arrow_upward

Ketua DPRD Supardi: Menjawab Persoalan Sosial, Perlu Penguatan bagi Pemangku Kebudayaan

Jumat, 17 Mei 2024 : 23.42

 

Ketua DPRD Sumbar Supardi saat membuka Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan, Jumat (17/5/2024) di salah satu hotel di Bukittinggi. (humasdprdsb)

BUKITTINGGI, ANALISAKINI.ID—Persoalan sosial harus menjadi tanggung jawab bersama. Tak mesti hanya dibebankan kepada pemerintah. Semua unsur bisa berkontribusi. Termasuk masyarakat adat tentunya. Terkait itu, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi mengajak masyarakat pemnagku kebudayaan, untuk memberikan kontribusi dalam menjawab persoalan sosial yang berkembang di masyarakat. 

“Dulunya Sumbar merupakan provinsi yang merajai perputaran uang di Sumatera. Sekarang secara statistik pertumbuhan ekonomi (PE) Sumbar berada pada peringkat lima. Namun sekarang, persoalan sosial pun banyak menggerogoti negeri kita ini,” sebut Ketua Supardi saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan bagi ninik mamak, bundo kanduang alim ulama cadiak pandai, hingga parik paga nagari se Kota Payakumbuh, Jumat (17/5/2024).

Kegiatan yang dihelat di salah satu hotel di Kota Bukittinggi itu menghadirkan Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Jefrinal Arifin, narasumber Buya Zuari Abdullaj, Irwan Malin Basa, S. Metron Masdison, Kepala Bidang Warisan Budaya dan Permuseuman Nurdayanti, Aprimas Tim Ahli Warisan Budaya dan lainnya.

Dikatakan Supardi, seiring perputaran uang mengalami penurunan, gaya hidup pun juga mengalami pergeseran. Dimana banyak masyarakat yang terlalu memaksa untuk memiliki sesuatu. Hal itu dibuktikan dengan maraknya pertumbuhan lembaga pemberi kredit (leasing-red).

Betapa tidak, katanya, dalam sehari bisa saja leasing bisa menghimpun dana masyarakat lebih kurang Rp 10 miliar yang dibawa ke pusat.

Lalu, menurut Supardi, persoalan lain yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah menekan angka pengguna yang masih 5,2 persen. Sementara di Kota Payakumbuh, misalnya, menepati peringkat ketiga se Sumbar angka pengangguran dengan persentase 4,84. Namun pada tingkat pendidikan, Payakumbuh jauh lebih baik dari daerah-daerah lain di Sumbar. 

“Itu beberapa persoalan yang harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya  tanggung jawab saja. Peran masyarakat sangat penting untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial ditengah masyarakat," katanya.

Disebutkan Supardi, ketika pengangguran masih tergolong tinggi, maka akan berdampak terhadap tingginya tingkat kriminalitas, peredaran narkoba juga akan berkembang dan terus meningkat, sehingga harus diselesaikan secara bersama-sama pula. 

Dia melihat pemangku adat juga harus meningkatkan kapasitas diri karena menyangkut kelangsungan dalam manajemen memimpin masyarakat. Tentunya hal itu seiring dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2022 tentang Sumatera Barat. Dalam regulasi itu ditegaskan, filosofis Minangkabau adalah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah. 

Perkembangan teknologi merupakan sesuatu yang memiliki dampak positif dan negatif, ketika terlalu sibuk dengan teknologi maka nilai-nilai kebudayaan akan memudar.

Intinya, kegiatan bimtek yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Sumbar melalui pokok-pokok pikiran Supardi ini, bisa menjadi media transfer ilmu pada generasi muda melalui masyarakat adat.

Sementara, Kepada Dinas Kebudayaan Sumbar Jefrinal mengatakan, perlu adanya penguatan adat dan budaya bagi pemangku adat. Karena dengan penguatan itu dapat mempertahankan eksistensi adat dan budaya Minangkabau di tengah-tengah masyarakat.

"Tujuannya, bagaimana pemahaman terhadap adat dan budaya Minangkabau ini semakin kuat. Semakin hidup ditengah-tengah masyarakat," sebutnya. 

Dikatakannya, bimtek dengan tema Tarandam-randam Indak Basak, Tarapuang-apuang Indak Anyuik' tersebut, mendorong pemangku adat untuk meneruskan pada generasi muda akan penerapan adat budaya dalam kehidupan sehari-hari. (n-r)



Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved