arrow_upward

Komisi V DPRD Sumbar Rapat Bersama Mitra Kerja, Bahas Tindak Lanjut LHP BPK dan PPA 2024

Selasa, 17 Juni 2025 : 15.27

 

Komisi V DPRD Sumbar rapat kerja dengan OPD mitra terkait membahas tindak lanjut LHP BPK dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2024, Selasa (17/6/2025) di gedung DPRD setempat. (humasdprdsb) 

PADANG, ANALISAKINI.ID--Komisi V DPRD Provinsi Sumatera Barat melaksanakan rapat kerja membahas tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK) dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (PPA) Tahun 2024, Selasa (17/6/2025) di gedung DPRD setempat. 

Rapat dihadir sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang merupakan mitra kerja Komisi V, yang membidangi sektor kesejahteraan masyarakat.  

Akan halnya seperti di sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak serta bidang lainnya. 

Anggota Komisi V, Endarmy, mengatakan, terkait sektor yang menjadi tanggung jawab Komisi V ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian. Salah satunya gagalnya Dinas Pendidikan dalam merealisasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Padahal, nilainya mencapai miliaran rupiah. 

"Ya, ini perlu dicari penyebabnya agar tidak terulang lagi di tahun 2025 ini," tegas Endarmy. 

Ia juga menyoroti perihal nasib yang menimpa sejumlah guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Mereka baru saja lulus PPPK setelah lama berstatus guru honor. 

"Setelah lulus menjadi PPPK, mereka malah ditugaskan di sekolah yang letaknya jauh dibanding sekolah lama. Belum lagi ada permasalahan jam mengajar yang tak bisa dicukupi. Ini menjadi dilema bagi para guru tersebut dan mesti diperhatikan pihak Dinas Pendidikan karena SMA merupakan kewenangan pemerintah provinsi," ujarnya. 

Sementara, Sri Kumala Dewi, anggota Komisi V lainnya, menyoroti masalah kesehatan. Katanya, untuk permasalahan kesehatan di desa-desa dan nagari-nagari sangat perlu penanganan khusus. Terutama dalam hal peningkatan pencegahan penyakit, deteksi dini penyakit tidak menularmelalui Pos Binaan. 

Selain itu, menurut Sri,  angka stunting di Sumatera Barat masih cukup tinggi di beberapa kabupaten/kota. 

Ya, salah satu yang mempengaruhi angka stunting selain masalah air yang kami sampiakan di atas yaitu masih cukup tinggi angka perceraian yang kerap diikuti pernikahan kedua. Lalu, kehamilan pasca pernikahan kedua ini beresiko mengalami stunting.

“Ini masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah provinsi," urainya. (n-r-t)

 


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved