arrow_upward

Pinjamkanlah Kami Walikota Klean Itu

Sabtu, 31 Oktober 2020 : 11.56

 

H. Mahyeldi

Oleh Miko Kamal

Ini cerita sebenarnya. Bukan karangan. Suatu hari, sekitar 10 bulan yang lalu, sebelum pademi, kami sekeluarga kedatangan tamu dari Medan. Tamu itu asli Maninjau yang lahir dan besar di Medan. Sekampung dengan Buya Hamka. Namanya Rahmawati. Saya memangilnya Tante Ama. Beliau merupakan generasi kedua pemilik hotel Garuda Plaza Medan. 

Seperti biasanya, kebiasaan kami, setiap tamu yang datang kami ajak jalan-jalan keliling kota. City tour. Malam itu kami mengajak Tante Ama putar-putar ke Permindo, Taplau, Jembatan Siti Nurbaya, dan Khatib Sulaiman. 

Tante Ama tercengang-cengang di setiap spot yang kami kunjungi. "Cantik kali", katanya khas seruan takjub orang Medan. 

Khatib Sulaiman sepertinya spot yang paling ditakjubinya. Permindo tentu juga. Di Khatib Sulaiman beliau takjub benar dengan trotoar lebar yang dilengkapi bangku-bangku tempat duduk yang tersusun rapi. 

"Miko, siapa nama Walikota klean?", tanya Tante Ama. 

"Mahyeldi. Kami biasa memangilnya Buya atau Buya M, Tante", jawab saya. 

"Kenapa, Tante?", saya balik bertanya. 

"Ck...ck...ck..., mantap kali Walikota klean. Dulu Tante ke sini, tidak secantik ini Kota Padang", Tante Ama berdecak kagum memandangi trotoar lebar Khatib Sulaiman yang memang eksotis pada siang, apalagi di waktu malam itu. 

"Tante pinjamlah Walikota klean ya...untuk dibawa ke Medan. Biar cantik pulak kota kami, seperti Padang", lanjut Tante Ama. 

"Tante mau?", saya bercanda. 

"Mau, mau, mau", katanya. 

Seperti halnya saya, Tante Ama pasti bercanda mau meminjam Buya M untuk dibawanya ke Medan. Pasti tdak serius dia. Tapi, esensinya saya tangkap. Tante Ama mengagumi lekat tangan Buya M selama lebih kurang 7 tahun memimpin Kota Padang. 

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Padang tercelak benar dibuatnya. Pantai, pasar, dan pemukiman pinggir kota dibenahinya. Trotoar ramah disabilitas banyak sekali dibangunnya. Sampai tahun 2019, trotoar yang terbangun sudah mencapai 57.864, 48 M2. Di atasnya teepasang bangku-bangku cantik yang jumlahnya sudah 420. Tersebar di tengah dan sudut-sudut kota.

"Tante sudah terlambat sih. Buya M akan kami wakafkan ke provinsi biar nikmat dipimpin Buya meluas. Tidak hanya dinikmati sekitar 900 ribu warga Padang saja", saya menginterupsi Tante Ama yang sedang celingak-celinguk dari dalam mobil menikmati trotoar Khatib yang memang oke benar.

"O...begitu. Baguslah itu. Salam buat bapak Walikota ya. Bilangin, orang Medan salut dengan hasil kerja beliau".

"Siap, Tante", jawab saya cepat. 

Saya bergumam: "Orang Medan saja salut dengan Buya M. Apalagi orang Sumatera Barat".(***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved