arrow_upward

TENTANG PILKADA SUMBAR (4) Gamawan-Marlis Awalnya Saling Sindir Lalu Menyatu dan Sukses

Kamis, 24 Desember 2020 : 10.50

 

Gamawan Fauzi bersama Marlis Rahman dan sejumlah tokoh lainnya dalam acara peluncuran buku Marlis Rahman. (sumber Facebook Hasril Chaniago).

Padang, AnalisaKini.id-Kalau tidak ada Peraturan KPU (PKPU) terkait persyaratan pencalonan pasangan kepala daerah, maka Gamawan Fauzi tidak akan berpasangan dengan Marlis Rahman. Gamawan sudah deal dengan Ikasuma Hamid, tapi akhirnya paslon ini pecah, lantaran terbentur PKPU tersebut.

Selain itu dari bisik-bisik orang-orang dekat Gamawan kala itu, Gamawan pernah sindir sosok Marlis Rahman. Begitu pula sebaliknya, orang-orang dekat Marlis Rahman juga pernah dengar Marlis sindir Gamawan. Meski tidak secara langsung, tapi dari mulut ke mulut, pasti sampai ke telinga Gamawan maupun Marlis.

Dan yang pasti, kedua tokoh ini sama-sama ingin maju jadi gubernur, bukan wakil gubernur. Sejak tiga bulan terakhir tahun 2004, kedua tokoh ini sudah disebut-sebut dan berkeliling Sumbar. Gamawan Fauzi dalam kapasitas Bupati Solok dan Marlis Rahman dalam kapasitas sebagai Rektor Unand.

Ketika itu, memang Gamawan hampir final berpasangan dengan Ikasuma Hamid  (anggota DPRD Sumbar yang juga Ketua PBR Sumbar). Sedangkan Marlis masih mencoba mendapatkan kereta PAN. Tapi Gamawan-Ikasuma pecah gara-gara terbit PKPU dan koalisi parpol mereka (PBB dan PBR) tak penuhi syarat.

Lantas Gamawan dicoba ditandemkan dengan Jeffrie Geovanie (JG). Ini setelah JG sowan kepada Saidal Bahauddin (Ketua PBB Sumbar sekaligus tokoh HMI). Tapi JG, seperti disampaikan Yosmeri (mantan anggota DPRD Sumbar periode 2004-2009), belum lama ini, tidak mau jadi wagub. 

"Begitu juga saat ditawari Pak Syamsi Hasan, Ketua DPD PDI-P Sumbar untuk menjadi pendamping Gamawan, beliau (JG) tetap pada pendiriannya, menjadi gubernur, bukan wagub,' kenang Yosmeri.

Alhasil, Saidal Bahauddin dalam kapasitas tokoh HMI Sumbar yang disegani itu, melihat figur-figur yang mengapung dan memperlihatkan tingkat elektabilitas yang mumpuni juga. Saidal mencoba mengontak Marlis Rahman. Saidal adalah senior Marlis di HMI. Mereka akrab sebagai kakak-adik. Begitulah rasa korps HMI yang tetap kental sampai sekarang.

"Angku yo ka maju juo jadi Gubernur, pikia-pikia lu. Lun pernah akademisi manang lai. Yang pas itu kini, birokrat jo akademisi. Jadi Cawagub sajo baa, dampingi Gamawan. Insyaallah iko jadi mah. (Angku benar maju sebagai Cagub. Pikir-pikir dulu. Belum pernah akademisi menang. Yang pas itu sekarang adalah perpaduan birokrat dengan akademisi. Jadi Cawagub saja ya, dampingi Gamawan)," ujar Saidal ketika itu kepada Marlis.

Saidal sudah biasa panggil Angku ke Marlis. Sebaliknya Marlis panggil Abang ke Saidal. Ajakan Saidal itu membuat Marlis diam dan belum memberikan jawaban. Juga masih pikir-pikir. Tapi akhirnya ajakan Saidal itu dipenuhi Marlis, dengan syarat, dia sebagai Cawagub tak mau jadi ban serap. Harus ada pembagian porsi kerja yang jelas dan akhirnya Gamawan setuju dengan persyaratan.

Ketua DPD`PDI-P Sumbar Alex Indra Lukman yang saat Pilkada 2005 itu masih menjabat Sekretaris DPD PDI-P Sumbar, membenarkan peran Saidal Bahauddin itu. "Bang Saidal yang menyatukan," kata Alex.

Tapi untuk pencalonan sebagai paslon, kursi belum cukup. Baru 5 kursi dari PBB. Syarat minimal 9 kursi dan PDI-P di DPRD Sumbar ada 4 kursi. Gamawan pun mendatangi Taufik Kiemas (TK), suami Megawati Soekarnoputri), untuk meminta dukungan. Meski hanya pertemuan singkat, TK langsung mendukung Gamawan.

Bahkan dalam pertemuan singkat, seperti yang disampaikan wartawan senior Hasril Caniago dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (8/8/2020) malam, tak hanya mendapat kursi gratis dari PBB dan PDIP, Gamawan juga diberi uang untuk kampanye. Dari TK, Gamawan diberi uang Rp500juta dalam tas. Ditolak Pak Gamawan, tapi TK tetap memberikan uang tersebut dalam tas.

Gamawan-Marlis akhirnya sepakat maju bersama dengan parpol pengusung koalisi PBB dan PDI-P. Bahkan saat deklarasi paslon ini di gedung Genta Budaya Sumbar, tokoh masyarakat yang juga pengusaha otomotif Rani Ismail, menyebutkan paslon ini seperti gulai rabuang (rebung). Enaknya bukan main. Ini adalah perpaduan antara muda dan tua yang enak.

"Kalau kelapa muda, bukan gulai rebung lagi namanya dan tidak bakal enak. Begitu pula, kalau bambu tua yang digulai, bisa-bisa gigi yang copot. Yang enaknya memang bambu muda atau tunasnya yang sering kita sebut rebung," ucap Rani dan disambut tertawa dan tepuk tangan oleh  hadirin yang memadati aula gedung Genta Budaya Sumbar. (bersambung/Effendi)



Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved