arrow_upward

Ketua DPRD Sumbar Ajak Pelaku UMKM Punya Pola Pikir Visioner dan Bangun Usaha dengan Nilai-nilai Religius

Selasa, 15 Juli 2025 : 16.49

 

Ketua DPRD Sumbar Muhidi, jadi narasumber Bimtek Pluzi Academy Angkatan IV di Aula PLUT KUMKM Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Selasa (15/7/2025). (humasdprdsb)

PADANG, ANALISAKINI.ID--Para elaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam membangun usaha, seyogyanya tidak hanya dengan strategi bisnis belaka, namun juga dengan melibatkan nilai-nilai religius dalam setiap proses yang dilalui.

Hal tersebut disampaikan Ketua DPRD Sumatera Barat, Muhidi, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pluzi Academy Angkatan IV di Aula PLUT KUMKM Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Selasa (15/7/2025).

Pluzi Academy Angkatan IV ini diikuti oleh ratusan peserta dan berlangsung selama empat hari. Kegiatan ini terdiri dari dua tingkatan, yakni pelatihan dasar dan lanjutan. Tingkatan lanjutan difokuskan pada pemetaan potensi usaha masing-masing peserta, agar pembinaan bisa dilakukan lebih spesifik dan tepat sasaran.

"Ya, libatkan Allah dalam membangun usaha. Jaga shalat tepat waktu, bangun di sepertiga malam, dan tanamkan mindset positif sejak dini. Ini pondasi mental pengusaha yang kuat," ujar Muhidi.

Dia pun menekankan pentingnya membentuk pola pikir pengusaha yang visioner dan berjiwa sosial. Menurutnya, orang-orang sukses umumnya dikelilingi oleh lingkungan yang menginspirasi.

"Untuk itu, bergaullah dengan orang hebat, maka cara berpikir kita ikut tumbuh. Dan jangan lupa, Allah akan menolong mereka yang suka menolong sesama," ujarnya.

Sebagai Ketua DPRD, Muhidi menegaskan komitmennya terhadap pengembangan UMKM di Sumbar. Ia menyebut DPRD memiliki tiga fungsi utama, yakni legislasi, anggaran, dan pengawasan. Selain itu, anggota DPRD juga memiliki ruang untuk menyerap dan mengarahkan Pokok-Pokok Pikiran (Pokir) demi mendukung pemberdayaan UMKM.

"Betapa tidak, UMKM adalah tulang punggung ekonomi daerah. Maka pelaku usahanya harus diperkuat dari segi kapasitas hingga kemudahan pembiayaan," jelasnya.

Dalam diskusi tersebut, juga disampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi pelaku UMKM di Sumbar. Salah satunya terkait mahalnya bahan baku karena sebagian besar harus didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini menimbulkan ongkos produksi yang tinggi, apalagi minimnya industri pengolahan bahan baku di Sumatera Barat.

Sementara, Rahmat Hidayat, salah seorang pelaku industri kreatif, mengungkapkan bahwa bahan seperti styrofoam dan kemasan khusus lebih murah dan mudah didapat di Pulau Jawa. "Karena pasar dan pabrik terkonsentrasi di sana, kita yang di daerah jadi kena biaya logistik tinggi," katanya.

Sebagai solusi, Muhidi mengajak pelaku UMKM untuk memperkuat silaturahmi dan kolaborasi antar pelaku usaha, termasuk dengan calon investor. Ia juga menekankan pentingnya improvisasi dalam model bisnis dan berbagi sumber daya, seperti bahan baku dan akses pasar.

"Yang jelas, UMKM harus mulai membangun usaha berbasis kebersamaan. Biaya  produksi bisa ditekan jika kita berkolaborasi, baik dalam transportasi bahan baku maupun dalam hal pemasaran," tutupnya. (n-r-t)

 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved