arrow_upward

Anggota DPR Asli Chaidir Sebut Perbedaan Awal Ramadhan itu, Rahmat

Selasa, 29 Maret 2022 : 19.08
Asli Chaidir.

Padang, Analisakini.id-Penetapan awal Ramadhan dan Syawal tahun ini berpotensi berbeda antara pemerintah dengan organisasi Islam seperti Muhammadiyah. Meski berbeda, Anggota Komisi VIII DPR H. Mhd Asli Chaidir meminta umat menghargai perbedaan tersebut. Perbedaan itu adalah rahmat.

"Sikapi dengan penuh toleransi. Itulah Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika," kata politisi PAN ini, Selasa (29/3/2022) di Padang.

Bahkan perbedaan awal Ramadhan merupakan suatu rahmat. Perbedaan awal Ramadhan tahun ini juga dibingkai dengan kesamaan dalam satu tujuan, sehingga tidak perlu memandang negatif perbedaan tersebut.

Asli mengajak seluruh masyarakat untuk memaknai puasa dan melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya meskipun terjadi perbedaan awal berpuasa. "Saya sendiri sebagai orang Muhammadiyah awal puasa Ramadhan, pada 2 April 2022," katanya.

Disebutkan, seluruh pihak menginginkan menyatukan perbedaan pendapat itu kendati sejauh ini belum ditemukan titik temu. "Kita menyikapinya, tetap harus bertoleransi. Saat ini, sudah suatu kemajuan karena masyarakat sudah bisa legawa. Kalau bisa disatukan, lebih baik lagi," terang Asli.

Sebelumnya, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengatakan perbedaan tersebut merupakan suatu hal yang biasa.

"Perbedaan itu sesuatu yang sunnatullah, suatu yang niscaya, wong kita juga beda-beda, wong kita juga Bhineka Tunggal Ika, jangan timbul sikap melecehkan, mengejek apalagi nauzubillah, fitnah dan lain sebagainya," ujar Amirsyah dalam diskusi Forum Merdeka Barat, Senin (28/3).

Dia menjelaskan, hingga kini masih ada perbedaan dalam menetapkan awal bulan hijriah. Dia menyebut, ada yang menggunakan metode hisab dan rukyat. "Sebenarnya rukyat dan hisab ini satu kesatuan, karena itu saling mengonfirmasi sehingga mendekatkan pada satu Ramadan itu pasti," ucapnya.

"Mengapa terjadi perbedaan, karena ada perbedaan sudut pandang melihat. Maksud melihat itu sebenarnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan hanya dengan mata kepala langsung, tapi menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi, kajian ilmiah. Oleh karena itu, sesungguhnya melihat itu, dengan tiga, ainul yaqin mata sendiri, ilmu yang kita miliki, haqqul yaqin," katanya.

Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Indonesia Kementerian Agama (Kemenag), Thomas Djamaluddin, juga mengatakan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1443 Hijriah/2022 Masehi berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah.

Hal itu karena adanya aturan baru dari kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang ditetapkan pada 2021. (***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved