Penampilan Tari Piring dalam acara
Minang Saiyo Sydney. (ist)
SYDNEY, ANALISAKINI.ID--Masih
dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI, Minang Saiyo Sydney menggelar
Pentas Seni MSS (Arts Night), akhir pekan lalu di Lakemba Senior Citizen
Hall, yang berada di bagian barat metropolitan Sydney.
Pentas
Seni MSS ini diawali dengan Tari Pasambahan. Kemudian ditampilkan pula Tari
Piring. Para penari adalah gadi-gadis belia yang merupakan generasi kedua dan
ketiga dari keluarga perantau Minangkabau di Sydney. Hal ini perlu dimaknai
sebagai salah satu cara untuk melestarikan tradisi seni budaya leluhur di tanah
rantau yang jauh ini.
Acara
puncak MSS Arts Night adalah seremoni penyerahan piala dan hadiah Minang
Saiyo Cup 2023 – Futsal Tournament yang diselenggarakan Juli lalu.
Pemenang pertama MS Cup 2023 adalah DUBS FC, tempat kedua diraih oleh
4FUN FC. Juara ketiga direbut JAKMANIA FC, yang salah satu pemainnya, Abdullah
Alawais, menyabet Sepatu Emas (Golden Boot) untuk pemain terbaik selama kompetisi
futsal ini.
Acara
ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi warga Minang di rantau, tetapi juga
merupakan momen sosialisasi dengan tamu undangan dari berbagai
organisasi/komunitas masyarakat Indonesia di Sydney: Indonesian Community
Council (ICC – NSW), Indonesian Diaspora Network (IDN-NSW), Indonesia Business
Council (IBC Australia), Minang Senior Citizen Community (MSCC), ICCA
Campbelltown, FISI, The Rocks, Bona Pasogit, Kerabat Jawa, Flobamora, AL-Ikhlas,
KMPA, Boedoet Diaspora, dan lain-lain. Hadir pula rombongan dari Konsulat
Republik Indonesia di Sydney.
Dalam
sambutannya, Ketua Panitia Pentas Seni MSS, Ikhsan Zakir, mengobarkan semangat
Hari Kemerdekaan dengan penggalan lagu heroik “Tanah Airku”. Ikut pula memberi
sambutan Ketua MSS (Zulfan Tadjoeddin), Ketua ICC-NSW (Endi Dharma), dan Konsul
Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI Sydney (Abdul Nazar). Rangkaian acara
dikawal oleh MC andalan komunitas Indonesia di Sydney, Devi Nazar.
Yang
menarik adalah dua lagu Minang disumbangkan oleh Endi Dharma (Ketua ICC) dan
Yudi Supriono (Kerabat Jawa). Walau bukan beretnis Minang, mereka berdua dengan
fasih melafalkan lirik lagu legendaris “Pulanglah Adiak” dan “Surek Dari
Rantau”.
Untuk
pertama kali, acara Malam Seni diisi dengan program Talk Show dengan tema
“Cultural Clash and Inter-generational Gaps” (Benturan budaya dan jarak
antar-generasi). Talk Show menampilkan empat orang generasi kedua
perantau Minang di Sydney: Chalisa, Dita, Bunaya, dan Sandi.
Talk
Show mengangkat pengalaman hidup keseharian dari para anak-anak muda ini
terkait tantangan yang dihadapi sebagai warga minoritas di tengah budaya Barat
dan modern yang lebih dominan.
Disamping
itu, sesi perbincangan ini juga mengangkat dinamika komunikasi antara generasi
kedua yang lahir, besar, dan bersekolah di Australia dengan generasi orang tua
mereka yang masih kokoh dengan pola-pikir Indonesia. Intinya adalah bahwa
masing-masing generasi perlu secara terus-menerus membangun semangat saling
pengertian dan saling harga-menghargai.
Talk
Show telah menjadi momen dimana suara dari generasi kedua didengarkan oleh
generasi pertama.
Abubakar
Rasyid, seorang tokoh senior masyarakat Indonesian di Sydney, sangat
mengapresiasi acara Talk Show dan keseluruhan Pentas Seni MSS
ini. (n-rel)