arrow_upward

Muhammadiyah dan Pelopor Kewirausahaan Sosial

Jumat, 19 Februari 2021 : 17.55

 


Oleh : Ferdhinal Asful

Kita masih ingat dengan sosok Profesor Muhammad Yunus, sosok akademisi pakar ekonomi yang gelisah melihat realitas sosial. Saat sang Profesor memberi kuliah tentang Ilmu Ekonomi dengan segala teorinya kepada mahasiswa.

Ternyata beliau menemukan fakta yang sebaliknya di jalanan dan pelosok desa di Bangladesh.  Sang Profesor kelahiran tanggal 28 Juni 1940 di Chittagong East Bengal Bangladesh ini lalu mengajak para mahasiswanya untuk berempati, terjun ke pelosok desa dan pemukiman kumuh di se antero kota. 

Memberikan penyadaran dan mengorganisir masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan untuk keluar dari jeratan kemiskinan, mengorganisir kaum miskin dengan inovasi sosial kredit mikro yang dikenal dengan Grameen Bank. 

Perlahan tapi pasti, Bank Kaum Miskin ini mampu berkompetisi dengan Perbankan Konvensional di Bangladesh. Profesor Yunus membuktikan ber-praksis itu penting, khususnya dengan ilmu ekonomi yang beliau kuasai.

Ikhtiar yang konsisten sejak tahun 1970-an tersebut, akhirnya diapresiasi Nobel Perdamaian di tahun 2006. Komite Nobel di Norwegia saat itu yakin, perdamaian dunia akan terwujud apabila kemiskinan di basmi dari muka bumi. Kemiskinan yang disebabkan oleh intervensi struktural yang cenderung memelihara kemiskinan.

Ikhtiar Profesor Yunus, menginspirasi para aktivis di dunia, dan berkembanglah salah satu pendekatan keilmuan untuk pengentasan kemiskinan, yakni Kewirausahaan Sosial. Ekosistem Kewirausahaan Sosial berhasil tumbuh dan berkembang di salah satu negara kapitalis, yakni Inggris dan diperkuat dengan kebijakan pemerintah berupa Undang Undang. 

Bahkan sosok milenial pelopor kewirausahaan sosial di Indonesia dengan inovasi sosial Asuransi Sampah, yakni dr. Gamal Albinsaid, ternyata lebih dikenal dan dihargai kiprahnya oleh Kerajaan Inggris dengan diberi penghargaan prestisius oleh Pangeran Charles. 

Apabila kita tengok jauh kebelakang, ternyata Indonesia sudah mempunyai tokoh transformatif dengan gagasan dan praktik nyata tentang kewirausahaan sosial. Sosok transformatif dan pahlawan nasional kelahiran 1 Agustus 1868 di Yogyakarta ini mendirikan sebuah organisasi pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912. 

Beliau berani memilih jalan berbeda dalam memerdekakan rakyat, dan terbukti sampai saat ini bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi massa terbesar dan terkuat serta mandiri secara ekonomi dengan aktifitas sosialnya di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia. 

Dengan gagasan dan tindakan merdeka dari Kyai Haji Ahmad Dahlan, Muhammadiyah tumbuh dan berkembang menjadi  organisasi yang disegani. Beliau yakin, dakwah yang diikuti dengan aksi nyata akan membawa perubahan sosial bagi masyarakat. Apalagi bumi Indonesia ini kaya dengan sumberdaya alam dan sudah sepatutnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Indonesia hari hari ini, membutuhkan sosok manusia yang merdeka dalam berpikir dan bertindak, sehingga mampu mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran rakyat. 

Dan....harapan itu masih ada, karena dari sosok milenial dan petani inovator telah lahir dan berkembang beragam inovasi sosial dan kewirausahaan sosial. Perguruan tinggi pun sudah mulai menjadikan Kewirausahaan Sosial sebagai mata kuliah wajib, seperti di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas sejak 2013. 

Begitu pula dengan beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya di Indonesia. Saatnya perguruan tinggi berperan dalam melahirkan sosok sosok wirausaha sosial, sebagai penerus dari kiprah Kyai Haji Ahmad Dahlan. 

Jumat, 19 Februari 2021


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved