Ketua Adat Suku Marind Alex Ndekin sedang memasangkan lambang adat masyarakat Meraukue kepada Bally Saputra, di kantor PT Riyad Grup Indonesia, Pangedegan, Jakarta Selatan, Selasa (26/7/2022). (ist) |
Jakarta, Analisakini.id-Pengusaha Minang Bally Saputra mendapat amanah untuk memajukan Suku Adat Marind Merauke, Papua. Penyerahan amanah adat tersebut disampaikan oleh Ketua Adat Suku Marind, Alex Ndiken dalam bentuk pemasangan Lambang Kehormatan Suku Marind Burung Cendrawasih dan Kasuari ke kepala Bally Saputra, bertempat di ruangan kerjanya, Selasa (26/7/2022).
Dalam sebuah video yang dikirimkan kepada wartawan, terlihat Ketua Adat Suku Marind Marauke, Alex Ndiken sebelum memasangkan lambang adat tersebut ke kepala Bally menyampaikan harapan kepada Bally Saputra untuk memajukan suku Marind yang berada dari Sabang sampai Merauke.
“Dengan pemasangan lambang adat ini kami mengharapkan kepada Bapak Bally Saputra Datuak Janosati agar dapat memajukan warga suku adat Marind yang berada dari Sabang dan Merauke,” ujar Alex yang saat itu juga memakai lambang adat tersebut di kepalanya.
Suku Marind Anim adalah suku terbesar yang mendiami Papua di sisi selatan. Tepatnya, mulai dari Selat Muli (Selat Mariane) hingga di perbatasan Papua dan Papua Nugini.
Mereka banyak mendiami aliran Sungai Buraka, Bian, Eli, Kumbe, dan Maro. Secara administrasi masuk zona Distrik Okaba, Merauke, Kimam, dan Muting. Secara budaya, suku Marind Anim sangat unik.Secara harfiah, kata Anim diadopsi dari anem yang berarti laki-laki.
Untuk penyebutan wanita adalah anum. Sebagai suku besar, Marind Anim juga terdiri dari sub-suku. Sebut saja Kanum-Anim, Yei-Anim, Yab-Anim, Maklew-Anim, dan Kukari-Anim. Khusus Kukari-Anim, suku ini mendiami zona geografis PNG. Kesamaan sub-suku itu yang menguatkan ikatan antara Merauke dengan Papua Nugini.
Papua dan PNG dipisahkan oleh hukum negara. Namun, secara budaya mereka sangatlah dekat. Dengan potensi ini, bisa menarik masuk sebanyak mungkin masyarakat Papua Nugini ke Sota.Secara ekonomi, Merauke dan Papua Nugini juga memiliki kedekatan.
Aktivitas bisnis yang melibatkan warga dari 2 negara ini sangat kuat. Budaya barter juga masih berlaku di sana. Suku Marind Anim ini mengandalkan produksi pertaniannya. Mereka mengolahnya dari berladang. Komoditinya ada ubi jalar, ubi kayu, kava, hingga sagu. Aktivitas lainnya menangkap ikan dan berburu.Mengacu hukum adat, suku ini tetap terkenal sebagai bangsa pengayau.
Kaum lelakinya punya peranan dan pengaruh tinggi dalam kehidupan sosial. Dalam peradaban lama, suku ini mengembangkan sendiri persenjataannya. Fungsinya untuk berperang dan berburu. Bentuknya, busur dari bambu, anak panah dari galah, tombak, dan gada.
Suku Marind Anim juga mendesain sendiri arsitektur rumah dan seni ukirnya. Rumah dibangun dengan lantai tanah, lalu dindingnya dari balok kayu yang kokoh. Atapnya terbuat dari daun ilalang juga nipah.
Detaiknya menarik dengan ukiran penghias tiang bangunannya. Terlihat semakin energik, suku ini juga memiliki busana yang sangat khas dan semarak. Apalagi, prajuritnya.
Sosial budaya Suku Marind Anim makin unik. Mereka menganut konsep klen patrilineal. Yaitu, ikatan teritorial eksogamik totemisme. Hal ini bisa dilihat dari komposisi perkampungannya.
Lantas kenapa pula Bally Saputra yang saat ini menjadi Sekretaris Dewan Pembina Organisasi (DPO) DPP REI mendapatkan amanah dari Kepala Suku Adat Marind?
“Jauh sebelum ini saya ikut membina masyarakat suku Marind bersama Kapolres Merauke AKBP Ahmad Untung Surianata atau lebih dikenal dengan nama Untung Sangaji, termasuk warga mereka yang berada di Jakarta,” papar Bally.
AKBP Untung Sangaji adalah seorang perwira menengah polisi kelahiran 6 Juni 1965) yang sejak 20 Juni 2022 menjabat sebagai Kabagada Rolog Polda Papua. Sebelumnya dia menjabat sebagai Kapolres Merauke.
“Saya dan pak Untung Sangaji aktif melakukan pembinaan terhadap warga Suku Marind sejak beliau menjabat Kapolres Merauke,” jelas Bally tanpa menyebut secara rinci bentuk pembinaan yang dia lakukan terhadap warga suku adat Marind itu.
Bally menambahkan dirinya akan melaksanakan amanah yang diberikan untuk melakukan pembinaan terhadap warga suku Marind itu, baik yang berada di Merauke atau pun diluar daerah lainnya.
“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Alex yang secara tiba tiba saja datang ke kantor saya, dan kemudian menganugerahkan lambang adat masyarakat Merauke itu. Insya Allah, amanah itu akan saya jalankan,” kata Bally.
Sebelumnya, Bally Saputra juga mendapat kepercayaan dari Pemerintah Nepal menjadi Konsulat Jenderal Kehormatan untuk Indonesia. Bally menyebut kehormatan yang diberikan sebagai bukti bahwa dirinya dipercaya dapat melakukan hubungan diplomasi antara Pemerintah Nepal dengan Indonesia. (ef)