arrow_upward

Sapardi, Petani Inovator Mitra DUDI Matching Fund Unand

Selasa, 06 Desember 2022 : 14.58
Sapardi dengann alat penyulingan minyak wangi dan berfot bersama sejumlah tokoh Sumbar. (ist).

Padang, Analisakini.id-Tidak optimalnya fungsi alat mesin pertanian bantuan dari pihak luar, tidak menyurutkan Sapardi, pelaku usaha tanaman atsiri pada 2017. 

Dia menjawabnya dengan melahirkan ide dan inovasi pengolahan tanaman atsiri itu. Berbekal ilmu pengetahuan yang diakses di internet, Sapardi memodifikasi alat penyulingan minyak atsiri. Hasilnya, ternyata memuaskan.

Inovasi sosial yang dilakukan Sapardi, diapresiasi para petani atsiri (nilam dan serai wangi) di sejumlah kampung di Padang. Petani memanfaatkan inovasi teknologi tepat guna yang dirintis Sapardi dan di tahun 2017, dirintislah pendirian Kelompok Tani Bukit Wangi. 

Aktivitas Sapardi yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Andala (Unand), memperoleh perhatian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian 

kepada Masyarakat (LPPM) Unand, seiring dengan didaftarkannya untuk pertama kali, paten alat penyulingan minyak atsiri yang diberi nama unik, Asliko. 

Asliko secara teknis merupakan singkatan dari alat suling kontinu. Secara kultural, bermakna inovasi karya anak nagari. 

Sejak pertengahan tahun 2019, LPPM Unand  mulai memfasilitasi Sapardi yang sempat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Andalas (FPUA) ini dalam program inkubasi dan menjadikan Kelompok Tani Bukit Wangi sebagai tenant selama lima tahun (2019 - 2023). 

Serangkaian kegiatan penguatan kapasitas SDM serta memfasilitasi secara gratis pendirian CV Asliko Nusantara Group merupakan bukti empati Unand kepada para inovator (petani dan pelaku usaha mikro) yang berada di salingka kampus Unand. Beragam pencapaian sudah diraih oleh Sapardi yang dipercaya sebagai 

Direktur CV Asliko Nusantara Group dan Tim Asliko, antara lain Juara Pertama Kompetisi TTG Tingkat Sumbar 2019, peraih Fateta Award untuk 

Inovasi Bidang Teknologi Pertanian - Pangan 2021, dan terdaftarnya puluhan paten sederhana serta satu sertifikat paten sederhana di Kemenkumham RI sejak 2019 sampai sekarang 

Hilirisasi minyak atsiri serta pengolahan limbah menjadi beragam inovasi produk, seperti : aromaterapi, hand sanitizer, pupuk organik, pakan ternak alternatif/silase juga terus dilakukan sejak 2017 hingga kini.

"Kami juga komersialisasi 60 unit Asliko ke sejumlah daerah di Indonesia sejak tahun 2020. Selain itu, juga telah dirintis sejumlah kelembagaan untuk mengembangkan ekosistem inovasi berbasis komunitas," katanya. 

Asliko terus berkembang. Selain Kelompok Tani Bukit Wangi sebagai unit budidaya dan CV Asliko Nusantara Group sebagai unit komersialisasi inovasi, juga sudah ada Sustainable Innovation Learning Center (SILeC) sebagai unit pemberdayaan SDM.

Selanjutnya Asliko Workshop sebagai unit hilirisasi inovasi, Kelompok Usaha Bukit Wangi sebagai unit pengolahan, Atsiri Organic Farm sebagai unit wisata, serta Koperasi Salingka sebagai unit pembiayaan serta diharapkan akan menjadi payung bagi seluruh unit yang ada. 

"Keseluruhan lembaga berada di kawasan salingka kampus, tepatnya di Kampung Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang,"jelas Sapardi.

Pencapaian Kelompok Tani Bukit Wangi - CV Asliko Nusantara Group selama dua tahun terakhir, tak terlepas dari kolaborasi bersama sejumlah pihak, khususnya di Unand. Misi Asliko sebagai model agro-industri kerakyatan berbasis tanaman atsiri semakin menampakkan wujudnya saat direkomendasikan oleh LPPM Unand untuk mengikuti Program Matching Fund di tahun 2022. 

Sejumlah dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian Unand dan Fakultas Pertanian Unand menjadi mitra DUDI CV Asliko Nusantara Group. Ketua tim adalah Prof. Dr. Ir. Anwar Kasim MS (Guru Besar Agroindustri) dengan anggota Dr. Ir. Alfi Asben, MS (Bidang Hilirisasi Produk Minyak Serai Wangi), Dr. Azrifirwan, S.TP. M.Eng (Bidang Manajemen Inovasi dan Standarisasi Alat Penyulingan/Destilator), serta Ferdhinal Asful SP, M.Si (Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kewirausahaan Sosial dan Kelembagaan).

Tim Matching Fund juga diperkuat dengan sejumlah dosen muda Fakultas Teknologi Pertanian, yakni : Dr. Deivy Andhika, Dr. Kiki Yulianto, dan Dr. Lisa Rahayu. Program Matching Fund juga terintegrasi dengan Program MBKM (Membangun Desa dan Magang Bersertifikat) yang melibatkan sejumlah mahasiswa. 

Dukungan Program Matching Fund dari Kemendikbud RI, diharapkan akan menjadi jawaban dari misi Asliko sejak awal dirintis oleh Sapardi dan Teguh Mizwarni Anugerah (mahasiswa yang sebelumnya pernah berkunjung ke Asliko dan akhirnya menjadi tim inti). 

Transformasi dari bisnis pertanian skala mikro berbasis komunitas menjadi bisnis pertanian skala industri berbasis komunitas, inilah harapan kita bersama. Harapan petani inovator dan komunitas petani yang didukung oleh perguruan tinggi dan Program Matching Fund. Semoga saja (ef).

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved