Ketua DPRD Sumbar Supardi dan nara sumber lainnya saat Pertemuan Filantropi Angkatan II Kota Payakumbuh yang digelar 30 Maret hingga 2 Mei lalu di Bukittinggi. (ist)
BUKITTINGGI, ANALISAKINI.ID—Filantropi, sebentuk cinta kasih (kedermawanan dan
sebagainya) kepada sesama, erat kaitannya dengan budaya Minangkabau yang suka
memberi dan membantu. Ini perlu diefektifkan untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial di tengah masyarakat.
“Ya, filantropi
bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan di tengah
masyarakat,” ujar Ketua DPRD Sumbar, Supardi, saat menjadi narasumber acara
Pertemuan Filantropi Angkatan II Kota Payakumbuh yang digelar 30 Maret hingga 2
Mei lalu di Bukittinggi.
Menurut Supardi,
amat banyak persoalan yang harus segera diselesaikan di Sumbar, termasuk pula
Payakumbuh tentunya. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun bisa pula
dalam bentuk partisipasi aktif masyarakat.
Betapa
tidak, katanya, tengoklah tingkat kriminalitas di Payakumbuh, misalnya,
ternyata naik dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan data kepolisian.
Lalu, tingkat
pertumbuhan ekonomi Payakumbuh berada pada rangking delapan dari 19
kabupaten/kota di Sumbar.
"Sementara
kalau di kategori kota, Payakumbuh pun dinilai rendah, yakni nomor lima dari
total tujuh kota di Sumbar," ujarnya.
Kata Supardi,
pertumbuhan ekonomi Sumbar saat ini berada di urutan kelima dari total 10
provinsi di Sumatera. Secara umum capaian Tahun 2023 ini meningkat dibanding
dua tahun lalu dimana Sumbar berada di urutan ke delapan. Namun ini masih
rendah jika dibanding dengan rata-rata pertumbuhan nasional, yang berada di
angka lima persen. Bahkan itu juga berada di bawah target rencana pembangunan
jangka menengah daerah (RPJMD) Sumbar yang seharusnya 4,8 atau 4,9.
Dia menilai
pertumbuhan ekonomi Sumbar akan bisa terus merosot jika tak ada terobosan.
Termasuk akan semakin turun jika tol di Sumbar tak kunjung usai. Sumbar akan
semakin tertinggal dibanding daerah-daerah yang sudah terhubung tol seperti
Lampung, Riau, Medan dan provinsi lainnya.
Katanya, pertumbuhan
ekonomi Sumbar, termasuk Payakumbuh erat kaitannya dengan perdagangan dan ini
membutuhkan persaingan kemudahan transportasi serta distribusi, jika ada tol
tentu lebih mudah. “Ini sebuah keharusan," tegasnya.
Menurut
Supardi, persoalan lainnya di Payakumbuh yakni tingginya tingkat pengangguran.
Payakumbuh berada di nomor tiga dengan jumlah pengangguran terbanyak dibanding
kota-kota lainnya di Sumbar. "Ini persoalan yang harus diselesaikan, dimana
pengangguran, kemiskinan itu sangat berpengaruh pada kesejahteraan sosial. Ini
menjadi PR ke depan," sebut politisi Gerindra tersebut.
Selain itu,
permasalah judi online juga sudah mengkhwatirkan karena telah menjadi candu.
Banyak mahasiswa, termasuk mahasiswa asal Payakumbuh yang tersangkut biaya
pendidikan karena judi online.
Bahkan berdasarkan
data pemerintah pusat, penggunaan narkoba di area pedesaan, Sumbar tergolong
daerah terbanyak dan itu tertinggi ada di Payakumbuh.
Belum lagi
maraknya anak sekolah menghirup lem. Padahal, menurut Supardi dampaknya lebih
cepat merusak ketimbang narkoba.
Untuk
itulah, Supardi berharap lembaga seperti filantropi bisa jadi motor penggerak
yang membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Termasuk
kehadiran tokoh masyarakat, ninik mamak, alim ulama, bundo kandung penting berada
menjadi penggiat filantropi ini.
Pertemuan
dan bimtek filantopi ini semoga menjadi salah satu usaha kita dalam mengubah
daerah, terutama Kota Payakumbuh. “Semoga pertemuan filantropi ini bisa menjadi
persiapan dan gerakan kita untuk perbaikan," katanya.
Sementara, Kepala
Bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Sumbar, Rumainur mengatakan, acara ini
memang menjadi salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan sosial. Dengan adanya
kegiatan ini, diharapkan akan tercipta peningkatan wawasan penggiat filantropi
terhadap kesejahteraan sosial masyarakat. (n-r)