arrow_upward

Duo Anton, Tokoh Muda Minang Bertemu di Acara Deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia

Sabtu, 16 Juli 2022 : 13.45
Para tokoh nasional lintas sektor deklarasi GNAI. (ist).

Jakarta, Analisakini.id-Bertempat di Aula Buya Hamka, Masjid Al Azhar  Sejumlah tokoh nasional lintas ormas Islam dan ratusan jamaah mendeklarasikan Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI). Gerakan ini untuk melawan isu Islamophobia di dunia yang oleh media barat digambarkan sebagai kaum teroris dan radikalis.

Deklarasi GNAI yang digelar di Aula Buya Hamka Masjid Al Azhar Jakarta ini dihadiri sejumlah tokoh Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Wakil Ketua Partai Ummat Buni Yani, Ketua Umum Partai Masyumi Reborn Ahmad Yani, Habib Mukhsin, Mustofa Nara, Refly Harun, Alfian Tandjung, Habib Umar Husain dan sejumlah tokoh dan aktivis lainnya. Termasuk mantan anggota DPR Hatta Taliwang, mantan anggota DPR Ariadi Ahmad, Rizal Fadilah, Anton Pratama ,Anton Permana  aktivis era 98 Andrianto. 

Sementara di jajaran inisiator dan pendiri GNAI ada nama Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Wahab Hasbullah yakni Gus Aam, Ahmad Dhani Prasetyo, Habib Mukhsin, Ustadz Umar Husein, Ustaz Alfian Tandjung.

Selain itu, sejumlah tokoh juga memberikan testimoni lewat video yang ditayangkan di lokasi acara antara lain Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Ketua Umum PP Syarikat Islam Hamdan Zoelva. Deklarasi dan pernyataan sikap Gerakan Nasional Anti Islamphobia (GNAI) dibacakan oleh Presidium GNAI Ferry Juliantono. Ferry mengatakan, pascaera perang dingin, dunia Barat mengalihkan sumber ancaman dan bahaya dari komunisme ke Islam yang termanifestasi dalam bentuk radikalisme, fundamentalisme dan terorisme, yang mengakibatkan munculnya stigma terhadap ajaran Islam sebagai ajaran yang berbahaya dan menakutkan atau dikenal sebagai Islamofobia. 

Sejarah menunjukkan stigma itu akhirnya menimbulkan kebencian kepada Islam sangat dalam di berbagai belahan dunia. Perbedaan teologis yang diperburuk oleh perbedaan politik, ekonomi, dan budaya seringkali menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antar negara. 

Namun setelah puluhan tahun berlangsung tanpa bukti-bukti ilmiah, akhirnya muncul kesadaran baru sumber ancaman dunia berasal dari ajaran Islam tidaklah benar, tidak produktif, bahkan deskruktif bagi pergaulan internasional. "Kesadaran baru itu kini telah termanifestasikan dalam bentuk pencanangan Hari Anti Islamophobia se-Dunia pada 15 Maret 2022 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diikuti oleh berbagai negara khususnya negara-negara Barat. Walaupun kesadaran baru di kalangan para pemimpin itu sudah terbentuk, namun ini tidak serta merta terjadi di dalam masyarakat sehingga diperlukan kebijakan afirmatif agar bisa diikuti oleh seluruh bangsa di dunia", ujar Ferry di Jakarta, Jumat (15/7/2022).(rel)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved