Suasana bedah buku
“Baginda Dahlan Abdoellah (1895-1950)”, yang dibedah oleh BRIN di Jalan Gatot
Subroto, Jakarta, Rabu (17/01/2024). (kj)
JAKARTA, ANALISAKINI.ID--Buku tebal yang ditulis oleh Dr Suryadi, berjudul,
“Baginda Dahlan Abdoellah (1895-1950)”, dibedah oleh BRIN dengan sejumlah
pembicara, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (17/01). Selain Suryadi,
tampil sebagai pembedah, Fadli Zon, Prof Budi Agustono dan Dr Sastri Sunarti.
Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur
dan Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sastri Sunarti
yang bertindak sebagai salah seorang pembedah, menyebut riset yang dilakukan
Suryadi untuk bukunya, tidak main-main.
Menurut Fadli Zon, Dahlan merupakan
tokoh yang tak sepopuler tokoh nasional lainnya. Buku ini, kata dia, bermanfaat
sekali untuk mengangkat nama tokoh Pariaman tersebut. Dahlan, kata Fadli,
dimakamkan di tempat terhormat. Ia dimakamkan di Bagdad atas saran H. Agus
Salim. Fadli menyebut ia sudah berkali-kali ziarah ke makam tokoh ini, terakhir
11 November 2023. Bahkan, kata dia, Iran menyatakan libur nasional lima hari
ketika Dahlan meninggal.
Buku setebal 814 halaman ini, menurut
Suryadi ditulis dengan pelan-pelan, setelah mendapatkan dokumen dari enam
perpustakaan di Belanda. Menurut Suryadi, biografi Baginda Dahlan Abdoellah
membuka akses ke kisah hidup yang hampir terlupakan, tergantikan oleh
perkembangan yang lebih baru dan berkesan.
Dahlan Abdoellah, asal Sumatera Barat,
pergi belajar di Sekolah Guru di Belanda pada 1913, bersama dengan Tan Malaka.
Dia terlibat dalam tindakan radikal sebagai anggota dewan Perhimpunan Hindia
pada 1918, saat pertama kali kemerdekaan Indonesia diartikulasikan secara
publik.
Dia tetap menjadi penasihat Perhimpunan
Indonesia, ketika pada tahun dua puluhan, di bawah pimpinan Mohammad Hatta,
berbelok ke jalur radikal, menentang penguasa kolonial Belanda. Ketika kembali
ke Indonesia pada 1924, Dahlan tetap menjadi pendukung gigih kemerdekaan
Indonesia hingga meninggal pada 1950. Dia aktif di Parindra dan anggota dewan
kota Jakarta, bahkan menjadi walikota.
Menurut para pembicara, Suryadi telah
melakukan pekerjaan yang luar biasa, pertama-tama mengumpulkan berbagai sumber
yang tidak diketahui tentang Dahlan Abdoellah, dan kemudian mengorganisir
biografinya untuk menegaskan Dahlan Abdoellah sebagai perintis dan pahlawan
kemerdekaan Indonesia yang sejati.
Suryadi juga menemukan dokumen dari
surat kabar Belanda De Telegraaf tentang ziarahnya ke Mekah.
Karya Suryadi disambut baik oleh Dr.
Harry A. Poeze, sejarawan dan peneliti senior Belanda.
Dalam bedah buku di BRIN hadir keluarga
Dahlan Abdoellah, anak Bung Hatta, Kemala Hatta, Taufik Abdullah, Taufiq
Ismail, Yuliandri, Imelda Sari, Sastry Bakry dan Gubernur Sumbar, Mahyeldi yang
memberikan sambutan khusus untuk acara tersebut. Acara ditutup dengan
penyerahan buku kepada sejumlah hadirin. (01)