arrow_upward

PSB Unand Apresiasi Simulasi Gempa dan Tsunami Pemko Padang

Selasa, 04 November 2025 : 20.32


Padang, Analisakini.id-Pusat Studi Bencana (PSB) Unand memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Padang yang mengajak warga berpartisipasi aktif dalam Simulasi Gempa dan Tsunami pada 5 November 2025.

Kegiatan ini dinilai penting untuk meningkatkan kesadaran serta kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana besar di pesisir barat Sumatera.

Meski demikian, hasil kajian terbaru PSB Unand menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan warga Kota Padang masih tergolong rendah.

Minimnya latihan dan terbatasnya kemampuan teknis masyarakat dalam menghadapi situasi darurat disebut sebagai penyebab utama.

“Rendahnya intensitas latihan menyebabkan masyarakat kurang siap secara praktis ketika menghadapi situasi darurat,” ujar Prof. Dr. Ir. Abdul Hakam, MT, PhD, Pengurus PSB Unand Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Senin (4/11) di Padang.

Menurutnya, hampir seluruh kelurahan di Padang masih berada pada kategori rendah dalam hal mitigasi bencana.

Wilayah seperti Sungai Sapih, Jati, Sawahan, Anak Air, Belimbing, Ulu Gadut, dan Lubuk Begalung dinilai memiliki kesiapan minim.

Sementara itu, kapasitas fisik seperti infrastruktur penyelamatan, peralatan darurat, dan akses jalur evakuasi juga masih terbatas.

“Kelurahan seperti Sungai Sapih, Sawahan, Belimbing, dan Limau Manis menunjukkan keterbatasan fasilitas. Hanya beberapa seperti Kantos BWSS V Khatib Sulaiman/Ulak Karang Selatan dan Lolong Belanti yang masuk kategori sedang,” jelasnya.

Abdul Hakam menambahkan, pemahaman warga terhadap ancaman gempa Megathrust dan potensi tsunami besar masih rendah.

“Sebagian besar masyarakat di Sungai Sapih, Jati, Sawahan, dan Belimbing belum memahami karakter ancaman gempa besar dan langkah penyelamatan diri yang tepat. Hanya wilayah seperti Gunung Pangilun, Limau Manis, dan Parupuk Tabing yang mulai menunjukkan peningkatan,” katanya.

Koordinasi antara warga, kelompok siaga bencana, dan pemerintah juga dinilai belum optimal.

“Belimbing/Kuranji dan Sungai Sapih menunjukkan koordinasi rendah. Namun ada contoh baik seperti di Limau Manis, Lolong Belanti, dan Kantos BWSS V Khatib Sulaiman, di mana koordinasi antar lembaga dan masyarakat sudah berjalan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Drs. Rinaldi Ekaputra, M.Si, sosiolog bencana dari PSB Unand, menilai rendahnya pengetahuan kebencanaan disebabkan oleh kurangnya edukasi mitigasi, lemahnya komunikasi risiko, serta minimnya kesadaran masyarakat terhadap potensi ancaman di sekitarnya.

“Pemko Padang perlu memperkuat program literasi dan edukasi kebencanaan secara berkelanjutan. Infrastruktur fisik seperti shelter, jalur evakuasi, dan alat komunikasi darurat juga harus terus dipelihara,” tegas Rinaldi.

Ia mengingatkan, ancaman gempa besar dan tsunami akibat aktivitas Megathrust di barat Sumatera merupakan bahaya nyata yang tak bisa diabaikan.

“Gempa bumi tidak bisa diprediksi. Karena itu, latihan rutin dan koordinasi lintas elemen masyarakat penting untuk meminimalkan korban,” ujarnya.

Dengan simulasi bencana yang akan digelar 5 November, PSB Unand berharap partisipasi warga dapat menjadi langkah awal membangun Padang yang tangguh, sadar risiko, dan siap menghadapi ancaman alam di masa depan.(rl)

 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved