arrow_upward

Nevi Zuairina : Indonesia Berpotensi Paling Maju se-ASEAN pada Pengelolaan Bank Syariah

Jumat, 16 Oktober 2020 : 19.30

 

Hj. Nevi Zuairina.

Jakarta, AnalisaKini.id- Anggota DPR dari Komisi VI, Hj Nevi Zuairina meminta kepada pemerintah melalui kementerian BUMN agar mencermati pengembangan bank syariah. 

Menurutnya, bank syariah ini Masih berpotensi berkembang pesat mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim yang merupakan pangsa pasar sangat besar.

Nevi menemukan fenomena, pangsa pasar bank syariah masih akan bertahan di bawah tujuh persen dalam waktu satu tahu ke depan. Akibatnya, ekosistem yang masih tidak menguntungkan akan terus menyelimuti dunia perbankan syariah.

"Perlu terobosan besar, yakni sebuah tindakan atau regulasi agar terjadi akselerasi industri perbankan, keuangan dan ekonomi syariah secara luas", tutur Nevi.

Legislator asal Sumatera Barat II ini menekankan, ada beberapa alternatif untuk memperkuat bank syariah. Salah satunya adalah merger bank syariah. Ia meyakini, kebijakan merger ini akan berdampak pada efisiensi dan skala ekonomi. Akan tetapi, tambahnya, kebijakan merger juga tidak serta merta  langsung meningkatkan pangsa pasar bank syariah.

Politisi PKS ini menerangkan kebijakan merger tetap menuntut kebijakan untuk memperbesar pangsa bank syariah. Potensi nilai total aset bank syariah hasil merger akan mencapai Rp 210,5 triliun. Skala ini akan mencapai pangsa 40 persen dari total seluruh aset bank syariah. Meski  terlihat sudah besar, tapi tetap ini  masih jauh di bawah aset lima bank nasional terbesar.

Sebagaimna diketahui saat ini BRI memiliki aset Rp1.287 triliun, Bank Mandiri Rp1.131 triliun, Bank BCA Rp916 triliun, Bank BNI Rp788 triliun, dan Bank BTN Rp306 triliun. Jadi, bank syariah hasil merger tetap perlu disuntik permodalan dan meningkatkan asetnya lebih besar agar mampu bersaing dengan bank umum papan atas tersebut.

"Saya mengharapkan, Pemerintah melalui kemeterian BUMN, dapat mewujudkan sebuah bank syariah yang masuk rangking tiga besar agar bisa berkompetisi lebih ideal. Dengan bangsa pasar yang begitu besar di negara kita, sekitar 273 juta penduduk muslim Indonesia, seharusnya kita dapat menjadi negara terbesar se Asean dalam pengelolaan bank syari'ah", kata Nevi.

Selanjutnya Nevi menyarankan kepada pihak BUMN, agar bank syariah di bawah naungannya menjadi mandiri tersendiri, bukan sebagai anak perusahaan. Saat ini, bank syariah masih hanya menjadi anak perusahaan bank BUMN konvensional jika tidak ditarik menjadi milik negara. 

Pemegang saham akan tetap perusahaan BUMN. Pemegang saham Mandiri Syariah adalah Bank Mandiri, BRI Syariah mayoritas pemegang sahamnya Bank BRI, dan BNI Syariah oleh Bank BNI.

"Pemerintah baru-baru ini memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan fasilitas-fasilitas pendanaan untuk bank BUMN sekitar Rp30 triliun. Seharusnya bank syariah dapat mengakses, namun dikarenakan bukan perusahaan BUMN, melainkan hanya anak perusahaan, maka akan kesulitan dana penyertaan negara tersebut", tutup Nevi Zuairina. (***)


 

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved