Dahler. |
Dia buka siapa sebenarnya sosok Mulyadi yang disebut-sebut kandidat kuat pada Pilgub Sumbar 2020. Sebagai orang yang lama berkecimpung di pembangunan Jembatan Kelok 9, Dahler tahu persis siapa sesungguhnya Mulyadi itu.
Dahler yang lebih dikenal sebagai Pimpinan Proyek Jembatan Kelok 9 ini menyebut, Jembatan Kelok 9 dimulai pembangunan pada 2003. Namun pada pelaksanaannya tidak berjalan mulus karena minimnya anggaran yang dikucurkan tiap tahunnya untuk pembangunan Kelok 9.
Dahler mengungkapkan, dari tahun 2003-2010 atau sekitar tujuh tahun anggaran untuk membangun Jalan Kelok 9 baru Rp 200 miliar. Sedangkan, untuk menyelesaikan mega proyek di Limapuluhkota tersebut dibutuh sekitar Rp 650 miliar.
"Ini karena kurangnya kekuatan politik di tingkat pusat sehingga jembatan yang dibangun dengan tenaga lokal tersebut tersendat-sendat pembangunannya," beber Dahler.
Dan dia dan kawan-kawan yang menangani proyek yang kini menjadi daya tarik dunia itu, sempat frustasi karena tidak adanya dukungan dana yang memadai.
"Jadi kita karena kucuran dana yang terbatas dan hampir kita frustasi. Bangunan yang berdiri seperti sudah menjadi monumen di tengah hutan itu," ucap Dahler.
Dia menjelaskan, dikasih dana Rp5 miliar setahun, paling banyak sekitar Rp30 miliar. Padahal ini perlu dana lebih kurang Rp400 miliar lagi.
Sekitar tahun 2010, Dahler bertemu dengan Mulyadi pada sebuah acara di gubernuran. Dia sempat berbincang dengan Mulyadi terkait pembangunan di Sumbar. Pada saat itu, Dahler menyebut Mulyadi mengeluarkan ucapan yang membuat dirinya kagum dengan pria kelahiran Bukittinggi tersebut. Yakni, Mulyadi menyampaikan komitmennya untuk membantu masyarakat karena telah diberikan amanah di Senayan.
"Pertama kali bertemu saat dia mengadakan pertemuan di gubernuran dan dia menyatakan berkomitmen daerah pemilihannya. Jadi dia (Mulyadi) bertanya apa yang harus dia bangun? Pertama kali, kita memang mengharapkan Kelok 9 ini selesai dengan cepat," kenang Dahler.
Dahler pun menyampaikan kepada Mulyadi kenapa penting Jembatan Kelok 9 tersebut. Mengingat jalur tersebut merupakan jalur utama dari Sumbar ke Riau yang akan menggerakkan ekonomi kedua provinsi tidak boleh lagi hanya difasilitasi dengan jalan yang kecil atau jalan lama yang sering macet. Apalagi jika terjadi kecelakaan di jalur lama Kelok 9, akan menyebabkan lumpuhnya akses Sumbar-Riau dan ekonomi masyarakat pun akan terganggu karena banyak hasil bumi di jual ke Riau.
"Setelah kita sampaikan kegunaannya. Penghematannya kalau selesai nanti. Pak Mulyadi langsung semangat. Karena waktu itu Pak Mulyadi, Wakil Ketua Komisi V DPR langsung menelepon Pak Menteri PU dan meminta komitmen Menteri PU untuk diselesaikan dalam waktu dekat," tutur Dahler.
Tak sampai di situ, Dahler mengatakan Mulyadi terus mengawal anggaran untuk Kelok 9 dari Senayan. Semasa menjadi pimpinan Komisi V tersebut, Mulyadi terus menghubungi Dahler untuk memantau dan melihat perkembangan pembangunan Kelok 9.
"Setiap tahun Pak Mulyadi tanya, apalagi? Berapa lagi perlu untuk selesai?. Kita sudah siap dengan schedule dan planningnya kan dan berapa yang kita butuhkan dia kasih. Kita pun melaksanakan dengan penuh tanggungjawab, enggak asal-asalan," ujarnya.
Mulai saat itulah, Kelok 9 digenjot pelaksanaannya dari 2010, 2011, 2012, 2013 sampai diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dahler menjelaskan Mulyadi yang dia kenal selama menjadi Anggota DPR sangat punya komitmen yang kuat membangun tanah kelahirannya dan memperjuangkan kepentingan masyarakat sesuai amanah yang diberikan. Dahler mengatakan, tanpa peran Mulyadi saat itu dan hanya mengacu pada anggaran biasa, tanpa kerja politik di Senayan, Jembatan Kelok 9 belum akan selesai hingga saat ini.
"Kita merasakan dan kita bisa lihat dari anggaran itu. Sudah 7 tahun belum 50 persen tapi Pak Mulyadi dalam tiga tahun sampai 2013 itu tuntas. Kalau nggak ada Pak Mulyadi nggak selesai itu barang sampai sekarang. Alhamdulillah untuk ada Pak Mulyadi, selesai dan berdampak nyata di semua sektor khususnya ekonomi dan akses daerah," ucapnya.(***)