arrow_upward

Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Energi

Senin, 14 Juni 2021 : 09.00

 

Audy Joinaldy.

oleh Audy Joinaldy

Persoalan sampah hingga kini terus menjadi perhatian semua pihak. Outputnya hanya satu, terkelola dengan baik dan bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Di Sumbar, persoalan sampah juga seperti itu.

Pemerintah daerah berharap persoalan sampah ini bisa dituntaskan atau  setidaknya bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan baik bagi masyarakat sendiri maupun lingkungan. Berbagai upaya juga terus dilakukan, termasuk menerapkan teknologi pengolahan.

Dalam konteks teknologi pengolahan ini, belum lama ini saya berkunjung ke Cilacap, Jawa Tengah untuk melihat teknologi pengolahan sampah. Dari berbagai referensi dan cerita dari pihak-pihak yang terkait, di Cilacap itu ada teknologi pengolahan sampah menjadi energi. Hasil olahannya bisa menggantikan peran batu bara.

Di Sumbar, PT Semen Padang membutuhkan batu bara cukup banyak. Begitu pula PLN, juga cukup menggantungkan 'hidup' dari batu bara. Sementara dari sisi persediaan, batu bara di perut Sumbar mulai terbatas dan lama kelamaan pasti berkurang. Sementara permintaan akan meningkat. Pun juga untuk kebutuhan lainnya.

Hal ini tentu membutuhkan energi lain yang bisa menggantikan peran batu bara. Nah di Cilacap, ternyata sudah ada teknologinya. Sampah diolah menjadi energi menggantikan batu bara.

Teknologi dimaksud adalah refuse-derived fuel (RDF). Di sana, tepatnya di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, ada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) berteknologi refuse-derived fuel (RDF), tepatnya di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi.

Proses pengolahannya menggunakan proses homogenizers untuk mengubah ukuran sampah menjadi lebih kecil atau sesuatu yang bermanfaat. Hasilnya akan menjadi sumber energi dalam proses pembakaran, yaitu sebagai pengganti batu bara.

Hasil pengolahan sampah dengan metode RDF berbentuk energi ini mengurangi konsumsi batu bara, sekaligus mengatasi masalah sampah.  Kemudian juga meminimalkan pencemaran lingkungan baik pencemaran air maupun udara, sehingga lebih ramah lingkungan.

Sistem RDF merupakan tonggak baru pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan memproses menjadi RDF bisa mengurangi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dan hal ini menjadi motivasi bagi pemerintah daerah di Sumbar untuk menerapkannya.

Dari penjelasan Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji saat menerima rombongan kami, mengatakan saat ini TPST RDF Jeruklegi mampu mengolah sampah 120 ton setiap hari. Sementara untuk kapasitas mesin RDF mampu mengolah sampah 150 ton setiap harinya.

Untuk biaya produksi olahan sampah dengan sistem RDF membutuhkan Rp300 ribu/ton setiap harinya atau sekitar 20 US dollar. Sedangkan untuk batubara dalam satu ton mencapai 40-50 US dollar. Padahal nilai kalorinya sampai 3.000 kalori per ton. Ini artinya pengolahan sampah dengan sistem RDF menguntungkan.

Kehadiran Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) berteknologi refuse-derived fuel (RDF) di Cilacap itu memang menguntungkan. Pemakaiannya diresmikan oleh Menteri Koordinator Maririm dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan, pada Selasa (21/7/2020) dan yang di Cilacap ini adalah yang pertama di Indonesia.

Pemerintah pusat sendiri seperti yang disampaikan Menko Marves RI Luhut Binsar Panjaitan dalam webinar bertajuk Kemitraan Menuuju Indonesia Bebas Sampah : Peresmian Fasilitas TPST3R di Kabupaten Pasuruan, Jumat (26/2/2021), menargetkan tahun ini akan membangun 10 tempat pengolahan sampah RDF. Kalau bisa lebih dari 10.

Pemerintah daerah Sumatera Barat tentu berupaya untuk menangkap peluang itu. Berbagai langkah dilakukan, baik dari kesiapan di bawah hingga menjajaki ke pemerintah pusat dan tentu saja kepada Menko Marves RI.

Alhamdulillah, kedatangan kami bersama Gubernur Mahyeldi direspon baik oleh Menko Marves RI Luhut Binsar Panjaitan. Berbagai usulan pembangunan yang diselaraskan dengan kerangka pembangunan nasional diajukan. Dan rencananya pengolahan sampah di Sumbar akan difasilitasi Deputi IV Kemenko Marves RI.

Dukungan semua elemen masyarakat menjadi kata kunci di sini agar harapan kita bersama menghadirkan teknologi pengolahan sampah menjadi energi pengganti fungsi batubara, bisa terealisasi. Semoja saja. (***) 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved