Padang, Analisakini.id-Kepala BMKG Padang Panjang Suaidi Ahadi menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman tsunami.
Hal itu disampaikannya usai simulasi evakuasi bencana tsunami (Tsunami Drill) yang digelar Pemerintah Kota Padang pada Rabu (5/11/2025).
Simulasi tersebut diawali dengan latihan gempa bumi dan bunyi sirine tsunami pada pukul 10.00 WIB.
Warga sekitar Jalan Jenderal A. Yani, Kelurahan Olo, Kecamatan Padang Barat, berlarian menuju shelter Hotel Santika Padang, salah satu titik evakuasi resmi di kota itu.
Menurut Suaidi, waktu emas atau “golden time” untuk masyarakat pesisir Padang dalam melakukan evakuasi sangat terbatas.
“Untuk wilayah pesisir Sumatera Barat, golden time kita cuma 20–30 menit ketika sumber tsunaminya berasal dari megathrust," ujar Suaidi Ahadi kepada TribunPadang.
Namun, kalau di Kepulauan Mentawai, waktunya lebih singkat lagi, kurang dari 10 menit.
Suaidi menjelaskan, kegiatan simulasi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sarana untuk melatih otak dan refleks masyarakat dalam merespons tanda-tanda alam.
“Latihan ini untuk melatih otak kita agar siap. Bagaimana masyarakat merespons gejala alam, sistem, dan komunikasi, agar bisa melakukan evakuasi mandiri,” katanya.
Ia menambahkan, peran instansi seperti Pemko Padang, TNI-Polri, Basarnas, BPBD, dan BNPB juga sangat penting dalam membaca dan menindaklanjuti peringatan dini tsunami dari BMKG.
Kalau peringatan dini level 1, 2, dan 3, petugas hanya mendata, belum mengevakuasi korban.
"Tapi kalau sudah peringatan dini 4, baru dilakukan evakuasi korban oleh TNI, Polri, dan instansi terkait,” jelas Suaidi.
Meski pelaksanaan simulasi berjalan lancar, Suaidi mencatat masih adanya kendala dalam sistem komunikasi antarinstansi.
“Kalau catatan kami, memang komunikasi masih jadi tantangan. Kita masih gagap komunikasi. Ini baru latihan, apalagi kalau kejadian sebenarnya,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu masalah yang muncul adalah belum adanya frekuensi komunikasi tunggal saat simulasi berlangsung.
“Komunikasi harus satu frekuensi, jangan banyak frekuensi. Tadi bahkan Pak Wali sempat bingung frekuensi yang mana. Jadi ini yang harus ditetapkan ke depan satu frekuensi untuk komando,” tegasnya.
Suaidi juga mengapresiasi keputusan Pemerintah Kota Padang yang menetapkan 5 November sebagai hari rutin pelaksanaan Tsunami Drill setiap tahun.
“Tadi sudah disampaikan Pak Wali, setiap tanggal 5 November kita akan gelar tsunami drill. Ini sangat bagus untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan evaluasi sistem peringatan dini kita,” tutupnya. (sumber : tribunpadang)
Bagikan