksekusi, alam yang memulihkan sendiri," ujar Wengky.

Dia pun mengatakan, atas kejadian ini pemerintah provinsi dan BKSDA adalah pihak yang paling bertanggung jawab.

Dia pun menilai, pemerintah tidak bisa sembarangan dalam mengizinkan investasi, walaupun dibuat dengan istilah taman wisata alam, karena memang ada ancaman bencana, dan semakin parah jika tidak memperhatikan prinsip lingkungan hidup dan analisis risiko bencananya.

"Sebelumnya juga pernah ada rencana pembangunan plaza di kawasan Lembah Anai, setelah dikritik, akhirnya pembangunannya batal. Praktik fasilitasi investasi tanpa melihat aturan dan mengabaikan prinsip lingkungan ke depannya kita harap tidak terjadi lagi. Karena bencana yang terjadi ini bukti gagalnya pemerintah menjaga dan melestarikan lingkungan yang akhirnya berdampak buruk dan makan korban," tegasnya.

 

BKSDA: Tak Ada Eksploitasi

Sementara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar memastikan tidak ada eksploitasi di kawasan hutan sebagai penyebab banjir bandang yang melanda di kawasan Lembah Anai. Hal itu diperkuat, setelah tim yang berada di lapangan menemukan material-material yang dibawa akibat banjir bandang tersebut.

"Dari material yang kita lihat banyak kayu-kayu beserta dengan akarnya terbawa arus. Di sini kita bisa menyimpulkan adanya bendungan air dari hulu yang tidak tertampung sehingga mengakibatkan kayu beserta akarnya dibawa arus tersebut," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar, Eka Damayanti, Minggu (12/5).

Eka mengatakan, pihaknya bersama tim di lapangan dan stakeholder terkait sudah mengumpulkan data-data yang mengakibatkan bencana alam yang melanda di sejumlah daerah.

"Kita sudah kumpulkan data-data, potensi kerawanan bencana itu ada. Dan seharusnya pihak terkait sudah bisa memetakan kerawanan bencana alam itu. Untuk kerawanan bencana ini kondisi situasi itu berkembang," ujar Eka.

Dikatakan, pihaknya hingga saat ini masih melakukan monitoring potensi bencana susulan yang bakan terjadi. Diharapkan kepada warga masyarakat agar jangan berada di titik-titik lokasi bencana.

"Kita sudah mengidentifikasi lokasi yang terdampak, jadi kita tegaskan tidak ada eksploitasi hutan. Fenomena ini terjadi adanya bendungan air yang di hulu yang tidak tertampung sehingga mengakibatkan longsor maupun banjir bandang," katanya. (‎wy/der)

 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved