arrow_upward

Airlangga dan Gebrakan Golkar; Catatan dari Pilkada 2020

Senin, 14 Desember 2020 : 12.47


Oleh Rizal Mallarangeng 

Walaupun belum semua diputuskan resmi, hasil akhir Pilkada 2020 sudah terbaca cukup jelas. Pemenang terbesar putaran pilkada kali ini adalah Partai Golkar, dengan angka keberhasilan lebih 61 persen. Posisi ini berada di atas pencapaian PDIP dan Partai NasDem. Partai Gerindra, mungkin karena terpaan isu korupsi atau sebab lainnya, menjadi partai politik yang paling terpuruk.

Contoh dramatik dari keberhasilan ini adalah Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel). Di wilayah ini Partai Golkar berdiri sendirian melawan koalisi partai-partai besar lainnya, masing-masing dengan dukungan raksasa dan dinasti politik yang bukan sembarangan, yaitu Dinasti Prabowo dan Hashim Djojohadikusimo serta Dinasti Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Di wilayah Tangsel ini kemenangan beringin pantas untuk disebut fenomenal. Airin Rachmy Diany, tokoh Golkar Tangsel yang menjadi arsitek di baliknya, bisa diberi julukan The Dragon Slayer, pembantai naga, sebuah peranan yang dimainkan Jamie Lannister dalam film seri Game of Thrones.

Pilkada Tangsel hanyalah salah satu dari banyak keberhasilan lainnya yang menarik dan dalam beberapa hal bisa dikatakan out of the box. Yang jelas, bagi seluruh kader Partai Golkar, semua itu tentu membesarkan hati.

Hasil Pilkada 2020 adalah modal terbaik menuju Pemilu 2024 kelak. Dengan memiliki lebih banyak gubernur, bupati, dan walikota di seluruh penjuru Tanah Air, kekuatan beringin kini sudah melangkah lebih maju dalam menciptakan mesin politik yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan besar di waktu-waktu mendatang.

Faktor apa yang menjadi kunci di balik keberhasilan itu? Pelajaran berharga seperti apa yang bisa kita petik darinya agar di masa mendatang supremasi kekuatan beringin bukan hanya bertahan tetapi lebih meningkat lagi di masa depan?

Ada banyak faktor yang mungkin disebut di sini, seperti jaringan akar rumput dan kekuatan tokoh-tokoh lokal Golkar yang relatif tersebar secara merata dari Sabang sampai Merauke. Demikian pula, faktor keberhasilan regenerasi serta ketangguhan kader-kader muda partai, seperti Dico Ganinduto (27 tahun) yang menang secara mengejutkan dan terpilih sebagai Bupati Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Tapi, menurut saya, dari semua faktor yang ada, faktor kepemimpinan di tingkat pusat serta bagaimana pimpinan tertinggi partai mempersiapkan pilkada ini adalah salah satu faktor yang paling menentukan. Di sini kita harus melihat bagaimana Airlangga Hartarto sebagai ketua umum, dibantu oleh Tim DPP, mempersiapkan, memilih kader dan kandidat, serta membuat kebijakan partai dalam hubungannya dengan pilkada.

Dalam hal ini banyak hal bisa dikatakan. Sejak awal, Airlangga telah membuat kebijakan baru, yaitu “Pilkada tanpa mahar”. Kebijakan ini sudah lama ditunggu oleh seluruh kader. Ia menghilangkan perasaan saling curiga dan menurunkan tingkat ketegangan pengurus pusat dan daerah, serta dengan itu memberi ruang yang lebih besar bagi kandidat potensial Golkar untuk memusatkan seluruh sumber daya, termasuk uang, untuk memperkuat kampanye mereka.

Dari pengalaman saya pribadi, saya bisa menyimpulkan bahwa kebijakan baru Ketum Airlangga sangat populer di semua daerah. Di awal dan pertengahan tahun ini, misalnya, saya sering turba ke berbagai daerah dalam kapasitas sebagai wakil ketua umum.

Setiap kali berpidato memberi sambutan di depan kader dan pengurus partai, tepuk tangan paling bersemangat selalu terjadi ketika saya menyampaikan kebijakan pilkada tanpa mahar ini (biasanya, tepuk tangan yang riuh selalu diakhiri dengan seruan bersama yang bergairah: “Hidup Ketum... Presiden 2024”).

Kebijakan kedua yang juga penting adalah kebijakan survei yang objektif dalam memilih kandidat. Dalam hal ini, Airlangga memberi basis scientific bagi pilihan-pilihan Golkar.

Artinya, walaupun politik selalu bersifat tak pasti dan dinamis, Airlangga sejauh mungkin memanfaatkan ilmu pengetahuan yang bersifat objektif dalam menentukan kader-kader potensial. Unsur subjektivitas dikurangi ke tingkat yang tidak mengganggu dan relatif terkendali sehingga potensi konflik internal partai berkurang drastis.

Untuk merealisasikan kebijakan objektif ini, sepuluh lembaga survei nasional yang terdepan diundang, dikontrak, dan dijaga perannya agar sepenuhnya bersifat profesional. Kebetulan saya termasuk pihak yang ditugaskan oleh Ketum Airlangga untuk memastikan hal ini. Saya melihat dari dekat bagaimana asas profesionalitas lembaga-lembaga ini (Indikator, SMRC, Pusdeham, dan sebagainya) memang menjadi perhatian utama dia sebagai pimpinan tertinggi partai.

Singkatnya, kedua kebijakan itulah (yaitu kebijakan “pilkada tanpa mahar” dan kebijakan partai yang saintifik) yang menurut saya menjadi penentu. Ia bisa dikatakan sebagai gebrakan kebijakan di Partai Golkar yang bersifat transformatif. Kedua kebijakan ini mengubah serta mempersiapkan seluruh elemen organisasi untuk menyambut pilkada dengan lebih baik, dan hasilnya memang terlihat nyata.

Selain itu, satu faktor penting lagi juga harus dikatakan, yaitu sosok dan kepemimpinan Airlangga sendiri sebagai nakhoda partai. Kebijakan yang baik kalau tidak dikelola oleh pimpinan dengan baik pasti hasilnya akan negatif. Karena itu, Airlangga memastikan, dan terlibat langsung secara detail, dalam memastikan berjalannya semua kebijakan tadi.

Dalam hal ini saya juga melihat sendiri bagaimana dia, selalu dengan “ditemani” beberapa tumpuk map tebal, dalam rapat kecil tiga atau empat pimpinan partai, membahas satu per satu hasil survei para kandidat partai. Satu per satu tidak ada yang lewat, dan kadang pertemuan kecil ini baru berakhir tengah malam setelah empat atau lima jam!

Biasanya, hasil pertemuan semacam ini dibawa lagi ke rapat pleno partai di DPP Slipi, untuk dibahas satu per satu lagi selama tiga atau empat jam. Airlangga melakukan semua ini di tengah begitu banyak kesibukannya sebagai Menko Perekonomian membantu Presiden Jokowi, baik dalam memuluskan jalan bagi UU Cipta Kerja di parlemen maupun dalam memimpin Tim Nasional Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19 di birokrasi pemerintahan.

Dari satu contoh seperti ini bisa disimpulkan bahwa Airlangga adalah sosok yang committed, seseorang yang konsisten dalam tekadnya untuk melakukan transformasi dan pembaruan dalam pengelolaan partai.

Dia sadar bahwa Golkar adalah sebuah kapal besar, dilengkapi dengan para politisi piawai yang bisa diandaikan sebagai pelaut-pelaut ulung yang tersebar di seluruh Nusantara. Tugas seorang pemimpin, bagi Airlangga, adalah memberi arah yang jelas bagi kapal besar ini.

Buat saya, kelebihan dia terletak di sini: sebagai nakhoda partai, Airlangga sangat mengerti konsep strategis politik kepartaian, serta sanggup melaksanakannya secara konsisten, walaupun dengan berbagai tantangan yang ada.

Jadi dalam hal ini yang terjadi adalah pertemuan beberapa hal yang baik, a virtuous cycle dalam tubuh Partai Golkar. Potensi beringin sebagai sebuah kekuataan politik yang memang berakar bertemu dengan kebijakan partai yang pas, berikut ketokohan Airlangga yang memang cocok untuk konteks sekarang ini.

Singkatnya, bisa dikatakan bahwa the gun dan the man menyatu, dan hasilnya sangat positif.


*

Kira-kira semua itulah yang bisa dikatakan sekarang dalam soal Pilkada 2020. Setelah ini semua perhatian pasti akan tertuju pada Pemilu 2024, pesta besar berikutnya yang menentukan bukan saja perjalanan Partai Golkar, tetapi juga perjalanan kebangsaan kita selanjutnya.

Dari Pilkada 2020, seperti saya katakan di atas tadi, kekuatan beringin berhasil merebut kemenangan terbesar dan mempersiapkan diri selangkah lebih maju. Hal ini adalah modal dasar yang sangat penting dalam menyusun strategi menyambut Pemilu 2024.

Waktu memang masih cukup panjang, dan dalam politik pasti masih banyak hal yang bisa terjadi. Tapi setidaknya, bagi Partai Golkar, angin buritan sudah bertiup dan momentum politik kini tampaknya sedang terbuka.

Momentum sebaik ini tidak boleh lewat sia-sia. Seluruh kader beringin harus menyadarinya. Sekali layar terkembang, pantang untuk surut kembali. Ewako!

Penulis: pendiri freedom institute (sumber: qureta.com)

































Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved