A.A Navis
PADANG, ANALISAKINI.ID--Hari kelahiran A.A.
Navis ditetapkan sebagai hari perayaan tingkat internasional di UNESCO.
Keluarga sastrawan ini terharu atas penghargaan tersebut.
"Kami
sekeluarga semua terkejut dan terharu atas penghargaan yang luar biasa
tersebut," ujar Gemala Ranti, putri almarhum AA. Navis, Sabtu (2/12).
Selain
AA Navis, UNESCO juga menetapkan Keumalahayati, pejuang wanita asal Aceh.
Menurut
Kemala, tentu ini jadi penghargaan spesial karena kedua tokoh adalah orang
Sumatera.
Kemala
mengaku tidak tahu kalau ada yang mengusulkan almarhum Navis untuk mendapatkan
penghargaan dari UNESCO tersebut.
"Kami
keluarga tidak tahu soal pengusulan itu. Begitulah penghargaan, di tengah
Yayasan AA Navis berencana mengadakan
acara seminar mengenang 99 tahun AA Navis menuju 100 Tahun di 2024,"
katanya.
Dia pun mengaku juga pernah mengikuti penetapan Warisan Budaya Dunia untuk WTBOS 2019 dan Pencak Silat oleh UNESCO tahun 2020 yang dihadiri ratusan negara dari belahan dunia.
"Kira
mungkin seperti itu pula proses penetapan ini, tentulah usulan akan diseleksi dengan
ketat dan diperjuangkan di antara beberapa negara dengan argumen-argumen yang yang
kuat," ulasnya.
Dia
juga mengucapkan selamat kepada Indonesia atas penghargaan yang diraih tokoh
negara ini, serta juga dia berharap karya-karya dari almarhum ayahnya semakin
bermanfaat, dan jadi amal buat almarhum AA Navis.
Seperti
diketahui, pada hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO tanggal 22 November
2023 yang berlangsung di Paris, Prancis, Direktur Jenderal UNESCO mengumumkan
bahwa hari lahir dua tokoh kenamaan Indonesia itu, ditetapkan sebagai hari
perayaan tingkat internasional di UNESCO.
Kedua
tokoh tersebut adalah Sastrawan termasyhur, A.A. Navis, dan pejuang Wanita asal
Aceh, Keumalahayati. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report
dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42.
Ali
Akbar Navis atau lebih dikenal dengan A.A. Navis ini adalah seorang penulis dan
budayawan terkemuka Indonesia, lahir di Padang Panjang pada 24 November 1924. Kontribusinya terhadap sastra Indonesia
menjadikannya sosok yang ikonik di dunia sastra. A.A. Navis menghasilkan
sejumlah besar publikasi dan bekerja sebagai guru bagi penulis lain selama
hidupnya. Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis
(1924-2003) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan
Togo.
Sedangkan
Keumalahayati merupakan salah satu tokoh heroik perempuan paling awal di
Indonesia. Ia diakui sebagai pahlawan nasional atas keberanian, kepemimpinan,
dan kontribusinya yang signifikan dalam membela tanah air. Dia dibesarkan di
wilayah yang terkenal dengan tradisi maritimnya yang kuat dan mengenal dunia
peperangan laut sejak usia muda. Ayahnya, Laksamana Mahmud Syah, adalah seorang
panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan dihormati, dan ia
mewariskan ilmu dan keahliannya kepada putrinya.
Ketika
ayahnya meninggal dunia sehingga jabatannya kosong, Sultan Alauddin Riayat Syah
dari Aceh mengangkat Keumalahayati sebagai Laksamana baru, mengingat bakat,
keterampilan, dan tekadnya. Jabatan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh
menjadikan Keumalahayati sebagai laksamana wanita pertama dalam sejarah
Indonesia dan Asia Tenggara.
Dalam
masa kejayaannya, Keumalahayati berhasil membuktikan bahwa dirinya merupakan
pemimpin yang cakap di tengah skeptisisme terhadap perempuan. Pengusulan
penetapan peringatan 475 tahun kelahiran Keumalahayati (1550-1615) mendapat
dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand dan Togo.
Dua
tokoh ternama dari Indonesia ini sekaligus mengukuhkan prestasi Indonesia dalam
UNESCO selama periode Sidang Umum UNESCO ke-42 di tahun 2023 ini, di mana
Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO, menjadi
anggota Dewan International Programme for the Development of Communication
(IPDC), Meresmikan Indonesian Corner di markas besar UNESCO, serta penetapan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO. (wahyu)