Seorang warga sedang divaksin dalam program vaksinasi Covid-19 di Sumbar. (sumber : facebook sonialis). |
Padang, Analisakini.id-China mengklaim sudah memberikan 1 miliar dosis vaksin Covid-19 kepada rakyatnya. Angka capaian tertinggi di dunia saat ini, dan ternyata ada taktik pemerintah agar bisa melakukan vaksinasi 1 miliar rakyatnya tersebut.
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mencatat detail angkanya ialah 1.010.489.000 dosis vaksin per Sabtu (19/6/2021), menurut laporan CNN. Dengan dosis tersebut, China nyaris mencapai 40 persen dari total vaksinasi di seluruh dunia.
Benar, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 2,62 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di seluruh dunia dan semiliarnya adalah angka yang didapat dari vaksinasi Covid-19 di China.
Pergerakan vaksinasi Covid-19 di China sangat pesat. Padahal, menurut beberapa sumber, China sedikit terlambat dibandingkan Amerika Serikat yang mulai duluan.
Menjadi pertanyaan dan tentunya pembelajaran bagi bangsa Indonesia, apa rahasia cakupan vaksinasi Covid-19 di China begitu besar?
Menurut laporan The Guardian, awal Maret 2021, ketika tingkat vaksinasi Covid-19 di Inggris telah mencapai 30 persen dari populasi, pakar pernapasan terkemuka di China, Zhong Nanshan mengungkapkan, angka vaksinasi di China baru 3,56 persen.
Rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 di negara dengan populasi 1,4 miliar orang itu membangkitkan gelora pemerintah untuk makin memasifkan vaksinasi. Terlebih, varian baru Covid-19 semakin menyebar di banyak negara.
Zhong kemudian berjanji bahwa akhir Juni cakupan vaksinasi Covid-19 di China akan mencapai angka 40 persen. "Kami tak punya banyak waktu dan kami masih memiliki pekerjaan lain yang harus diselesaikan," terangnya.
Tanpa memetakan jalan untuk mencapai 'herd immunity', program vaksinasi massal nasional mulai beraksi tiga minggu setelah janji Zhong tersebut. Setiap provinsi dan kota merancang sendiri program vaksinasi massalnya untuk mencapai target dan saling bersaing.
Produksi vaksinasi juga dipercepat. Pada 1 Februari, hanya 1,5 juta dosis yang diproduksi, tetapi pada 24 Maret, kapasitasnya melonjak menjadi 5 juta dosis per hari. Hingga akhirnya akhir Mei, lebih dari 20 juta orang divaksinasi.
Berikut ini rahasia di balik tercapainya pemberian 1 miliar dosis vaksin Covid-19 di China hanya dalam waktu 3 bulan seperti dikutip dari okezone.com:
1. Membujuk rakyat
"Sama seperti di banyak negara, program vaksinasi Beijing dimulai dengan tidak mengesankan. Beberapa warga China juga ragu-ragu dengan vaksin," kata Huang Yanzhong, pakar kesehatan masyarakat di China yang tergabung dalam Council on Foreign Relations di New York.
Pada Januari, hasil survei pada 1,8 juta penduduk di Shanghai menunjukkan bahwa hanya setengah warga China yang mengatakan siap divaksinasi. Sebulan kemudian, hasil survei lain mengungkapkan bahwa orang berpendidikan tinggi dan pekerja medis mengaku sangat tidak mau divaksinasi.
"Di antara mereka, hampir 58% khawatir mengenai potensi efek samping dari vaksin," terang survei tersebut.
Tapi kemudian pemerintah nasional mengerahkan berbagai cara untuk membujuk masyarakat, salah satunya dimulai dengan pidato presiden mengenai amannya program vaksinasi. Ini serupa juga dengan yang dilakukan banyak negara.
Pada 22 Maret, Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan, menurut kantor berita Xinhua, meminta departemen dan daerah untuk meningkatkan organisasi dan koordinasi. "Pidato Sun juga menandai pergeseran strategi Beijing dari mengekspor vaksin besar-besaran ke banyak negara jadi memprioritaskan vaksin untuk negara sendiri," kata Huang.
2. Gandeng tokoh masyarakat
Setelah menghentikan ekspor vaksin Covid-19, China mendirikan pusat vaksinasi di seluruh negeri, termasuk di rumah sakit, lingkungan, dan di pasar elektronik. Pemerintah China juga menggandeng influencer seperti pebasket hingga girlband untuk mensosialisasikan pentingnya vaksinasi dan ajakan untuk divaksin.
"Anggota partai komunis dan karyawan di perusahaan milik negara didesak untuk patuh melakukan vaksinasi Covid-19 juga," tambah laporan tersebut.
Negara China juga mengandalkan popularitas Dokter Zhang Wenhong, ahli penyakit menular yang dianggap sebagai dr Fauci-nya China. untuk muncul di televisi memeringatkan bahaya berpuas diri.
3. Kasih uang
Upaya lain yang dilakukan China adalah memberi rakyatnya uang jika mau divaksin. Tindakan ini dilakukan oleh pemerintah Shanghai bahwa sesiapa pun yang mau divaksin, diberikan uang 300 yuan atau sekitar Rp670 ribu. Sementara itu, ada juga wilayah yang memberikan susu, telur, dan sabun cuci buat masyarakat yang mau divaksin.
Bahkan, di provinsi Sichuan, komisi kesehatannya pada Mei lalu merilis lagu rap berjudul 'Get Jabbed Quick' sebagai bentuk sosialisasi pentingnya vaksinasi segera.
4. Berkaca dari kasus
Ini dianggap sebagai senjata utama China mempercepat jumlah cakupan vaksinasi. Jadi, pada pertengahan Mei, empat kasus yang ditularkan secara lokal tercatat di kota kecil di provinsi Anhui timur. Pejabat setempat lalu menyoroti fakta bahwa mereka yang terinfeksi adalah orang yang tak divaksin.
Fakta tersebut yang kemudian dijadikan senjata pemerintah setempat. Hasilnya, pertumbuhan jumlah orang yang divaksin bertambah pesat. Hanya dalam waktu 16 hari setelah menyebarkan informasi itu, sudah 100 juta orang divaksin Covid-19 setiap harinya.
Momentum itu berlanjut terus sampai Mei. Pada 23 Mei misalnya, pihak berwenang melaporkan bahwa lebih dari setengah miliar penduduk China sudah divaksin. Sampai akhirnya, di akhir Juni ini, China mengklaim cakupan vaksinasi mereka tertinggi di dunia dengan semiliar orang sudah mendapat vaksinasi Covid-19. (***)