Jakarta, Analisakini.id-Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, resmi membuka babak baru pengembangan energi terbarukan di Indonesia dengan merayakan financial close Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit II senilai Rp 8,2 triliun. Acara celebration dinner yang digelar di The Langham Ballroom, Jakarta, ini menandai kesiapan pendanaan proyek strategis yang akan menyuplai listrik bagi 760.000 rumah tangga di Sumatera.
Dalam sambutannya, Buya Mahyeldi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, PT. Supreme Energy, dan investor asal Jepang-Australia untuk mewujudkan transisi energi bersih. "Proyek ini bukan hanya tentang ketahanan listrik, tapi juga pemerataan ekonomi dan lapangan kerja bagi masyarakat Solok Selatan dan sekitarnya," ujarnya, disambut tepuk tangan meriah.
PLTP Muara Laboh Unit II berkapasitas 80 MW ini merupakan bagian dari fase pengembangan yang akan mencapai total 140 MW. Proyek ini menjadi tulang punggung pasokan listrik di Sumatera Tengah, sekaligus mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkan potensi geothermal terbesar ke-2 di dunia yang dimiliki Indonesia.
Gubernur juga mengungkapkan bahwa kehadiran PT. Supreme Energy telah membawa dampak nyata bagi masyarakat, seperti:
- CSR untuk pembangunan fasilitas umum di Solok Selatan.
- Beasiswa pendidikan bagi pemuda lokal.
- Perbaikan infrastruktur jalan untuk mobilisasi logistik proyek.
Proyek ini didukung oleh konsorsium internasional, termasuk Jepang (SUMITOMO, INPEX) dan Australia, dengan pendanaan dari JBIC, ADB, serta NEXI. Chairman PT. Supreme Energy, Supramu Santosa, menyatakan komitmennya: "Kami akan memastikan proyek beroperasi pada 2028, dengan standar keberlanjutan tertinggi."
Dalam pidatonya, buya Mahyeldi memaparkan bahwa Sumatera Barat masih menyimpan 19 titik potensi geothermal lain yang siap dikembangkan, tersebar di Kab. Solok, Pasaman, Agam, hingga Tanah Datar. "Ini peluang emas bagi investor untuk berkontribusi pada energi bersih," tandasnya. (rl)
Bagikan