arrow_upward

Sejarah Giant, Raksasa Ritel Malaysia yang Tumbang di Indonesia

Minggu, 30 Mei 2021 : 20.49



Jakarta, Analisakini.id- PT Hero Supermarket Tbk (HERO) akan menutup seluruh gerai Giant di Indonesia per akhir Juli 2021. Total gerai Giant di Tanah Air tersebar di 80 lokasi. Hingga kini, negosiasi terkait potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant kepada pihak ketiga masih berlangsung. 

Sebagian gerai nantinya akan diubah menjadi gerai IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Ketiga merek dagang tersebut selama ini juga dimiliki PT Hero Supermarket Tbk. 

"Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah, termasuk menurunnya popularitas format Hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Sebuah tren yang juga terlihat di pasar global," jelas Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall dalam keterangan resminya, Minggu (30/5/2021). 

Salah satu alasan penutupan Giant, yakni sebagai upaya penggandaan jumlah lini bisnis seperti IKEA dan Guardian di tahun-tahun berikutnya. "Kami tetap meyakini bahwa sektor peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk kelas atas memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi," imbuh dia. 

Dengan adanya peralihan bisnis ini, tentunya karyawan Giant turut terdampak. Namun, Patrik memastikan akan menyelesaikan permasalahan dengan semua karyawan yang bekerja di sejumlah gerai Giant tersebut. 

"Kami sangat berterima kasih kepada karyawan kami, pelanggan kami, serta mitra bisnis kami yang telah mendukung bisnis Giant selama ini. Kami akan memastikan bahwa proses komunikasi dengan semua karyawan kami yang terdampak oleh perubahan ini akan berlangsung dengan penuh empati dan rasa hormat," kata dia. 

"Kami juga akan memastikan proses yang adil bagi semua mitra bisnis kami. Keputusan besar seperti ini tidaklah mudah, tetapi kami percaya keputusan ini perlu diambil untuk kepentingan jangka panjang PT Hero Supermarket Tbk dan para karyawan kami yang berada di bawah naungan perusahaan," sambung Patrik. 

Sejarah Giant Giant sendiri sebenarnya berasal dari Malaysia. Dikutip dari laman resminya, giant.com.my, jaringan supermarket ini pertamakali berdiri pada tahun 1944. Pendirinya adalah Teng Meng Chin. Ia membuka toko serba ada di kawasan Sentul Pasar, Malaysia. Lantaran animo berbelanja masyarakat saat itu cukup besar, pemiliknya memutuskan untuk memperluas gerai. 

Teng Meng Chin kemudian juga membuka cabang baru di Pusat Minimarket Teng di Bangsar pada tahun 1974. Perkembangan Giant semakin pesat membuat Teng Meng Chin terus menambah gerai-gerai baru di beberapa kota di Malaysia. 

Sukses di Negeri Jiran, Giant mulai berekspansi ke luar negeri. Di Indonesia, Giant menggandeng mitra lokal, yakni pengusaha nasional MS Kurnia yang memiliki PT Hero Supermarket Tbk. Hero membuka gerai Giant pertama di Villa Melati, Tangerang, pada tahun 2002. Gerainya di Tanah Air juga terus bertambah dengan cepat. Segmentasi Giant adalah para pelanggan yang menginginkan belanja dengan harga yang hemat, sehingga hal itu diyakini tidak mengganggu jalannya Hero Supermarket. 

Bahkan di tahun 2013, Hero melakukan strategi bisnis dengan membagi gerai Giant menjadi dua yakni Giant Ekstra dan Giant Ekspres. 

Perubahan ini juga diikuti dengan perubahan konsep dan pembedaan yang jelas antara kedua format tersebut, di mana Giant Ekstra akan menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan produk yang lengkap untuk kebutuhan bulanan konsumen. 

Sementara, Giant Ekpres akan menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan pelayanan cepat untuk melayani kebutuhan mingguan konsumen. Di masa jayanya, Hero sudah membangun hingga 100 gerai Giant di berbagai kota di Indonesia dengan jumlah karyawan mencapai 14.000. 

Keuangan Hero Mengintip kondisi laporan keuangannya pada 2020 lalu, perusahaan tersebut tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 1,2 triliun. Angka kerugian tersebut lebih parah jika dibandingkan pada 2019 lalu yang hanya sebesar Rp 33,18 miliar. 

Selain itu, pendapatan perusahaan berkode emiten HERO itu juga mengalami penurunan pada 2020. Sepanjang 2020, total pendapatan perusahaan tersebut sebesar Rp 8,89 triliun. 

Jumlah pendapatan tersebut turun jika dibandingkan pada 2019. Pada 2019, jumlah pendapatan HERO sebanyak Rp 12,18 triliun. Beban pokok pendapatan perusahaan tersebut pada 2020 turun, menjadi Rp 8,89 triliun. 

Di 2019 lalu, beban pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 12,18 triliun. Namun, beban usaha HERO pada 2020 mengalami kenaikan menjadi Rp 3,55 triliun. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan 2019 yang hanya sebesar Rp 3,48 triliun. 

Senada dengan hal tersebut, beban keuangan HERO juga naik pada 2020 menjadi Rp 112 triliun. Padahal di tahun 2019 hanya sebesar Rp 4,9 miliar. Adapun jumlah liabilitas mengalami kenaikan dari Rp 2,39 triliun di akhir 2019, menjadi Rp 2,98 triliun di akhir 2020. 

Sementara itu, total aset HERO mengalami penurunan di 2020 menjadi Rp 4,83 triliun. Padahal, di akhir 2019 total aset emiten tersebut sebanyak Rp 6 triliun. (sumber kompas.com)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved