arrow_upward

Matahari Department Store Rencanakan Penutupan 6 Gerai, 17 Lainnya Dalam Pengawasan Ketat

Senin, 08 Februari 2021 : 11.18

 


Jakarta, AnalisaKini.id-Matahari Departement Store (MDS) mengawali tahun dengan rencana penutupan enam gerainya. Enam gerai ini merupakan bagian dari 23 gerai yang masuk dalam pengawasan kinerja.

Ada sisa 17 gerai lagi yang masih dalam pemantauan secara ketat kinerjanya. Saat ini, Matahari memiliki 147 gerai (termasuk diantaranya 23 gerai yang masih dalam pemantauan kinerja) berdasarkan paparan kinerja unaudited yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum lama ini.

Cardina Novianty Adiputra, Corporate Secretary Officer MDS belum bisa menyampaikan keenam gerai rencana yang bakal ditutup, termasuk 17 gerai dalam pemantauan dimana saja. “Sejauh ini hanya itu informasi yang dapat kami sampaikan, selebihnya akan diinformasikan lebih lanjut pada keterbukaan informasi berikutnya,” ujar dia seperti dikutip dari radarpekalongan.com.

Tahun lalu, total ada 25 gerai MDS yang ditutup akibat pandemi Covid-19 dan kebijakan PSBB yang dilakukan. Salah satunya adalah MDS Jakabaring pada Q3 2020.

Dalam laporan itu, Matahari mencatatkan rugi bersih  Rp823 miliar yang berbanding terbalik dengan capaian 2019 yang mencetak laba bersih Rp1,34 triliun. Matahari juga mencatatkan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) negatif yakni Rp 22 miliar dari EBITDA positif Rp2,21 triliun.

Sementara laba kotor minus 54 persen di 2020 menjadi Rp2,82 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,12 triliun. Secara penjualan kotor sepanjang tahun lalu mengalami penurunan hingga 52,3 persen menjadi Rp8,60 triliun dari sebelumnya Rp18,04 triliun.

Meski begitu, total aset bertambah Rp1,54 triliun menjadi Rp 6,37 triliun dari Rp4,83 triliun. Manajemen LPPF menyatakan, tren pemulihan kinerja bisnis perusahaan terkendala lagi dengan adanya pembatasan aktivitas liburan pada 20 Desember 2020 dan penerapan PPKM pada 21 Januari lalu. Manajemen mengungkapkan, prospek bisnis di Februari tetap menantang.

“Kami terus melayani pelanggan kami dengan protokol kesehatan yang ketat dan peraturan pemerintah. Untuk mendukung regulasi pemerintah, 100 persen WFH for Support Center telah dimulai hingga pemberitahuan lebih lanjut. Ketika kami kembali WFO, staf kami akan menjalani tes rapid sebelumnya, dan kami akan menjaga protokol kesehatan yang ketat,” tulis manajemen LPPF. Secara keuangan, perseroan telah melunasi pinjaman bank tambahan, yang diambil pada Q2-2-020.

“Kami secara ketat mengontrol pengeluaran kami dan mempertahankan pengeluaran capex [belanja modal] yang sangat rendah mengingat ketidakpastian. Januari dan Februari tetap menantang karena perpanjangan PPKM. Kami juga mendapatkan dukungan perpanjangan fasilitas dari CIMB Rp 1 triliun,” beber manajemen.(***)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved