arrow_upward

WHO Beri Warning Baru soal Omicron, Minta Negara Hati-hati

Rabu, 02 Februari 2022 : 20.41

 


Jakarta, Analisakini.id-Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan baru soal Omicron. Lembaga PBB itu mengatakan banyak negara belum mencapai puncak kasus varian Covid-19 itu.

Karenanya WHO meminta langkah-langkah pelonggaran harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Apalagi faktanya, di banyak negara, masih banyak individu yang belum mendapat vaksin dan menjadi rentan.

"Kami mendesak agar berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka," kata Pemimpin Teknis WHO Maria Van Kerkhove dalam briefing online, Selasa (1/2/2022).

"Jadi sekarang bukan saatnya untuk melonggarkan semuanya sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu sangat berhati-hati, dalam menerapkan intervensi serta mencabut intervensi tersebut secara perlahan, selangkah demi selangkah. Karena virus ini cukup dinamis."katanya seperti dikutip dari cnbcindonesia.com.

Hal yang sama juga dikatakan Direktur Jenderal WHO Tetras Adhanom Ghenbreyesus. Ia mengaku prihatin dengan narasi yang beredar di beberapa negara belakangan ini.

"Karena vaksin, dan karena penularan Omicron yang tinggi dan tingkat keparahan yang lebih rendah, mencegah penularan tidak mungkin lagi, dan tidak lagi diperlukan," katanya menyinggung sejumlah negara. "Masih terlalu dini bagi negara mana pun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan."

Sementara itu, Kepala kedaruratan WHO Mike Ryan meminta negara-negara memetakan strategi sendiri untuk keluar dari pandemi. Dan, tidak ikut-ikutan negara lain karena situasi yang dihadapi mungkin berbeda.

"Saya pikir ini adalah fase transisi bagi banyak negara, tidak setiap negara dalam situasi yang sama," ujarnya.

"Negara-negara yang membuat keputusan untuk membuka diri secara lebih luas juga perlu memastikan kapasitas untuk memperkenalkan kembali tindakan (pembatasan Covid-19), dengan penerimaan masyarakat, jika diperlukan. Jika kita membuka pintu dengan cepat, sebaiknya kamu juga bersiap bisa menutupnya dengan sangat cepat juga."

Sebelumnya, langkah pelonggaran dilakukan Inggris akhir Januari. Negeri itu mencabut semua pembatasan sosial termasuk penggunaan masker dan paspor Covid-19 uituk masuk ke acara-acara besar.

Inggris mengaku negeri itu sudah melalui puncak Omicron. Belum lagi, tingkat vaksinasi tinggi.

Mengutip Worldometers, kasus Covid-19 baru Inggris Selasa tercatat 112.245 dengan angka kematian 219 pasien. Secara total, saat ini Inggris memiliki 3,7 juta kasus aktif.

Banyak pihak berpendapat ini merupakan aksi politik PM Inggris Boris Johnson di tengah sejumlah skandal pelanggaran protokol kesehatan saat Inggris melakukan lockdown di awal 2019. Johnson ketahuan hadir dalam pesta di kantornya dan membuat publik marah dan memintanya mundur.

Langkah pelonggaran Inggris ini kemudian diikuti Irlandia dan Belanda. Terbaru, ini akan dilakukan Denmark dan Austria.

Sementara itu, mengutip dari sama, saat ini total 381 juta warga dunia sudah terinfeksi Covid-19 dengan 5,7 kematian. Namun 301 juta warga berhasil sembuh. (***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved