Effendi |
Oleh Effendi
Hingga siang ini sudah banyak calon yang mendaftarkan diri maju sebagai Ketum IKA Unand. Sebuah terobosan dan memperlihatkan meriahnya alek alumni Unand. Salut kita kepada panitia dan tim pengusung Caketum IKA Unand.
Berdasarkan jadwal, hari ini tepatnya pukul 14.00 WIB, pendaftaran Caketum ditutup. Yang tak daftar, maaf tak bisa ikut. Entah kalau ada kesepakatan lain panpel yang terbaru.
Yang sudah mendaftar adalah Surya Tri Harto, Khairul Ikhwan, Imelda Sari dan sejumlah nama lain. Ada nama yang diapungkan juga sejak awal dan ditunggu-tunggu kedatangannya adalah Mahyeldi, Ketum DPP IKA FPUA yang juga Gubernur Sumbar.
Panitia sudah menetapkan mekanisme pemilihannya, mulai diajukan oleh minimal satu pemegang hak suara (DPP Fakultas atau DPD IKA Unand), mohon kesediaan yang bersangkutan untuk menjadi Ketum di atas materai Rp10.000 sampai nanti adu visi-misi sebagai Caketum. Ya, pokoknya mekanisme pemilihan kali ini menuju arah lebih baik dan berkualitas. Semoga ke depan lebih baik dan lebih meningkatkan lagi tingkat seleksinya.
Melihat antusias para calon maju sebagai Caketum IKA Unand, ini adalah langkah baik.
Makin hidup demokrasinya. Selama ini, hanya dalam pemilihan Ketua parpol, atau organisasi profesi seperti Gapensi, Kadin hingga organisasi seperti KONI, ansur-angsur dibuat pula untuk organisasi alumni seperti yang dilakoni Panpel Kongres VI IKA Unand kali ini.
Lantas bagaimana Mahyeldi? Melihat bakal terjadinya voting, alangkah elegan dan lebih baik tidak usah diikuti oleh Mahyeldi. Bagaimana pun juga, baju Gubernur Sumbar sulit dilepaskan dari Mahyeldi. Gubernur Sumbar maju menuju kursi Ketum IKA Unand lewat voting? Ini yang kurang pas. Sekali lagi ini pendapat pribadi dan diyakini banyak juga yang tidak setuju. Tapi itulah demokrasi. Saling hargai pendapat.
Kenapa kurang pas? Gubernur Sumbar bertanding menuju Ketum IKA Unand, sepertinya Gubernur Sumbar (baca Mahyeldi) berharap jadi Ketum. Rasanya Mahyeldi tidak berharap dan punya hasrat besar, kecuali kalau memang amanah itu diberikan kepadanya.
Jabatan Ketum IKA Unand hanyalah jabatan organisasi sosial, paguyuban biasa. Lazimnya justru para alumni menginvestaris potensi-potensi alumni yang bisa diamanahkan jadi Ketum. Seperti dulu dilimpahkan kepada Zainal Bakar, Gamawan Fauzi, Fasli Jalal dan Asman Abnur.
Saya yakin para alumni "mengamanahkan" Zainal Bakar, Gamawan Fauzi, Fasli Jalal dan Asman Abnur bukan karena personnya, lebih dominan karena jabatannya. Ya benar itu dulu. Sekarang sudah berubah. Warna demokrasi harus lebih dihidupkan.
Oleh karena itu pula, sekali lagi dan mohon maaf, ini pendapat pribadi, sebaiknya Mahyeldi tak usah ikut pula dalam bursa pencalonan Ketum IKA Unand. Andai ikut juga, termasuk penyampaian visi dan misi hingga menang dalam voting, misalnya tapi sesungguhnya adalah Gubernur Sumbar Mahyeldi "kalah" dalam perebutan kursi Ketum IKA Unand. (***)
Penulis alumni Unand dan seorang jurnalis