arrow_upward

Cadangan Minyak Bumi di Indonesia Tinggal 9,5 Tahun

Selasa, 19 Januari 2021 : 19.47

 

Arifin Tasrif.

Jakarta, AnalisaKini.id- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan cadangan minyak dan gas bumi (migas) nasional tidak akan berumur panjang, dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru ke depannya.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, umur cadangan untuk minyak bumi diperkirakan hanya bisa sampai 9,5 tahun. Perkiraan tersebut dengan asumsi jumlah cadangan terbukti dan potensial per 1 Januari 2020 sebesar 4,17 miliar barel dan cadangan terbuktinya 2,44 miliar barel.

"Perkiraan ini dengan asumsi angka produksi minyak sebesar 700 ribu barel per hari," tuturnya saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (19/1/2021) seperti dikutip dari cnbcindonesia.com.

Kemudian, untuk gas bumi diperkirakan masih lebih baik dibandingkan minyak bumi. Cadangan gas bumi yang ada saat ini disebut masih cukup untuk 19,9 tahun ke depan, dengan asumsi tanpa penemuan cadangan baru.

Secara rinci, untuk cadangan terbukti dan potensial gas mencapai 62,4 triliun kaki kubik (TCF) dan cadangan terbukti sebesar 43,6 TCF.

"Umur cadangan gas bumi hanya untuk 19,9 tahun, dengan asumsi tidak ada temuan cadangan baru dan produksi gas sebesar 6 miliar kaki kubik per hari (BCFD)," ungkapnya.

Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM turut menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan berbagai upaya agar jumlah cadangan terus meningkat dan pada akhirnya bisa memperpanjang umur cadangan.

Menurutnya, berbagai strategi akan dilakukan untuk mengubah sumber daya menjadi cadangan maupun mengubah cadangan menjadi produksi, di antaranya melalui peningkatan kegiatan eksplorasi dan enhanced oil recovery (EOR).

Hal itu menurutnya juga menjadi bagian upaya untuk mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari pada 2030.

"Resources to reserves and reserves to production, eksplorasi, dan enhanced oil recovery untuk mencapai target produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030," tuturnya.

Sebelumnya, Arifin juga pernah mengatakan agar ketersediaan minyak bumi semakin besar dan bertahan lama, maka pihaknya terus mendorong pelaksanaan eksplorasi yang masif. Dengan demikian, diharapkan cadangan terbukti menjadi bertambah.

"Kita masih punya yang belum ditindaklanjuti. Tantangan kita ke depan yaitu ada di eksplorasi. Harus ada eksplorasi yang masif untuk mendeteksi resources (sumber daya) baru," dalam sebuah diskusi virtual tentang energi yang diselenggarakan Tempo pada Rabu (21/10/2020).

Di sisi lain, karena semakin menipisnya cadangan minyak, maka menurutnya transisi energi ke energi baru terbarukan menjadi sesuatu yang harus dilakukan.

Apalagi, lanjutnya, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) hingga 417,8 giga watt (GW). Dari total potensi tersebut, yang baru dimanfaatkan baru sebesar 10,4 GW atau sekitar 2,5% dari total potensi EBT yang ada.

"Transisi ke EBT ini berikan efek domino bagi ekonomi dan energi. Ini harus kita lakukan agar Indonesia bisa bertransformasi ke EBT dalam mendorong ekonomi pasca pandemi dan Indonesia berketahanan energi," tuturnya.

Selain itu, pemanfaatan EBT ini menurutnya bisa berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca dan membuka lapangan kerja.

"Harus dilakukan langkah persiapan kebijakan untuk mendorong kebijakan bersih dan transmisi pendukung," ujarnya.(***)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved