Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi dan Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy pada areal Penas Tani 2023 di Lanud Sutan Sjahrir Tabing, Padang.(ist) |
Padang, Analisakini.id- Meski belum meluncurkan program petani milenial, ternyata di Sumatera Barat sudah tumbuh sejumlah kelompok petani milenial. Mereka mulai mengembangkan sejumlah komoditi pertanaian di sejumlah daerah di Sumbar.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy saat mengunjungi stand Kelompok Tani Bukit Gompong dan Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bukit Gompong pada arena Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XVI tahun 2023 di Lanud Sutan Sjahrir, Selasa (13/6/2023).
"Kita sebenarnya belum luncurkan program petani milenial. Saat ini baru Jawa Barat yang mempunyai program itu. Tapi kita Sumbar sudah memiliki petani milenial, mereka sudah maju,"sebutnya.
Salah satu kelompok tani milenial yang saat ini sudah eksis adalah Kelompok Tani Bukit Gompong di Kabupaten Solok. Kelompok tani ini juga sudah mendapatkan sertifikat Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S). Sehingga bisa memberikan pelatihan pada mahasiswa-mahasiswa yang ingin menjadi petani.
Diceritakan Audy, lahirnya petani milenial tersebut berawal dari pandemi covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah anak muda kehilangan pekerjaan. Kemudian mereka pulang ke kampung masing-masing.
Khusus di Bukit Gompong mereka membudidayakan sejumlah komoditi, seperti tanaman penyegar, kopi dan hortikultura.
"Ternyata, ketika pekerjaan banyak yang hilang Karena covid-19, mereka pulang mengelola tanah di kampung masing-masing. Mereka berasal dari latar belakang pendidikan berbeda, mulai dari pertanain, hukum dan macam-macam,"papar Audy.
Melihat kondisi itu, maka pemerintah sangat mendukung para petani milenial tersebut. Pemprov Sumbar menyalurkan bantuan berupa sarana dan prasarana.
"Mereka sudah sukses, pengelolaan pertanian sudah bagus dan rapi," katanya.
Saat ini, petani milenial khususnya di Bukit Gompong sudah memiliki sejumlah produk andalan. Diantaranya, teh, kopi dan hortikultura. Dengan hadirnya Kelompok Tani Bukit Gompong, menunujukan anak-anak milenial di Sumbar sudah mampu menggerakan perekonomian masyarakat melalui pertanian.
Menurut data kata Audy, rata-rata umur petani di Sumbar di atas 45 tahun. Sekarang mulai banyak petani milenial. Rata-rata umur petani di Sumbar turun usia, karena anak-anak muda banyak yang berminat. Dari mereka sulit mendapatkan pekerjaan, kemudian ada lahan di kampung dan mengelolanya.
Katanya, bagaimanapun hampir 1/4 GDP kota dari hasil pertanian. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) Sumbar diatas NTP Nasional.
"Jadi tanah-tanah yang tadinya nganggur, kemudian dimanfaatkan menjadi produktif,"sebutnya.
Selain pertanian kopi di Bukit Gompong. Petani milenial lainnya yang sudah ada dan berkembang ada peternak lobster air tawar di Agam. Peternak bibit bebek di Padang Pariaman. Bahkan untuk petani bebek itu sudah memiliki mesin penetas sendiri. Kemudian pengembangan Kopi Solok Rajo, Kabupaten Solok.
"Adik-adik inilah yang mengajari teman-teman lainnya. Yang mau belajar menjadi petani milenial, punya lahan punya kesempatan tapi belum punya ilmu. Merekalah yang mengajarinya,"katanya.
Untuk itu, Pemprov Sumbar segera meluncurkan program petani milenial di Sumatera Barat guna mendorong anak muda menjadi petani. "Nanti kita akan luncurkan secara nyata,"sebutnya.
Ketua Kelompok Tani Bukit Gompong Wahyu Nusa Lubis bersama Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bukit Gompong, Kabupaten Solok Ilham Yudha Putra. Mengatakan, mereka berdiri berawal dari sejumlah anak muda membuat satu kelompok tani, mereka terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan. Kini kelompok itu sudah punya sertifikasi, P4S.
Sehingga sudah bisa memberikan pelatihan pada mahasiswa-mahasiswa magang. Dalam pengelolaan kelompok tadi, Bukit Gompong juga libatkan mahasiswa magang. Terutama untuk pelatihan teknis dan pemasaran. Untuk hilirisasi bagaimana produknya bisa dijual.
"Rata-rata mereka yang magang pada 2020, mereka sudah rasakan efeknya. Mereka sudah bisa memeliki pendapatan,"ujarnya.
Saat ini Bukit Gompong fokus dengan budidaya organik. Produk andalahnya, kopi. Mereka memiliki produk besar, kopi perkebunan. Meski begitu, mereka belum bisa memenuhi pasar yang cukup besar.
Khusus untuk produk, green bean permitaannya jauh lebih banyak dari daya produksi mereka. Permintaan green bean di Kota Padang mencapai 1,5 ton perbulan, sementara Bukit Gompong hanya mampu mensuplai 300 sampai 800 kg perbulan.
"Masih besar peluangnya, karena kita baru tanam 2019, apalagi kita menganut sistem integrated farm sistem. Ada kopi, atsiri, hortikultura,"ujarnya.
Dukungan Pemprov Sumbar, sangat besar. Mulai dari 100 hari kerja gubernur dan wakil gubernur Sumbar. Dengan adanya perhatian pemerintah, seperti akses jalan dan listrik.
Begitu juga, sarana dan prasarana, mulai green house, unit pengolahan pupuk organik (UPO), Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
"Banyak program yang didapatkan untuk meningkatkan kemampuan petnai kita,"ujarnya.(AD.ADPSB)