Ketua DPRD Sumbar, Supardi bersama peserta pertemuan pilar-pilar sosial angkatan Ke-II Kabupaten Limapuluhkota. (ist). |
Bukittinggi, Analisakini.id-Ketua DPRD Sumbar, Supardi menyoroti sejumlah fenomena sosial menyimpang yang marak terjadi di daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Hal tersebut meliputi narkotika hingga orientasi seksual terhadap sesama jenis (LGBT).
Hal ini diungkapkan Supardi saat membuka pertemuan pilar-pilar sosial angkatan Ke-II Kabupaten Limapuluhkota yang dilaksanakan selama tiga hari (24-26/5/2023) di Hotel Grand Malindo, Bukittinggi.
"Payakumbuh dan Limapuluh Kota merupakan daerah serumpun, di daerah ini persoalan narkotika harus menjadi perhatian karena tingkat peredarannya cukup tinggi. Paling mengkhawatirkan itu adalah lem, bahkan ribuan pelajar pun terindikasi menghirup lem," kata Supardi.
Dia mengatakan, lem memiliki daya rusak yang lebih berbahaya dibanding narkoba, bahkan langsung menyerang sel-sel organ vital seperti otak dan darah. Obatnya pun belum ada. Tempat rehabilitasi juga tidak ada.
Begitupun perkembangan LGBT di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Supardi mengatakan meskipun secara persentase tidak signifikan namun harus diwaspadai. Apalagi mengingat penyimpangan orientasi seksual seperti LGBT tidak bisa ditebak dan pengidapnya bahkan ada yang berasal deri keluarga baik-baik.
"Menyebarnya LGBT sangat mudah. Jika sekarang satu, besok bisa dua bahkan sepuluh," katanya.
Dia mengatakan harus diakui LGBT merupakan suatu fenomena atau gejala sosial, karena telah bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai, baik itu agama, budaya maupun nilai-nilai Pancasila sebagai dasar falsafah hidup bangsa.
Untuk Diketahui menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu, Sumbar di posisi kelima dengan jumlah LGBT terbanyak. Terdapat kurang lebih 18 ribu orang yang tercatat sebagai LGBT.
Sementara itu, terkait narkotika, Polda Sumbar mencatat jumlah kasus penyalahgunaan narkoba yang berhasil diungkap pada 2022 mengalami kenaikan dibanding pada tahun lalu.
Sepanjang tahun 2022 ada 1.151 kasus dan ada 1.518 tersangka yang ditangkap. Sementara pada 2021 ada 1.044 kasus dan 1.444 tersangka.
Supardi menambahkan, pelatihan pilar-piliar sosial angkatan kedua difokuskan pada Kecamatan Bukit Barisan, Limapuluh Kota.
Pada kesempatan tersebut Supardi juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan potensi daerah yang ada di Bukit Barisan. Salah satunya, Nagari Baruah Gunung atau Koto Tinggi yang memiliki sumber daya alam jeruk yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
"Baruh Gunung merupakan daerah subur. Potensi itu harus dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat," katanya.
Begitupun Koto Tinggi yang memiliki potensi wisata museum PDRI yang pernah menjadi ibu kota darurat Indonesia. Lalu Nagari Mahek yang memiliki wisata sejarah peradaban dunia. Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli sejarah peradaban tersebut sudah ada sebelum kerajaan Sriwijaya.
Kegiatan pertemuan pilar-piliar sosial angkatan pertama diikuti sekitar 100 peserta yang terdiri dari unsur kemasyarakatan seperti Tagana, PSM, LKS, Karang Taruna dan PKH. (*/ef)