arrow_upward

Dari Diskusi Coca Cola Europacific Partners, Saatnya Jadikan Sampah Bernilai Ekonomi

Minggu, 07 Agustus 2022 : 19.00

 

Walikota Metro Provinsi Lampung, Wahdi bersama Direktur Harian Padang Ekspres, Nazir Fahmi, Penggiat Lingkungan Jambak Sea Turtle Camp, Pati Hariyose dan narasumber lainnya, saat diskusi terkait masalah sampah yang digelar oleh Coca Cola Europacific Partners di salah satu kafe di Padang, Minggu (7/8/2022). (rian)

Padang, Analisakini.id-Sampah menjadi permasalahan lingkungan yang harus menjadi perhatian. Sebab, dampaknya cukup besar terhadap keberlangsungan hidup manusia.

"Sebenarnya masalah sampah ini bisa diatasi, jika masyarakat berprilaku peduli terhadap sampah. Prilaku peduli ini bisa diwujudkan dengan mengolah sampah menjadi nilai ekonomi, yang dikenal dengan istilah ekonomi sirkular,' kata Walikota Metro Provinsi Lampung, Wahdi saat diskusi dengan insan pers yang digelar oleh Coca Cola Europacific Partners di salah satu kafe di Kota Padang, Minggu (7/8/2022).

Menurut dia, bicara sampah pada dasarnya juga bicara tentang keberlanjutan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan lingkungan.Hal inilah yang menjadi tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Yakni, pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara kesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter kandungan ini mengatakan, manusia itu sebenarnya penghasil sampah. Metabolisme dalam tubuh manusia saja bisa menghasilkan sampah feses dan urine.

“Karena itu, untuk mengatasi permasalahan sampah ini harus dimulai dari diri sendiri. Bicara tentang ekonomi sirkular menjelaskan sampah bisa bernilai ekonomi,” ujar Wahdi.

Disebutkan, manusia dalam itjihadnya bertanggungjawab untuk mengurus dunia. Karena itu manusia harus menjaganya.  Jadi, mengubah persepsi manusia tentang sampah itu penting sekali. Terutama tentang perilaku. Semuanya harus dimulai dari sendiri.

"Pemko Metro telah berupaya mengajak secara bersama untuk mengelola sampah. Termasuk mengajak Coca-cola untuk terlibat dalam mengatasi sampah ini. Upaya ini disebut sirkular ekonomi. Yakni agar sampah bisa bernilai ekonomi. Kita bahkan ada arisan sedot tinja yang dimulai dari ASN kita. Pola-pola ini harusnya dipakai dalam diri sendiri,” harapnya.

Direktur Harian Padang Ekspres, Nazir Fahmi mengatakan, sudah saatnya mulai sekarang sampah harus memiliki nilai ekonomis. Karena itu perlu disegerakan juga adanya pengawasan dan penindakan yang dilakukan Pemko Padang.

“Kalau tidak disegerakan sekarang pengawasan dan penindakannya di Kota Padang akan berbahaya. Satu hari saja di Padang bisa hasilkan ratusan ton sampah. Bahkan di Sumbar 2.000 sungai dan anak sungainya sudah tercemar akibat sampah. Seperti di Pantai Tiku, setelah hujan sungai dan pantai dan sungainya penuh dengan sampah plastik,” ungkap Nazir Fahmi.

Nazir Fahmi menilai, untuk mengatasi permasalahan sampah di kota ini harus sampai pada tataran penindakan. Media menurutnya harus berperan agar berita yang dihasilkan dan dimuat di media mampu mendapat respon dari walikota berupa penindakan.

Termasuk juga masalah plastik yang telah menjadi masalah nasional. Melalui publikasi media selama ini, bahkan nantinya akan ada kebijakan secara nasional untuk mengurangi produksi dan mengolah sampah plastik ini.

“Intinya, media harus jadi tangan orang kedua dan ketiga untuk ikut terlibat mengatasi masalah sampah ini, agar sampah bisa menjadi nilai ekonomi,” ajaknya.

Penggiat Lingkungan Jambak Sea Turtle Camp, Pati Hariyose mengatakan, sungai yang tercemar sampah dikuatirkan berdampak nelayan yang melaut tidak dapat ikan lagi, tapi justru yang didapat sampah.

“Kita ingin sampah dari laut yang dibawa ke daratan diolah. Sampah plastik tidak menakutkan tapi yang menakutkan ketidakpedulian terhadap sampah. Media sangat berperan penting mengubah prilaku orang terhadap sampah,” ungkap pria yang akrab dipanggil Yose ini.

Bahkan mengugkapkan, di negara maju sudah beberapa tahun lalu sudah menerapkan ekonomi sirkular. Bahkan di negara-negara tersebut sekarang justru kekurangan sampah untuk diolah.

Sementara di Padang atau Sumbar, kendala dari usaha daur ulang yang dilakukan sejumlah kelompok masyarakat atau komunitas selama ini menyangkut masalah finansial dan pemasarannya.

“Selama ini wadahnya sudah ada. Bahkan ada organisasi bank sampah yang cukup banyak. Setelah dipilah dan dipilih diolah mau dikemanakan hasil produk olahan sampah ini. Tidak ada yang menampung produknya,” ungkapnya.

Masalah lainnya selama ini, masyarakat dalam mengolah sampah baru sanggup melakukannya secara manual. Yose berharap pihak terkait dalam masalah sampah ini dapat menghadirkan teknologi pengolahan sampah.

“Per kecamatan harus ada satu unit pengolahan sampah. Unit pengolahan sampah ini misalnya bisa mengolah sampah plastik menjadi produk paving block. Ini salah satu cara untuk mengatasi sampah di Padang,” ungkapnya.

Emma dari Komunitas Daur Olah Produktif Kota Padang mengatakan, sampah itu sebenarnya harta karun yang terpendam. “Karena itu sampah ini harus menjadi tanggungjawab bersama. Karena kita yang menghasilkan,” ungkapnya.

Emma mengungkapkan, komunitas yang dipimpinnya bukanlah bank sampah. Tetapi Komunitas Daur Olah Produktif Kota Padang ini memiliki program membentuk kelompok untuk mendaur sampah. Kelompok ini memilah-milah sampah untuk didaur ulang.

Meskipun sudah menjalankan aktivitas mendaur ulang sampah, namun diakui Emma, kendala selama ini memang pemasaran yang sulit. Sampah kayu yang dilaut bisa diolah jadi kerajinan bernilai tinggi. Kantong kresek dibuat untuk kerajinan dompet tikar dan lainnya. "Tapi kami terkendala pemasaran yang sulit,” ungkapnya.

Sedangkan dr Yossi, dari Politeknik Negeri Padang, mengatakan, dengan sampah bisa mendaur ulang menjadi sesuatu menjadi bernilai bisnis. Pihaknya menurut Yossi selalu memotivasi UMKM di Padang dan Sumbar dengan melatih mereka untuk mengolah sampah menjadi bernilai ekonomi.

Namun, perlu juga diingat, kalau ada perusahaan yang memiliki chord bisnis dan limbah, maka perusahaan itu wajib mengolah limbahnya kembali.(ef)

 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved