Munzir Busniah. |
Pandemi Covid-19 memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dan telah mengubah berbagai tatanan kehidupan. Tatanan kehidupan yang paling banyak diubahnya adalah cara kita berinteraksi.
Sebelum pandemi Covid-19, kita banyak berinteraksi secara langsung, namun kemudian kita dipaksanya untuk berinteraksi secara virtual melalui media daring. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan kehidupan yang demikian. Hanya yang paling adaptiflah yang mampu bertahan hidup. Demikian Darwin telah mengingatkan kita jauh sebelumnya melalui teori adaptasi yang sangat terkenal tersebut.
Tatanan kehidupan kampus ikut berubah. Dahulu sebelum pandemi Covid-19, prose pembelajaran berlangsung di kampus, di ruang kuliah. Dosen dan mahasiswa sama-sama hadir di kampus. Kampus ramai. Sejak pandemi Covid-10, kehidupan kampus berubah total, kampus sepi, namun PBM harus terus berlangsung. Kegiatan mencerdaskan anak bangsa harus tetap berlangsung. Kemudian bertransformasilah semuanya. Dosen dan mahasiswa pun melakukan pembelajaran secara daring.
Timbul pertanyaan, seandainya pandemi Covid-19 berakhir. Akan kembalikah perguruan tinggi menggunakan cara lama untuk PBM, kembali ke ruang kuliah?
Jika ditelusuri, kuliah daring sebetulnya bukanlah cara PBM yang baru. Berbagai media kuliah daring telah ada, seperti media e-learning, cuma saja kita masih enjoy dengan kuliah model lama, bertatap muka di ruang kelas, sehingga kuliah daring jarang diaplikasikan.
Sedangkan di luar negeri, banyak kampus telah mengggunakan pembelajaran daring, bahkan ada yang sepenuhnya daring. Cuma kali ini, akibat pandemi Covid-19, tiada pilihan lain, kita harus kuliah daring, tanpa pilihan lain.
Berdasarkan hal tersebut, berarti kuliah daring telah disiapkan, namun belum banyak yang mengaplikasikannya. Tentu saja setelah pandemi Covid-19 berakhir, kita tidak harus lembali ke bentuk pembelajaran lama, kuliah di ruangan dengan tatap muka.
Namun bukan berarti pula kita harus secara total melakukan pembelajaran secara daring, karena masih dibutuhkan pembelajaran konvensional dengan bertatap muka di ruang kuliah.
Dimensi Ruang, Waktu dan Teknologi dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran ada berbagai dimensi yang menjadi perhatian. Setidaknya ada tiga dimensi yang menjadi bahasan, yaitu dimensi tempat/ruang, waktu, dan teknologi.
Dari dimensi tempat/ruang, ada pembelajaran yang bersifat terbatas dan bersifat tidak terbatas.
Dalam konteks ruang yang terbatas proses pembelajaran dilakukan di dalam ruang kelas, pada tempat tertentu, namun dalam konteks ruang yang tidak terbatas pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, tidak hanya di ruang kelas, tetapi dapat pula di café, di rumah, bahkan sambil dalam perjalanan dan aktifitas lain sebagainya.
Dari dimensi waktu, pembelajaran dapat dilakukan dengan waktu yang terbatas dan waktu yang tidak terbatas. Secara tradisional, pembelajaran biasanya dijadwalkan pada waktu tertentu, sehingga dosen dan mahasiswa bertemu pada waktu yang telah ditentukan di tempat tertentu.
Dari segi dimensi teknologi, pembelajaran didukung oleh berbagai teknologi yang ada mulai dari teknologi yang sederhana sampai dengan teknologi canggih. Untuk saat ini, secara tradisional dukungan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran adalah menggunakan komputer (bisa PC atau laptop).
Kemudian, teknologi tersebut berkembang dengan berbagai tingkatannya. Tingkatan berikutnya adalah penggunaan komputer dengan dukungan jaringan internet, kemudian diikuti pemanfaatan gadget (seperti handphone, tablet dan ipad dan lain sebagainya), serta sampai pemanfaatan internet of things dan artificial intelligent.
Transformasi model pembelajaran. Dimana posisi kita?
Dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan teknologi dalam PBM, setidaknya ada tiga tingkatan model pembelajaran, yaitu: 1) pembelajaran tradisional, 2) pembelajaran berbasis web, dan 3) pembelajaran bergerak (mobile learning).
Pembelajaran tradisional adalah pembelajaran yang dilakukan pada tempat dan waktu tertentu, serta dukungan teknologi yang terbatas, Dosen dan mahasiswa hadir secara bersamaan di kelas dan waktu yang telah ditentukan pada awal perkuliahan.
Pembelajaran tradisional umumnya didukung oleh komputer dan buku teks, namun belum didukung oleh pemanfaatan jaringan internet. Pembelajaran tradisional seperti ini masih banyak ditemukan di berbagai kampus yang ada di Indonesia.
Pembelajaran berbasis web adalah pembelajaran yang menggunakan media e-learning (belajar darmaja = belajar dari mana saja). Pembelajaran berbasis web ini dapat dilakukan dari mana saja namun harus di tempat yang memiliki dukungan jaringan internet. Perangkat yang digunakan pada model pembelajaran ini adalah perangkat komputer (PC dan laptop) yang didukung jaringan internet.
Sebetulnya pembelajaran berbasis web ini perangkatnya telah banyak tersedia di berbagai perguruan tinggi, namun selama ini belum banyak digunakan, karena masih banyak yang belum mau bermigrasi dari pembelajaran tradisional. Pembelajaran ini didukung oleh teknologi internet dengan berbagai aplikasi seperti google, yahoo, facebook, twitter, Instagram, youtube dan yang lainnya.
Pembelajaran bergerak (mobile learning) adalah pembelajaran yang menggunakan perangkat bergerak, seperti handphone, ipad, tablet dan sejenisnya untuk media pembelajaran. Mobile learning dapat dilakukan dari mana dan kapan saja (belajar darmaja dan kapan saja).
Di samping ketiga model permbelajaran tersebut, masih aja model pembelajaran lain yang lebih canggih, yaitu smart learning (pembelajaran pintar). Dalam pembelajaran smart learning adalah dengan menggunakan teknologi digital yang jauh lebih maju, yaitu dengan menggunakan internet of thing (IoT) dan artificial intelligent (AI) atau kepintaran buatan.
Internet of Things (internet untuk segala(nya)) merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konekvitas internet yang tersambung secara terus menerus. Di dalamnya ada kemampuan berbagi data, remote control dan sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata.
Sebagai contoh, elektronik, dan termasuk juga benda hidup yang kesemuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif.
Teknologi artificial intelligent (kecerdasan buatan) adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah, atau kecerdasan entitas ilmiah.
Defenisi lain artificial intelligent adalah kemampuan system untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel.
Tiada Jalan Kembali dan Persiapan ke Depan
Pandemi Covid-19 telah memaksa kita untuk bermigrasi dari model pembelajaran konvensional menuju pembelajaran daring. Covid-19 telah mengakrabkan kita dengan kuliah daring. Tidak akan mungkin jarum jam akan diputar mundur untuk kembali ke pembelajaran konvensional. Dari segi transformasi pembelajaran, sudah seharusnya kita dalam posisi menuju pembelajaran mobil (mobile learning).
Banyak sisi positif pembelajaran daring. Dari segi ruang dan waktu, pembelajaran daring menjadi sangat fleksibel. Pembelajaran daring akan meningkatkan efisiensi dari banyak hal.
Banyak pekerjaan yang harus dituntaskan untuk pelaksanaan pembelajaran daring menjadi sukses.
Semua pihak harus berbenah untuk kesuksesan pembelajaran daring. Perguruan tinggi harus membenahi infrastruktur pelayanan pembelajaran daring. Pemerintah dan penyedia layanan jaringan harus pula bisa mengurangi bahkan meniadakan daerah tanpa sinyal sehingga pembelajaran daring bisa berlangsung kapan saja dan dimana saja.
Ini yang sangat penting, tenaga pengajar harus bisa berakrab ria dengan segala pernak pernik kuliah daring. Tidak hanya saat pembelajaran, bahkan yang lebih penting adalah persiapan sebelum pembelajaran.
Tenaga pengajar sudah harus bisa menyiapkan bahan kuliahnya dalam bentuk audio visual yang akan tersedia di dunia maya sehingga mahasiswa dapat mengakses bahan kuliah tersebut dimana dan kapan saja. Seluruh dunia akan memotret perguruan tinggi beserta tenaga pengajarnya tentang bahan ajarnya yang berada di dunia maya. Saatnya kita berbenah.
Penulis Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Bagikan