Ketua DPRD Sumbar, Supardi, pejabat terkait dan narasumber saat bersama peserta bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan, Sabtu (25/5/2024) di Bukittinggi. (humasdprdsb)
BUKITTINGGI, ANALISAKINI.ID—Tanpa disadari atau tidak, ternyata saat ini makin banyak budaya lokal yang terancam punah. Persoalan ini muncul karena makin terkikisnya rasa cinta dan rasa memiliki terhadap berbagai budaya lokal tersebut
Hal itu diungkapkan Ketua DPRD Sumbar,
Supardi, di hadapan pemangku kebudayaan se-Payakumbuh.
Katanya, masalah tersebut juga
menghinggapi para niniak mamak, bundo kanduang, dan pemangku kebudayaan lain.
Untuk itu ke depan, perlu penguatan kembali pentingnya mencintai budaya lokal.
"Saya yakin tidak banyak di antara
kita yang tahu dengan Sirompak, Basijobang, Tari Podang, Talempong Batu, dan
berbagai kesenian asli Payakumbuh. Ini aset kita, tetapi kita membiarkan
kesenian itu punah, padahal jika ditampilkan Tari Kecak Bali itu tidak ada apa
apanya," papar Supardi saat acara Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku
Kebudayaan, Sabtu (25/5/2024) di Bukittinggi.
Selain kesenian tersebut, masyarakat
Payakumbuh juga mulai meninggalkan berbagai kuliner tradisional. Bahkan berbagai
kuliner spesifik Payakumbuh tidak lagi dianggap sebagai kebanggaan.
"Botiah, pindik, galamai, ajik, kipang,
itu beberapa makanan khas Payakumbuh, kini nasib kuliner itu merana, makanan
ini dijajakan di lampu merah secara asongan, padahal dengan kuliner itu
seharusnya ekonomi Payakumbuh bisa bergerak," jelas Supardi.
Menurut Supardi, jika pemerintah dan
masyarakat fokus mengolah dan memanajemen secara profesional kesenian dan
kuliner ini, maka Payakumbuh bisa menjadi magnet wisatawan. Payakumbuh tidak
lagi menjadi kota transit, tetapi sebagai kota tujuan.
"Insya Allah, jika elemen
masyarakat, termasuk pemangku kebudayaan memiliki visi yang sama memajukan
Payakumbuh, maka bukan mustahil Payakumbuh akan mendunia. Ini magnet untuk
menarik pengunjung. Dan pada akhirnya menggerakkan roda perekonomian kota
ini," tegas Supardi.
Supardi dalam kegiatan Bimtek dan
Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan ini, juga menjelaskan data data
terkait berbagai persoalan Payakumbuh seperti kemiskinan, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran dan lain sebagainya.
Bimtek angkatan ke dua ini dilaksanakan
di Bukittinggi pada 25 hingga 27 Mei 2024. Sebanyak 70 peserta dari niniak
mamak, bundo kanduang, alim ulama, cadiak pandai dan parik paga nagari,
diberikan pembekalan oleh narasumber tentang kebudayaan di era digital.
Dalam acara pembukaan pada Sabtu
(25/5/2024) malam tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Jefrinal
mengharapkan para pemangku kebudayaan berperan aktif memajukan daerah. Apalagi
di era digital dengan tantangan yang luar biasa.
"Kegiatan yang berasal dari Pokir
Ketua DPRD Sumbar, Bapak Supardi ini, merupakan bentuk nyata bagaimana
kebudayaan menjadi ujung tombak dan jati diri kemajuan daerah ke depan,"
kata Jefrinal.