arrow_upward

Gubernur Mahyeldi : Peristiwa Situjuah Harus Jadi Motivasi Meneruskan Perjuangan

Minggu, 15 Januari 2023 : 10.52
Gubernur Mahyeldi letakan karangan bunga di pusara korban Peristiwa Situjuah usai upacara peringatan ke-74 di Lapangan Chatib Sulaiman, Minggu (15/1).(ist)

Padang, Analisakini.id-Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi pimpin upacara peringatan Peristiwa Situjuah ke-74 di Lapangan Chatib Sulaiman, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sabtu (15/1/2023). 

Peristiwa Situjuah merupakan suatu peristiwa penyerangan oleh pasukan penjajah Belanda terhadap para pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang menewaskan beberapa orang pimpinan pejuang dan puluhan orang anggota pasukan lainnya.

Turut hadir dalam acara itu, Sekdaprov Sumbar, Hansastri, Wakil Ketua DPRD, Irsyad Syafar, Bupati Limapuluh Kota, Safaruddin, Mantan Walikota Payakumbuh, Riza Falepi, Walinagari, beserta tokoh masyarakat setempat. 

Dalam upacara yang berlangsung khidmat tersebut dimulai dengan mengheningkan cipta, pembacaan naskah pancasila oleh inspektur upacara dan diikuti oleh peserta upacara, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan UUD 1945.

Dalam amanatnya Gubernur Buya Mahyeldi, menyampaikan, memaknai peristiwa Situjuah menjadi salah satu momen untuk mengingat kembali dan menghormati semangat perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajah dan mempertahankan Kemerdekaan. 

“Peristiwa Situjuah ini harus dijadikan sebagai inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk meneruskan perjuangan dalam membangun bangsa dan negara yang kita cintai,” ujarnya.

Mahyeldi mengatakan masyarakat Sumatera Barat semenjak dahulu sudah menjadi pejuang dan proklamator. Juga menjadi orang-orang yang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. 

“Kepada generasi muda perlu dicatat dan diketahui, bahwasanya dalam diri kita ini mengalir darah para pemersatu bangsa, pejuang bangsa, dan mengalir darah orang yang cinta pada NKRI,” ucapnya.

Diharapkannya, ke depan peristiwa-peristiwa bersejarah di Sumbar dapat disemarakkan. Karena, banyak peristiwa penting yang terjadi di Sumbar. Ia pun meminta kepada para Kepala OPD  di Lingkup Pemprov Sumbar maupun di Pemkot dan Pemkab untuk mencatat peristiwa besar yang menjadi penentu sejarah bangsa Indonesia.

“Para Kepala OPD tolong catat peristiwa bersejarah, pada tanggal-tanggal tersebut harus dilaksanakan upacara, kegiatan, yang melibatkan banyak pihak dan personil, dalam rangka untuk mewariskan semangat perjuangan dan mengingatkan kepada generasi muda akan sejarah bangsa,” pintanya. 

Seperti peristiwa meninggalnya Bagindo Aziz Chan, Perang Kamang, Peristiwa Manggopoh, dan lainnya. Mahyeldi juga berharap Pemprov Sumbar dapat memberikan dukungan demi kelancaran dan terlaksananya acara tersebut di masa mendatang. 

Gubernur mengajak peserta upacara dan warga masyarakat yang turut menyaksikan berlangsungnya Upacara Situjuah itu untuk mengepalkan tangannya di udara dan mengucapkan ‘NKRI Harga Mati’ 

Di akhir pidatonya gubernur mengatakan bahwa Lapangan Chatib Sulaiman merupakan peristiwa bersejarah yang harus dijaga dan dirawat. Ia pun menawarkan Lapangan tersebut untuk dibuat stadion. 

Peristiwa Situjuah Batua (Batur) adalah peristiwa di Situjuah Batua persisnya di Lurah Kincia, tempat pertemuan rapat para pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan pasukan Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) dalam merespons agresi militer II yang dilancarkan Belanda.

Rapat tersebut instruksi dari Gubernur Militer Sumatra Tengah Sutan Mohammad Rasjid, dengan memberi mandat kepada Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah (MPRD) Chatib Sulaiman untuk memimpinnya. Alhasil, rapat digelar malam hari pada 14 Januari 1949.

Adapun keputusan rapat di sebuah rumah di Lurah Kincia, sebagaimana dikutip dari Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Minangkabau/Riau 1945-1950 (II), supaya diadakan koordinasi perjuangan yang lebih baik. Lalu melakukan pencegatan yang lebih aktif terhadap patroli- patroli Belanda. Merusak jalan-jalan yang dilalui pasukan Belanda, termasuk menumbangkan kayu, dan menyiapkan pasukan yang kuat untuk melancarkan serangan.

Rapat berlangsung hingga larut malam. Setelah selesai, sebagian ada yang pergi dari kampung itu, dan sebagian menginap, dengan tidur di beberapa surau yang di sediakan.

Nahasnya, mereka yang masih ada di kampung itu bersimbah darah pada saat subuh. Mereka ditembaki tentara Belanda. Sebanyak 69 orang menemui ajal dalam kejadian itu, di antaranya Chatib Sulaiman (Ketua MPRD Sumatra Barat), Arisun St Alamsyah (Bupati Militer Kabupaten Limapuluh Kota), dan sejumlah pe mimpin pejuang dan anggota BPNK lainnya.

Perjuangan mereka dalam mempertahankan Republik telah diabadikan dalam bentuk penamaan Masjid Syuhada di kampung itu, juga tugu dengan goresan nama-nama yang gugur.

Sebanyak 9 orang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Situjuah Batua dan selebihnya di banyak tempat. Sebagian dibawa keluarga ke pandam pekuburan kaum atau keluarga.

Cerita Peristiwa Situjuah Batua terhampar di lahan seluas 3 hektare. Di sana, selain makam, juga berdiri Museum Lurah Kincia, gerbang atau gapura, dan sungkup.(ef)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved