Padang, Analisakini.id-
Abu Bakar Ash Shiddiq lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafa pada tahun 573 M dan wafat pada 23 jumadil akhir tahun 13 H setelah tahun Gajah, bertepatan pada usianya ke-63 tahun. Abu Bakar merupakan putra dari keluarga bangsawan terhormat yang ada di makkah. Sebelum masuk islam, Beliau bernama Abdul Ka’bah. Ayahnya yang bernama Utsman bin Amir masuk islam tepat pada peristiwa Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah).
Pada usia ke-63 tahun, Abu Bakar Ash Shiddiq meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Dirinya dimakamkan di rumah putrinya, Aisyah, tepatnya di dekat Masjid Nabawi. Abu Bakar disebut-sebut sebagai sosok yang selalu menemani Nabi Muhammad SAW sejak masuk islam hingga wafat. Yap, Abu Bakar Ash Shiddiq ini adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. Sebelum masuk islam, namanya adalah Abdul Ka’ab yang kemudian diganti menjadi Abdullah.
Berdasarkan kitab Hayatus Sahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk agama Islam setelah diajak langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, Abu Bakar menjadi sosok pendakwah ajaran Islam kepada beberapa tokoh penting, sebut saja ada Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan masih banyak lainnya. Sayangnya, istri Abu Bakar yang bernama Qutailah binti Abdul Uzza enggan menerima Islam sebagai agamanya, sehingga diceraikan oleh Abu Bakar. Sementara istrinya yang lain yakni Ummu Ruman, bersedia menjadi seorang muslimah.
Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar Ash Shiddiq sudah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari. Pada saat itu, dirinya hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur dan tidak dapat melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Berhubung Abu Bakar selalu ditunjuk sebagai imam masjid, tetapi kala itu tengah sakit, maka digantikan oleh Umar bin Khattab supaya shalat berjamaah tetap dapat berjalan.
Abu Bakar pun meninggal pada usia ke-63 tahun dan jenazahnya dimandikan oleh istrinya yang bernama Asma’ binti Amisy, sesuai dengan wasiatnya. Terkait penyebab sakitnya ini, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Abu Bakar mengonsumsi makanan yang telah diracun oleh seorang yahudi. Kala itu, Abu Bakar tengah memakannya bersama al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid, yang kemudian keduanya mengalami penyakit sama dan meninggal di hari yang sama pula.
Dalam hal pernikahan, Abu Bakar telah menikah dengan 2 orang istri di Makkah, yakni Qatilah binti al-’Azy dan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimar. Dari istri pertama, dirinya dianugerahi dua orang anak bernama Abdullah dan Asma. Sementara dari istri keduanya, dirinya dianugerahi dua anak pula yakni Abdurrahman dan Aisyah.
Setelah masuk Islam dan berhijrah ke Madinah, Abu Bakar menikah lagi dengan dua orang istri yakni Habibah binti Kharijah dan Asma’ binti Umais. Dari istri ketiga, Abu Bakar dianugerahi anak bernama Ummu Kultsum yang lahir setelah dirinya meninggal dunia. Ketika Ummu Kultsum dewasa, dirinya menikah dengan salah satu sahabat Rasulullah SAW yakni Thalhah bin Ubaidillah. Sementara dari istri keempat, dirinya dianugerahi anak bernama Muhammad.
Dilansir dari islam.nu, ada sebuah kisah yang menceritakan mengenai bagaimana Abu Bakar mendapatkan julukan Ash Shiddiq dan Al-’Atiq. Dalam tradisi bangsa Arab, memang sudah umum bahwa nama orang akan disertai pula dengan laqab alias julukan. Fungsi dari julukan itu adalah sebagai bentuk pujian atas keluhuran tabiatnya. Rasulullah SAW pun juga sering memberikan julukan kepada para sahabatnya, sebagai bentuk sanjungan. Contohnya pada Umar bin Khattab yang diberi julukan al-Faruq yang berarti pembeda antara kebenaran dan kebatilan, kemudian ada Khalid bin Walid yang dijuluki sebagai Saifullah yang berarti pedang Allah, lalu ada juga Hamzah bin Abdul Muthalib dengan julukan Asadullah yang berarti macan Allah.
Dapat disebut bahwa semua sahabat Rasulullah SAW mendapatkan julukan masing-masing, tak terkecuali dengan Abu Bakar yang terkenal akan julukannya sebagai ash-Shiddiq dan al-’Atiq.
Artinya adalah orang sangat jujur atau banyak membenarkan. Hal tersebutlah yang menjadikan Abu Bakar ditunjuk sebagai sahabat Rasulullah SAW yang paling dipercayai, tak terkecuali akan hal-hal yang tidak masuk akal sekalipun.
Ada sebuah kisah tepatnya setelah Peristiwa Isra Mi’raj, kala itu Rasulullah SAW melakukan perjalanan yang amat kilat dari Makkah ke Baitul Maqdis, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan langit yang penuh keajaiban. Pada keesokan harinya, Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya tersebut kepada para penduduk Makkah. Namun, bukannya didengarkan dan membuat keimanan semakin bertambah, para penduduk Makkah malah tidak percaya dan bahkan semakin mengolok-olok Rasulullah SAW. Parahnya lagi, beberapa orang yang memiliki iman lemah, justru menjadi murtad dan menganggap Rasulullah SAW sebagai pendusta. Pada saat-saat itulah, Abu Bakar muncul dengan gagah dan percaya dirinya membenarkan apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan. Nah, sejak saat itulah, dirinya diberikan julukan sebagai Ash-Shiddiq.
Abu Bakar tidak hanya memiliki julukan Ash-Shiddiq saja, tetapi juga Al-’Atiq. Menurut beberapa ulama, hal tersebut dikarenakan Abu Bakar memiliki wajah yang tampan. Namun, ada juga beberapa yang mengatakan bahwa julukan tersebut diberikan sebab Abu Bakar selalu menjadi garda terdepan dalam hal kebaikan. Versi lainnya lagi, julukan tersebut diberikan karena Abu Bakar memang terlahir dari nasab yang suci yang mana nenek moyangnya terhindar dari perbuatan zina. Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa Abu Bakar mendapatkan julukan tersebut sebab sudah mendapat jaminan untuk terbebas dari api siksa neraka.
Meskipun Abu Bakar menjadi mertua dari Nabi Muhammad SAW, tetapi dirinya juga ditunjuk sebagai sahabat Nabi yang selalu menemani dakwah Rasulullah SAW kemanapun. Dirinya rela berkorban, baik harta maupun jiwanya untuk menyebarkan risalah dakwah. Itulah mengapa, nama Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki tempat khusus di hati Rasulullah SAW dan sejarah Islam.
Abu Bakar ini menjadi sosok manusia pertama dari umat Rasulullah SAW yang masuk surga. Hal tersebut telah diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yang berbunyi:
“Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Jibril mendatangiku dan mengajakku untuk melihat pintu surga yang akan dimasuki oleh umatku nanti. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku berharap ketika ia datang aku bersamamu sehingga aku pun bisa melihat pintu surga.” Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya engkau Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk surga dari umatku.” (HR. Abu Daud)
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, setidaknya terdapat 14 orang sahabat yang dipercaya untuk memberikan fatwa kepada umatnya. Namun, dari ke-14 itu, hanya Abu Bakar saja yang dipercaya oleh Rasulullah SAW untuk memberikan fatwa ketika bersamanya. Sementara sahabat yang lain, hanya boleh memberikan fatwa ketika tengah tidak bersama Rasulullah SAW. Saking percayanya Rasulullah SAW kepada Abu Bakar, terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh HR. Al-Bukhari.
Sosok Abu Bakar yang tidak hanya menjadi mertua Nabi, tetapi juga sahabat Nabi ini akan selalu bersegera dalam melakukan hal-hal kebaikan. Bahkan ketika para sahabat Nabi yang lainnya tidak melakukannya.
Sikap tawadhu’ adalah sikap tenang dan tidak sombong akan hal yang dimilikinya. Sikap terpuji itu dimiliki oleh Abu Bakar, yang mana merupakan orang berpunya dari segi harta. Meskipun dirinya orang kaya, tetapi Abu Bakar tetap hidup dalam sikap tawadhu dan sederhana.
Abu Bakar tumbuh besar di lingkungan bangsa Quraisy di kota Makkah dan merupakan keturunan terhormat dari qabilah Tayim. Nah, sebelum masuk Islam, dirinya memang telah menjadi sosok yang jujur, berakhlak baik, dan jauh dari kebiasaan buruk para kaum jahiliyah yang mana senang bermain wanita sekaligus mabuk-mabukan. Tidak hanya itu saja, Abu Bakar juga berasal dari keluarga yang kaya karena profesinya menjadi pedagang. Sudah cukup banyak rute dagang yang dikunjungi olehnya. Ketika berdagang pun, Abu Bakar tetap mengamalkan sikap jujur dan ramahnya, sehingga dianggap sebagai pedagang terhormat di antara bangsa Quraisy.
Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam turut menjelaskan bahwa Abu Bakar adalah sosok yang lemah lembut sekaligus sopan santun kepada kaumnya. Sebagai seorang pedagang yang memiliki akhlak istimewa, dirinya juga kerap didatangi oleh para pemimpin kaum untuk meminta pendapat. Hal tersebut karena Abu Bakar juga terkenal akan ilmunya yang luas, pengalaman berdagangnya yang mapan, sehingga kedudukannya makin tinggi di antara bangsa Quraisy.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Abu Bakar memang sosok yang terjaga dari keburukan akhlak bangsa jahiliyah, padahal saat itu agama Islam belum diturunkan. Dirinya begitu enggan mengikuti keterpurukan moral yang ada pada bangsa Quraisy, meskipun dirinya adalah sosok terhormat di sana. Nah, setelah masuk Islam, Abu Bakar senantiasa menemani Rasulullah SAW dalam setiap dakwahnya. Bahkan tak segan-segan pula untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi menyebarkan agama Allah.
Sebagai sosok yang “menyangga” dakwah Rasulullah SAW, Abu Bakar mengarahkan dakwah menjadi 2 kelompok yakni kelompok Quraisy yang memiliki fitrah bersih, pikiran lurus, dan tidak terpengaruh akan keburukan akhlak jahiliyah; dan kelompok fakir miskin di kalangan hamba sahaya serta orang-orang yang telah terzalimi dari kalangan non Quraisy. (dari berbagai sumber)