Leonardy Harmainy. |
Jakarta, Analisakini.id- Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. Tidak boleh ada yang mengganti Pancasila sebagai ideologi negara.
Hal itu ditegaskan oleh Ketua Badan Kehormatan DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH usai peringatan Hari Pancasila di Ende, Nusa Tenggara Timur. “Selamat Hari Pancasila buat seluruh elemen bangsa. Ingatlah selalu, Pancasila adalah ideologi negara kita, tidak boleh diganti oleh yang lainnya. Pancasila yang mempersatukan bangsa ini. Generasi muda bangsa pun harus terus disosialisasikan tentang ideologi negara ini,” ujarnya tegas.
Sosialisasi tentang nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan oleh generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Jangankan generasi muda, generasi tua yang sudah mengikuti berbagai sosialisasi, bimtek, pelatihan tentang Pancasila saja bisa juga terpapar dengan paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila.
Generasi muda harus dipahamkan Pancasila adalah sistem nilai yang saling terkait dari lima nilai moral berbangsa dan bernegara dan telah dimuat alam pembukaan UUD 1945 pada alenia IV. Kelima sila telah diakui oleh para leluhur bangsa Indonesia sebagai nilai moral yang dipercaya bisa menuntun peradaban kita sebagai negara dan bangsa. Sebagai tanda terima kasih kepada bapak pendiri bangsa tersebut, hendaknya setiap tata laku dan kebijakan kita sebagai warga negara Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus bercermin pada nilai Pancasila. Agar terbangun harmoni kebangsaan, rasa persatuan dan kebersamaan
Perlu diperbanyak kegiatan atau acara yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai Pancasila. Hal ini, kata senator asal Sumatera Barat dimaksudkan agar generasi muda tidak lupa. Dengan tertanamnya nilai-nilai Pancasila dalam diri mereka, maka mereka bisa menjaga jati diri bangsa Indonesia.
Kita harus memahami karakter dan tingkah laku generasi milenial saat ini sangat mudah dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Di lain pihak mereka dituntut untuk berlomba-lomba menciptakan inovasi dan juga berpikiran kreatif agar bisa eksis.
“Kita khawatir generasi muda bangsa kita mulai melupakan jati diri mereka dan jati diri bangsa Indonesia. Akibat pengaruh dari perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh arus globalisasi,” ungkapnya.
Dikatakan Leonardy, penggunaan internet sangat meningkat di kalangan generasi milenial. Anak berusia 7 tahun ke atas sudah bisa membuka segala macam hal yang terdapat di internet lewat gadgetnya.
“Maka dari itu mari kita isi waktu luang mereka untuk melakukan hal-hal positif. Beri kesibukan mereka dan pantau kesibukan mereka dengan bijaksana,” tegasnya.
Tentu harus dipikirkan bagaimana cara yang efektif dalam penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial. Menurut Leonardy, metode doktrin mungkin kurang cocok dengan pola pikir milenial. “Budaya mendengar sepertinya lebih baik untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila ini. Dengar apa yang anak milenial inginkan tentang Pancasila. Manfaatkan aplikasi media sosial maupun teknologi informasi yang ada. Bisa juga dengan memanfaatkan tokoh-tokoh berpengaruh (influencer) di media sosial tersebut,” ulasnya.
Lebih jauh Leonardy menyebutkan, pengamalan Pancasila dengan membangun semangat kebhinekaan bagus juga diterapkan. Tunjukkan bagaimana kebijakan pemerintah berisi pengakuan terhadap perbedaan yang ada, perlakuan yang sama terhadap berbagai elemen masyarakat, penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia.
Kata Leonardy lagi, praktek yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat kadang banyak yang kontradiksi dengan nilai-nilai Pancasila juga membuat generasi milenial berkurang kebanggaannya dengan ber-Pancasila. Ini harus jadi perhatian kita secara komprehensif, dan harus ada upaya terintegrasi dan berkesinambungan.
“Paling penting dari semua itu, karena Pancasila dihasilkan dari akar budaya masyarakat Indonesia, makanya kearifan lokal harus dibawa serta jika ingin mengenalkan apalagi menanamkan nilai-nilai Pancasila,” tegasnya.
Untuk itu, kita berharap, Pendidikan Pancasila dihidupkan lagi. Dia beralasan Pancasila adalah ideologi negara, artinya Pancasila itu nyawa bangsa Indonesia yang kita yakini bisa mempersatukan bangsa, hendaknya dipelajari secara terstruktur dan sistematis.
Kita semua tentu tak ingin generasi penerus bangsa ini menjadi generasi yang membuat korupsi makin merajalela, membudayakan hedonisme, melakukan praktik-praktik yang melanggar hukum secara brutal. “Mari kita jadikan Pancasilta wujud dalam kehidupan. Bagaimana semua melihat nilai-nilai Pancasila mampu mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi anak bangsa, dan warga negara merasakan kekayaan negerinya,” ujarnya.
Leonardy optimis, jika ini terjadi, maka generasi milenial akan bangga dengan Pancasila. Mereka bangga menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata. Dan mereka bangga berbangsa, bernegara dan berbahasa Indonesia. Selanjutnya mau berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
Leonardy mengatakan saat ini, Anggota MPR RI yang terdiri dari Anggota DPD RI dan Anggota DPR RI wajib melaksanakan sosialisasi empat pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam setiap kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan tersebut, kata Leonardy, selalu dia ingatkan kepada peserta sosialisasi untuk menyebarluaskan ilmu yang dia dapatkan dari kegiatan tersebut kepada yang lainnya. Bahkan untuk organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan yang punya basis di daerah-daerah tingkat dua (kota/kabupaten), dia meminta agar materi empat pilar kebangsaan dimasukkan ke materi-materi pelatihan yang mereka lakukan.
Leonardy mengungkapkan generasi dia dan sesudahnya yang dulu sering ikut pelatihan/penataran tentang Pancasila yang dinamai Penataran P4 pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila hingga 125 jam. Di tahun pertama duduk di sekolah menengah dan perguruan tinggi harus ikut P4 pun masih ada juga yang bisa dibelokkan ke paham lain. (***)