arrow_upward

Pemprov Sumbar Targetkan Perluasan Lahan Kopi 1.000 Hektare

Kamis, 24 Maret 2022 : 19.50

 

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Syafrizal (tengah) menerima cinderamata dari Ketua Umum Dekopi Anton Apriyantono (kiri)  didampingi oleh Ketua Dekopi Perwakilan Sumbar Fajarudin di dalam kegiatan memperingati Hari Kopi Nasional di Kabupaten Solok, Sumbar

Solok, Analisakini.id-Pemerintah Provinsi Sumatera Barat targetkan penambahan perluasan lahan perkebunan kopi mencapai 1.000 hektare. Langkah ini adalah bentuk upaya Pemprov untuk meningkatkan produktivitas. 

"Saat ini luas perkebunan kopi di Sumbar mencapai 27.000 hektare lebih. Dari luas lahan itu, produksi kopi di Sumbar hanya 17.000 ton per tahunnya. Kita tentunya ingin komoditi kopi ini terus berkembang. Karena kopi Sumbar telah banyak yang ekspor, terutama untuk kopi arabika yang kini di hendel oleh kopi Solok Radjo," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Syafrizal usai peringati Hari Kopi Nasional di Solok, Kamis (24/3/2022). 

Menurutnya target penambahan luas lahan kopi itu juga mengikuti permintaan dari Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Karena Dekopi melihat kopi di Sumbar menjadi salah satu kopi unggulan di Indonesia. Namun Jejeng menyebutkan untuk penambahan luas tanam kopi ini tidak bisa serta merta di seluruh daerah di Sumbar. Tapi hanya bisa untuk daerah di dataran tinggi dan dengan ketentuan suhu. 

"Karena kopi kualitas terbaik itu dipengaruhi oleh alamnya. Seperti halnya kopi arabika, yang tumbuh di dataran tinggi. Target perluasan lahan kita untuk kopi arabika ini, karena memiliki potensi ekspor," ujarnya. 

Disebutkan perluasan lahan kopi yang ditargetkan 1.000 hektare itu, akan dimulai dari tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Karena untuk melakukan perluasan lahan itu, hanya dapat dilakukan secara bertahap. Selain nantinya akan menambah luas lahan, Jejeng menyatakan, juga akan membina petani kopi untuk menanam kopi organik. Hal ini juga bentuk merespons arahan dari Dekopi yang menyebutkan kopi organik menjadi syarat untuk bisa masuk ke pasar Eropa. 

"Untuk kopi organik, kita akan siapkan bantuan bibit kopinya, alatnya, serta pendampingan di lapangan. Agar dari hulu ini bisa berjalan baik," ucapnya. 

Setidaknya dalam upaya penambahan luas lahan itu, para petani bisa diarahkan untuk menanam kopi organik. "Bibit dan cara perawatannya sama dengan kopi pada umumnya. Hanya saja kopi organik ini tumbuhnya alami, tidak pakai pupuk dari berbahan kimia," ungkap Jejeng. 

Sedangkan, Ketua Umum Dekopi Anton Apriyantono mengatakan Sumbar memiliki potensi yang besar untuk pengembangan komoditas kopi. Karena melihat dari produksi kopi yang dilakukan oleh kopi Solok Radjo, telah menunjukan bahwa kopi arabika Solok itu paling enak dan memiliki cita rasa berkelas dunia. 

"Tapi untuk kopi arabika di Sumbar masih sedikit, yang banyak adalah robusta. Padahal arabika dimiliki oleh pasar dunia," ungkapnya. 

Untuk itu, Anton menginginkan perluasan lahan kopi perlu dilakukan kedepannya. Terutama untuk menerapkan perkebunanan kopi organik. 

"Tidak sulit kok untuk kopi organik itu. Kan kopi tanaman yang mudah tumbuh. Pupuknya tidak harus dari pupuk berbahan kimia," sebut dia. Anton berharap Sumbar bisa terus mengembangkan komoditas kopi, karena tidak hanya bicara peluang ekspor, tapi juga bisa memberikan dampak ekonomi bagi daerah dan petani. (***)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved