arrow_upward

Jeffrie Geovanie, Politisi yang Menempuh Jalan tak Lazim

Kamis, 06 Agustus 2020 : 09.00
Jeffrie Geovanie.
Padang, AnalisaKini.id - Namanya mulai dikenal rakyat Sumatera Barat (Sumbar) ketika ikut dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2005. Jeffrie Geovanie (JG), tampil sebagai cagub bersama cawagub Dasman Lanin yang diusung gabungan 16 parpol non parlemen.

Meski baru mencigap dan juga terlambat start, tapi hasilnya sungguh luar biasa. Sosok anak muda yang berprofesi sebagai pengusaha ini, cukup mendapat respon dari publik Sumbar.

Di tengah kuatnya arus 'kesukaan' publik kepada Gamawan Fauzi yang berpasangan dengan mantan Rektor Unand Prof. Marlis Rahman (alm) dan kuatnya militansi PKS yang mengusung Irwan Prayitno yang berpasangan dengan mantan bupati Tanah Datar dua periode, Ikasuma Hamid (alm), JG meraih suara diluar estimasi banyak orang.

Usai Pilgub 2005, JG tetap muncul di Sumbar. Dan ketika Pemilu 2009 digelar, JG menjadi caleg DPR dari Partai Golkar. JG sukses menembus Senayan bersama incumbent dari Partai Golkar, Azwir Dainy Tara, di tengah meledaknya suara Demokrat secara nasional, termasuk Sumbar.

Dalam perjalanan, sekitar akhir April 2012, JG mundur sebagai anggota DPR sekaligus sebagai kader Partai Golkar. Mundur, seperti dijelaskan petinggi Golkar, lantaran JG menjadi anggota partai baru, Partai NasDem. Bahkan JG termasuk salah seorang yang ikut membidani.

Langkah yang ditempuh JG, tak lazim. Apalagi sedang menjabat sebagai anggota DPR pula. Sebab, cukup banyak terjadi, anggota DPR yang diduga terlibat korupsi maupun berbuat asusila, tetap mempertahankan kedudukannya sebagai anggota DPR. Sampai-sampai ada yang diberhentikan partai, justru petinggi partai yang digugat.

Pada Pemilu 2014, ikut lagi, tapi tidak melalui partai NasDem, melainkan melalui jalur Dewan Pimpinan Daerah (DPD). JG ikut berpacu bersama sejumlah tokoh nasional dan tokoh lokal kenamaan Sumbar lain.

Pola kampanye yang dilakoni juga jauh berbeda dengan kandidat lain. Secara fisik boleh dikatakan sangat jarang ketemu konstituen, tapi JG dan timnya sukses membangun ikatan bathin dengan para pemilih di Sumbar. Alhasil, JG sukses meraih suara terbanyak ketiga dari empat wakil Sumbar yang dipilih sebagai anggota DPD.

Oktober 2018, JG mundur sebagai anggota DPD. Salah satu sebabnya, mengurus partai baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). JG hanya tampil di belakang layar dan menjabat sebagai ketua pembina DPP PSI. Pengelolaan partai diserahkan kepada anak muda yang dinakhodai oleh Grace Natalie.

Membidani dari titik nol dan persyaratan sebagai parpol apalagi sebagai peserta pemilu, tidaklah mudah. Pekerjaan betul-betul berat mengacu kepada UU yang berlaku. Alhasil, dari 16 parpol kontestan Pemilu 2019, yang murni parpol baru hanya PSI. Dan secara nasional, PSI berada pada posisi 12, dengan raihan 2.650.361 suara atau 1,89 persen.

Langkah JG yang tak lazim ini pula, seorang anak muda Sumbar asal Pasaman yang juga pentolan Muhammadiyah, Endang Tirtana menulis di salah satu media online, sosok JG adalah Guru Para Politisi Muda.

Menurut Endang, JG bukan hanya muda, tapi memiliki pemikiran yang bernas dan brilian membangun Sumbar menjadi lebih baik. Di antaranya dengan peningkatan investasi dan kualitas pendidikan. Kemampuan komunikasinya sangat mumpumi.

Sebagai tokoh muda yang terlahir dengan darah Minang di tubuhnya, JG mewarisi DNA politik para tokoh minang masa lalu. Kecerdasan, komunikasi, diplomasi, kemampuan membaca peluang, radius pergaulan, pemikiran yang terbuka dan egaliter.

Kepedulian JG terhadap pendidikan tak berhenti kala pertarungan pemilihan gubernur di Sumbar usai. Karena komitmen kepeduliannya terhadap pendidikan telah menjadi tanggungjawab sepanjang hidupnya. Banyak anak-anak muda yang menempuh pendidikan di dalam dan di luar negeri yang dibantunya.

Bagi JG, pendidikan adalah kunci untuk keberhasilan bangsa ini, ungkapnya suatu waktu kepada saya. Komitmen pendidikan ini juga diwujudkannya dalam bentuk pendirian dan keterlibatannya dalam lembaga-lembaga riset, seperti MAARIF Institute, The Indonesian Institute, dan CSIS.
 
JG adalah orang yang setia kepada gagasan, politik harus berpihak kepada akal sehat dan kebajikan. Jika keluar dari nilai itu, dia akan menjadi politisi merdeka yang tanpa beban akan meninggalkannya.

JG selalu menyampaikan tentang pentingnya mengembalikan peran parpol sebagai pilar demokrasi dengan memperkuat kaderisasi dan regenerasi dalam parpol. Parpol sebagai pilar demokrasi merupakan sumber utama rekrutmen kepemimpinan yang menentukan hajat kehidupan dan rakyat banyak.

Jika salah menentukan maka akan berakibat kepada rakyat. Sebutlah, pencalonan presiden, gubernur, bupati/walikota, KPK, dan lembaga-lembaga komisi pemerintah yang lain, semuanya dicalonkan oleh parpol dan dipilih oleh perwakilan parpol yang ada di DPR.

Karena besarnya peran parpol dalam menentukan arah bangsa ini, sudah seharusnya parpol yang baik harus diisi orang-orang baik, yang berpikiran baik dan memperjuangkan hal-hal yang baik.

Dengan begitu, jika parpolnya baik, orangnya baik, calonnya baik, anggota legislatif yang terpilihnya baik, calon presiden, gubernur, bupati dan walikota yang didukung juga baik, maka tentu jalannya pemerintahan akan baik.

Jika jalan pemerintahan baik, maka kebijakannya juga akan baik dan berpihak kepada kesejahteraan rakyat. Untuk itulah pentingnya kehadiran parpol yang baik. Dan tidak boleh alergi kepada parpol justru harus terlibat aktif memberikan saran dan pikiran agar parpol bisa menjalankan perannya dengan baik.

Bagi Endang, kehadiran JG bukan sekadar menjadi guru, tetapi lebih dari itu. JG menjadi penopang pergerakan para politisi muda ini. Dia juga yakin, keinginan dan cita-cita JG itu akan terwujud. Sebab, sejatinya sejarah akan berpihak kepada generasi muda yang mempertaruhkan hidupnya untuk kepentingan rakyat.

"Selamat ulang tahun yang ke-53 Bang JG. Di usia yang belum terlalu tua ini, Bang JG telah menjadi guru, mentor, dan inspirasi untuk para politisi muda yang mulai tumbuh dan tampil memberi warna baru politik Indonesia," kata Endang. JG lahir di Jakarta, 5 Agustus 1967.

Dan ada hal yang menjadi renungan dan perhatian bagi kita semua. Kata JG," dalam politik harus ada yang berperan untuk menanam dan menumbuhkan, bukan sekadar memetik hasil". Begitulah dunia politik. (effendi).

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved