arrow_upward

Sisi Lain Airlangga Hartarto, Menyatukan yang Bertikai

Sabtu, 26 Juni 2021 : 08.30
Effendi.

Oleh Effendi

Terpilih aklamasi pada Munas Partai Golkar, akhir Desember 2019 sebagai Ketua Umum (Ketum) memperlihatkan sosok Airlangga Hartarto memang pas dan ideal memimpin partai berlambang pohon beringin ini. 

Padahal jelang Munas di berbagai media, bakal terjadi pertarungan sengit antara Airlangga yang ketika itu menjabat Menteri Perindustrian dengan Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI. Tapi detik-detik terakhir, Bambang mundur dari pencalonan sebagai Ketum. Otomatis tinggal Airlangga sendiri dan terpilih secara aklamasi.

Menyadari Partai Golkar adalah partai besar, Airlangga lantas tidak meninggalkan lawan-lawannya dan boleh dikatakan cukup banyak juga tokoh yang berada di kubu Bambang Soesatyo. Melainkan dirangkul dan menjadi petinggi DPP Partai Golkar.

Tak heran Bambang Soesatyo sendiri menegaskan, tidak ada lagi kubu-kubuan. "Semua harus dirangkul sehingga kekuatan yang ada di Partai Golkar tetap tumbuh dan menjaga sampai 2024 kita saling bergandengan tangan bekerjasama membesarkan Partai Golkar," ucap Bambang usai Munas.

Airlangga sosok pemimpin tenang. Tak gegabah dan masukan dari berbagai pihak yang bertujuan untuk membesarkan partai, menjadi tolak ukur. Disadari, potensi Golkar besar. Itu semua adalah modal untuk lebih membesarkan partai ke depan. Agar lebih mendapat tempat di hati rakyat.

Langkah cerdas dan penuh visioner pun ditempuh, dengan melibatkan sejumlah tokoh Golkar yang disegani dan yang berurat berakar ke bawah bahkan diantaranya adalah mantan Ketum Partai Golkar seperti Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono. Ditarik juga tokoh senior Golkar lain, Luhut Binsar Panjaitan.

Nama tokoh besar Golkar lain, Jusul Kalla memang tak masuk dalam Dewan Pengurus Golkar. irlangga menyebut nama Jusuf Kalla memang tak masuk dalam Dewan Pengurus Golkar. Namun, saran dan masukan dari mantan Wapres tersebut tetap diperlukan. 

"Ya beliau sebagai senior Partai Golkar yang setiap saat memberikan masukan dan ada beberapa tokoh-tokoh dekat dengan beliau yang ditugaskan di Partai Golkar. Beliau menugaskan," sebut Airlangga ketika itu.

Hadirnya tokoh-tokoh Golkar yang publik tahu ada yang bertikai dan bersebarangan, dalam kepengurusan Golkar periode 2019-2024 di bawah kepemimpinan Airlangga, tentu menjadi magnit dan daya tarik bagi publik dan masyarakat. 

Banyak yang meyakini, dengan menyatunya tokoh-tokoh yang bertikai di tubuh Golkar, akan berbuah kepada kian dicintainya partai Golkar oleh rakyat. Para kader yang diberi amanah untuk menjadi kepala daerah maupun wakil rakyat, berbuat dan unjuk kinerja. Berjibaku untuk kepentingan rakyat. Mendengar dan menyikapi apa yang menjadi harapan dan suara rakyat. Suara Rakyat, Suara Golkar. Ini tagline Partai Golkar. Cocok dan pas.

Salah satu contohnya di Sumbar, kalah pada Pileg 2019, tapi sukses di Pilkada 2020. Kalah di Pileg 2019 (hanya masuk lima besar setelah Partai Gerindra, PKS, Partai Demokrat dan PAN), dikaji betul bukan kekalahan Golkar sesungguhnya. Lebih banyak disebabkan oleh faktor ekor jas Pilpres yang diadakan serentak dengan Pileg.

Partai Golkar mengusung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin bersama beberapa parpol lain. Sedangkan empat parpol yang mengungguli Partai Golkar di Pileg, mengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pasangan Prabowo-Sandi unggul telak di Sumbar, walau secara nasional, pasangan ini kalah dari pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Tapi terlepas dari hal itu, Golkar Sumbar yang dikomandoi Khairunnas tetap berbenah. Kekurangan yang ada diperbaiki. Yang baik dipertahankan sekaligus melahirkan berbagai inovasi. Jajaran Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Sumbar yang dikepalai Zulkenedi Said pun menjabarkannya secara teknis dan berbagai taktik. Ya, itu benar yang ditekankan Ketum Partai Golkar Airlangga kepada seluruh jajarannya mulai pusat hingga daerah.

Alhamdulillah, pesan moral Airlangga diamalkan di Sumbar. Kalah di Pileg 2019, sukses di Pilkada 2020. Pilkada serentak di 14 daerah (satu provinsi dan 13 kabupaten/kota), Golkar sukses di 6 daerah. Benar dalam konteks mengusung calon, Partai Golkar sebagai pemenang kedua setelah PAN yang sukses memenangkan Pilkada di 7 daerah. 

Akan tetapi dari sisi kader, Golkar paling unggul dalam Pilkada serentak tersebut. 4 kadernya menjadi orang nomor satu-penentu kebijakan-, yaitu Khairunas (Bupati Solok Selatan), Benny Utama (Bupati Pasaman), Safarudin Dt. Bandaro Rajo (Bupati Limapuluh Kota) dan Benny Dwifa Yuswir (Bupati Sijunjung).

Meski kader Golkar paling banyak unggul dalam Pilkada, tapi amanat Ketum Airlangga lagi-lagi ditanamkan betul. Rangkul semua untuk membangunan daerah. Semua kader Golkar yang memenangkan Pilkada itu pun menegaskan, kemenangan Pilkada itu adalah kemenangan rakyat. Tidak ada lagi kubu-kubuan.

Tak hanya sukses menyatukan yang bertikai, Airlangga yang diamanahkan menjadi menteri juga sukses. Saat menjabat Menteri Perindustrian, prestasi membuat Making Indonesia 4.0 yang disusun dan diluncurkan oleh pemerintah diharapkan agar industri di Indonesia melakukan lompatan jauh (leapfrog) ke tahap kesiapan memasuki revolusi industri 4.0.

Sekarang, sejak Oktober 2019 diamanahkan Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Perekonomian juga sukses dilakoni. Apalagi kondisi saat ini di tengah pandemi Covid-19 sangat penting bagi rakyat program yang berorientasi dalam rangka menggerakkan perekonomian. 

Airlangga tentu berupaya bagaimana bencana non alam yang menimpa itu, bisa diminimalisir dampaknya terhadap perekonomian nasional. Dan di lapangan, Airlangga Hartarto yang kini dipercaya sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menunjukkan progres yang baik bagi perbaikan ekonomi nasional dan pemulihan kesehatan rakyat.

Motto Partai Golkar, ' Rakyat Sehat, Ekonomi Bangkit' yang melekat di baliho Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto hampir di setiap provinsi mengisyaratkan kepada kita semua, kondisi yang diharapkan di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Seirama dengan tugas negara yang diemban sebagai Menko Perekonomian. 

Ya itulah sisi lain Airlangga, sukses menyatukan yang bertikai. Sukses pula mengembankan tugas yang diamanahkan, tanpa ada gesekan dari lawan-lawan politik, yang memang realitanya, Airlangga tidak punya lawan. Semua dirangkul. Hubungan lintas partai dibina. Hubungan dengan berbagai elemen lain, juga dipererat.(***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved