arrow_upward

Alquran dan Pancasila Antarkan Indonesia Jadi Negara Terdermawan di Dunia

Sabtu, 19 Juni 2021 : 09.17

 


Oleh Anwar Abbas

Terpilihnya Indonesia sebagai negara terdermawan di dunia tentu perlu kita apresiasi. Prestasi ini diraih jelas bukan  semata-mata  karena negara kita adalah negara yang berdasarkan pancasila saja. Kalau hanya sampai disitu maka saya yakin pancasila itu tentu tidak akan berbentuk tetapi karena sila-sila yang ada dalam pancasila  tersebut sudah dijiwai dan diwarnai oleh nilai-nilai dari ajaran agama terutama agama Islam yang berdasarkan dan bersumberkan kepada Alquran dan assunnah maka jadilah bangsa kita menjadi bangsa yang peduli kepada sesama karena di dalam berbagai surat dan ayat dalam alquran disitu secara jelas sekali  kita disuruh dan diperintah oleh Allah swt untuk tidak hanya memperhatikan diri kita saja tapi kita juga diperintah untuk memperhatikan keadaan dari  keluarga dan  tetangga  kita serta  keadaan dari orang lain terutama fakir miskin. 

Bahkan dalam salah satu surat dalam Alquran  dikatakan bahwa kita ini akan dicap oleh Allah  sebagai seorang pendusta agama kalau kita   menyia-nyiakan dan tidak berempati kepada anak yatim serta tidak mau membantu dan  memperhatikan kebutuhan orang miskin. Hal demikian diperjelas dan dipertegas lagi oleh nabi lewat hadis-hadisnya yang menyatakan dan mengingatkan kita tentang wajibnya kita untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang-orang yang hidupnya termarginalkan seperti kata beliau : Tidaklah  bisa dikatakan bahwa kita ini telah beriman kepada Allah dan hari akhir  kalau perut kita kenyang tetapi tetangga kita kelaparan. Nilai-nilai yang terdapat dalam alquran dan hadis yang seperti  inilah yang  telah mendorong bagi tinggi dan meningkatnya minat untuk berdonasi dan kerelawanan di kalangan umat Islam dan itu sangat terlihat sekali di masa-masa awal Covid- 19 dimana pemerintah mengingatkan dan meminta masyarakat untuk mengisolasi diri dan tidak keluar rumah akibatnya ekonomi masyarakat lapis bawah benar-benar terpukul karena tukang beca, tukang ojek sopir taxi pedagang kaki lima ekonomi mereka benar-benar lumpuh dan terpukul karena hidup mereka boleh dikatakan ditopang oleh apa yang mereka dapat hari itu. 

Kita tidak menyalahkan anjuran dan  kebijakan dari pemerintah  untuk tidak keluar rumah tersebut karena anjuran itu di satu sisi memang baik karena telah mampu menekan penebaran virus corona yang ada  tapi disisi lain terutama dari sisi ekonomi anjuran dan kebijakan  tersebut ternyata telah membuat mereka yang ada di lapis bawah tersebut benar-benar menjerit karena tidak ada yang akan dimakan. Tapi jeritan mereka tersebut telah di dengar oleh tetangga dan handai tolan serta orang lain dan ketika itulah kita lihat bagaimana  umat islam benar-benar telah  termotivasi dan terdorong oleh ajaran agamanya untuk turun bagi membantu mereka yang berada dalam kesulitan tersebut secara ikhlas baik   langsung  kepada orang yang dia tuju atau mereka salurkan lewat baznas dan LAZ serta unit pengumpul zakat (UPZ) yang ada. 

Saya tidak bisa membayangkan apalah yang akan terjadi di negeri ini kalau gerakan sosial dan filantropi yang  dilakukan secara ikhlas dan spontan oleh umat tersebut tidak ada ketika itu tentu kita akan banyak membaca berita tentang kelaparan dan kematian dimana-mana tapi saya nyaris tidak mendengar dan membaca adanya hal itu. 

Kalau ada orang yang sakit dan mati, itu jelas bukan karena dia tidak makan tapi karena covid. Oleh karena itu  dalam menghadapi masalah ini kita  tidak boleh hanya  berhenti dan terhenti dengan pendekatan konstitusional saja dan tidak kembali kepada sumber nilai utama dari pancasila dan UUD 1945 tersebut karena kalau kita hanya terhenti disitu  maka tugas untuk itu jelas sepenuhnya terpikul dipundak pemerintah karena memang seperti itulah yang diamanatkan dalam pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. 

Tetapi ketika masa-masa  awal pandemi covid 19 tersebut kita sama-sama tahu bahwa bantuan pemerintah itu baru turun setelah pemerintah selesai membuat peta dari orang-orang yang akan dibantu yang itu baru selesai setelah mereka kerjakan berminggu-minggu. 

Dalam logika kita dan orang banyak   kalau ada orang yang tidak makan satu minggu atau lebih maka mereka tentu sudah banyak yang mati atau sakit tetapi hal itu tidak terjadi karena  dalam situasi dimana mereka tidak punya pendapatan tersebut saudara dan tetangganya serta orang lain telah datang membantu. Dan  yang menjadi pendorong utama mereka melakukan itu yang perlu kita catat dan ingatkan disini itu mereka lakukan bukanlah karena instruksi atau perintah dari pemerintah tapi adalah karena ajaran agama mereka sendiri yang terdapat dalam alquran dan assunnah yang memerintahkan mereka untuk melakukannya. 

Jadi bagi orang Islam sila-sila dalam Pancasila itu tidak akan bunyi dan tidak akan bisa difahami serta tidak akan  jelas bentuknya kalau dia tidak dituntun dan diarahkan serta diisi oleh nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama Islam itu sendiri yang  sumber ajarannya adalah terdapat dalam alquran dan assunnah.  

Oleh karena itu kalau ada tokoh dan para pemimpin di negeri ini yang bertanya dan menyuruh bawahan atau rakyatnya untuk memilih pancasila atau alquran maka yang bersangkutan jelas tidak faham dan tidak  mengerti tentang apa itu alquran dan  agama islam serta apa itu pancasila dan  bagaimana hubungan antara ketiganya. Oleh karena itu  bila negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang  sikap dan pandangannya seperti itu  maka  jelas akan sangat berbahaya karena akibat dari ketidakfahaman mereka terhadap hal demikian  jelas akan bisa menyeret bangsa ini ke lembah bencana dan malapeta serta kehancurannya dan kita sebagai warga bangsa yang baik dan cinta negeri ini tentu saja tidak mau hal itu terjadi. (***)


Penulis adalah Pengamat sosial ekonomi, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil ketua umum MUI pusat.

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved