Drs.H.Guspardi Gaus,M.Si |
Jakarta, Analisakini.id-Anggota DPR dari Fraksi PAN Guspardi Gaus, mengecam dan prihatin terhadap insiden tertembaknya Kepala BIN Daerah Papua Brigjen TNI Putu IGP Dani NK dalam kontak senjata dengan kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Lekagak Telenggen, di Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua, pada Minggu (25/4/2021) pukul 15.50 WIT.
"Pemerintah harus mengambil langkah tegas memberantasnya dan menyeret para pelaku ke pengadilan agar dihukum semaksimal mungkin. Keganasan KKB di Papua ini tidak boleh semakin meluas dan penanganannya tidak boleh berlarut-larut," ujar Guspardi Selasa (27/4/2021).
Menurunya, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sudah semestinya dikategorikan sebagai tindakan separatisme dan terorisme. Mereka (KKB_red) sudah menggunakan kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut yang mencekam secara meluas. Korban dari masyarakat sipil dan aparat negara, juga menimbulkan kerusakan obyek vital strategis.
Mengacu Undang-Undang No 5 tahun 2018 dinyatakan bahwa Terorisme adalah tindakan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional.
Guspardi yang juga merupakan anggota Pansus Otsus Papua inipun menyesali adanya serangkaian aksi kekerasan yang terjadi di wilayah Papua. Aksi kekerasan yang dipertunjukkan oleh kelompok KKB Papua semakin brutal dan tak terkontrol. Kejadian dimana Kepala BIN Daerah Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha, tewas ditembak dalam insiden yang terjadi pada Minggu (25/4) menambah daftar panjang tindakan KKB yang berindak diluar pri kemanusiaan.
Dihimpun dari berbagai sumber, kelompok ini bukan saja menyerang aparat keamanan namun telah membunuh sejumlah warga sipil dan guru, membakar bebarapa rumah dan tiga sekolah selama tiga pekan konflik berkepanjangan di Beoga Kabupten Puncak, Papua. Kelompok tersebut juga melakukan pemerasan dengan mengancam masyarakat dan menciptakan rasa takut bagi warga sipil.
Politisi PAN itu meminta Pemerintah perlu melakukan pendekatan yang berbeda dengan optimal dalam upaya menyelesaikan konflik di Papua. Sebab, ada banyak faksi yang terdapat pada gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan faksi organisasi separatisme lainnya.
Penguatan fungsi dan peran intelijen negara di Papua perlu dimaksimalkan. Tujuannya tentu untuk memetakan, mengetahui dan memutus mata rantai organisasi KKB serta menghentikan alur pasokan senjata.
"Di samping itu , TNI perlu melokalisasi guna menutup dan mempersempit ruang gerakan separatisme dapat lebih mudah ditangani," imbuhnya.
Saat ini yang masih menonjol masih pendekatan keamanan. Ini penting, namun persoalan kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan penumbuhan ekonomi rakyat juga tidak kalah penting. Pelibatan warga Papua dalam proses ini juga mutlak dilakukan. Saya yakin mayoritas warga Papua tetap ingin bersama NKRI. Pemerintah harus sungguh-sungguh mengatasi akar masalah yang ada.
"Kita cinta NKRI dan tidak ingin bangsa ini terkoyak oleh gerakan bersenjata dan
gerakan makar apapun termasuk gerakan separatisme dan terorisme Pemerintah harus dapat meciptakan rasa aman dan harmoni bagi masyarakat di tanah Papua", pungkas anggota Baleg DPR RI tersebut.(***)