Ketua DPRD Sumbar, Supardi, saat
menghadiri kegiatan sosialisasi pengelolaan lingkungan hidup bagi masyarakat
Payakumbuh dan Limapuluh Kota pada 19-20 November 2023 di Agam Jua Art and Culture
Caffe dan Gedung Gambir Unand, Payakumbuh. (ist)
PAYAKUMBUH, ANALISAKINI.ID—Sebanyak 72 persen masyarakat di Sumatera
Barat, masih menilai sampah sebagai musuh. Sementara sebenarnya sampah bisa
menjadi sumber tambahan pendapatan dan juga solusi untuk mengentaskan
permasalahan pengangguran. Bahkan jika dikelola secara massal, bisa menjadi
bisnis besar yang menjanjikan.
Hal tersebut disampaikan Ketua DPRD Sumbar, Supardi,
saat menjadi pembicara dalam kegiatan sosialisasi pengelolaan lingkungan hidup
bagi masyarakat Payakumbuh dan Limapuluh Kota pada 19 -20 November 2023 lalu di
Agam Jua Art and culture caffe dan Gedung Gambir Unand, Payakumbuh.
"Sampah bisa menjadi objek yang dikelola dengan
sistem ekonomi sirkular, potensinya besar. Bahkan sudah ada tiga pihak yang
menemui saya untuk diminta fasilitasi agar bisa mengelola sampah asal Sumbar.
Salah satu di antaranya merupakan perusahaan asing. Ini menjadi bukti bahwa
sampah merupakan potensi yang menjanjikan jika dikelola dengan tepat,"
kata Supardi.
Ia menjelaskan, sampah merupakan objek yang bisa
dikola dengan sistem ekonomi sirkular. Sistem ekonomi sirkular, lanjut Supardi,
merupakan sistem ekonomi di mana pelaku ekonomi menjaga agar sumber daya dapat
dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian
memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan.
"Berdasarkan pantauan saya, saya melihat
pengelola ekonomi sirkular ini kebanyakan pasti sukses," ujarnya.
Supardi menilai di tengah tingginya tingkat
pengangguran dan kemiskinan di Sumbar saat ini, maka perlu didorong masyarakat
untuk memaksimalkan sebanyak mungkin potensi yang ada.
Ia mencotohkan tentang budidaya magot yang juga
merupakan peluang untuk berusaha oleh masyarakat. Magot ini merupakan belatung
atau bernga/berenga adalah larva dari lalat yang ditemukan pada barang-barang
yang membusuk seperti bangkai, buah, atau sayur-mayur yang rusak.
"Ini merupakan potensi bagus. Budidaya magot bisa
membantu masyarakat mencukupi kebutuhan hidup dan juga bisa membantu pemerintah
dalam menyelesaikan persoalan sampah," paparnya.
Magot atau ulat-ulat ini, kata Supardi, bukanlah hal
yang menjijikkan, jenisnya berbeda dengan lalat lainnya. Magot merupakan lalat
yang bersih dan higienis. Pada banyak tempat magot dimanfaatkan untuk kebutuhan
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Bahkan juga dijadikan
komoditas kebutuhan manusia.
"Saya berharap peserta kegiatan hari ini bisa
membantu mengubah persepsi masyarakat tentang sampah. Bahwa banyak jalur
potensi yang bisa diolah untuk menjadi sumber pendapatan, baik melalui daur
ulang atau bahkan budidaya magot. Dari sampah kita bisa membuka peluang
lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Sumbar, Asben Hendri mengajak semua masyarakat untuk memulai atensi untuk
benar-benar mencintai tempat tinggal masing-masing, salah satunya dalam
pengelolaan sampah.
"Apa yang jadi penyebab terjadinya bencana salah
satunya karena sikap kita, seperti membuang sampah sembarang. Pembuangan sampah
di sembarang tempat bisa berujung pada tertutupnya aliran air dan menyebabkan
banjir. Kita butuh atensi masyarakat untuk menjaga kebersihan, mengelola sampah
dengan baik," katanya.
Untuk menumbuhkan atensi masyarakat terkait sampah,
menurut Asben memang harus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan
sudah terbentuk kebiasaan masyarakat mencari cara yang mudah dalam membuang
sampah, salah satunya ke aliran sungai.
"Masyarakat kita harapkan menyadari bahwa sampah
yang dibuang sembarangan bukan hanya menyebankan bencana banjir. Namun juga
bisa menjadi poin buruk yang menghambat perkembangan pariwisata. Bagaimana pun
lingkungan yang kotor tentu membuat wisatawan enggan datang lagi
berkunjung," kata Asben.
Senada dengan Supardi, Asben juga menilai amat penting
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menggali potensi sampah, seperti
daur ulang dan budidaya magot.
"Magot ini sekarang sangat bernilai ekonomi dan
bisa menjadi potensi sumber pendapatan dan usaha masyarakat," ujarnya. (n-t-r)