arrow_upward

Sejarah Pilkada di Dharmasraya : Tumbangnya Sang Petahana

Selasa, 30 Juni 2020 : 19.25
Effendi.
Oleh :  Effendi

Pilkada serentak 2020 resmi ditetapkan pemerintah, Komisi II DPR dan penyelenggara pemilu digelar 9 Desember setelah sebelumnya diagendakan 9 September. KPU pun sudah merancang ulang tahapan Pilkada.

Pilkada di masa pandemi Corona ini diikuti 270 daerah se-Indonesia, termasuk Sumbar. Di Sumbar digelar satu provinsi dan 13 kabupaten/kota.

Salah satu dari 13 kabupaten/kota itu adalah Kabupaten Dharmasraya, salah satu kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten induk, Kabupaten Sijunjung.

Dharmasraya resmi menjadi kabupaten pada 7 Januari 2004 bersama dua kabupaten baru lainnya, yaitu Solok Selatan dan Pasaman Barat.

Pilkada langsung  pertama di republik ini diadakan pada 2005, termasuk Sumbar dan beberapa kabupaten/kota. Bahkan di Sumbar diadakan secara serentak untuk Pilgub dan delapan kabupaten/kota. Salah satunya Dharmasraya.

Pilkada 2005 diikuti empat pasangan calon, Marlon/Tugimin, Adi Gunawan/Widiyatmo, Asrul Syukur/Nusirwan dan Hazan Zaini (Wakil Bupati Sawahlunto/Sijunjung).

Asrul adalah pejabat Bupati Dharmasraya yang dilantik oleh Gubernur Zainal Bakar, menggantikan Ahmad Munawar yang meninggal dunia dalam tugas. Tugas pj. bupati saat itu, menyelenggarakan jalannya roda pemerintahan juga menyukseskan Pilkada.

Karena Asrul Syukur maju Pilkada, maka jabatan pj.bupati dilimpahkan kepada Bakri yang saat itu juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Dharmasraya.

Pilkada serentak resmi diadakan 27 Juni 2005 dan hasilnya, Asrul sebagai petahana, tumbang. Pasangan Marlon/Tugimin menang dan pasangan ini pun dilantik pada 12 Agustus 2005 oleh pj.Gubernur Sumbar Thamrin.

Lima tahun berikutnya, Pilkada kembali digelar untuk jabatan kepala daerah periode 2010-2015. Di Sumbar diadakan serentak bersama Pilgub dan 13 kabupaten/kota.

Marlon sebagai petahana kembali ikut. Pilkada 2010 diikuti tiga paslon, Marlon/Purwanto, Adi Gunawan/Syafruddin dan Khairul Saleh/Tugimin. Pencoblosannya 30 Juni 2010 dan hasilnya mengulang Pilkada 2005.

Marlon sebagai petahana, tumbang oleh kompetitornya di Pilkada 2005, yaitu Adi Gunawan yang pada Pilkada 2010 berpasangan dengan Syafrudin.

Pasangan Adi/Syafrudin R pun dilantik oleh Gubernur Sumbar Marlis Rahman pada 12 Agustus 2010. Pasangan ini pun bekerja dan memimpin Dharmasraya selama lima tahun.

Setelah lima tahun, tiba pula Pilkada yang diadakan serentak secara nasional pada 9 Desember 2015. Adi Gunawan sebagai petahana ikut kembali mempertahankan jabatannya.

Adi berpasangan dengan Jonson Putra dan Pilkada hanya diikuti dua paslon. Lainnya Sutan Riska Tuanku Kerajaan/Amrizal Dt. Rajo Medan. Hasilnya? Lagi-lagi sang petahana tumbang. Pasangan Sutan Riska Tuanku Kerajaan/Amrizal Dt Rajo Medan unggul. Bahkan unggulnya Sutan Riska sempat menjadi berita nasional, karena Sutan Riska menang dalam usia yang muda, 26 tahun.

Nah, Pilkada 9 Desember 2020 adalah Pilkada keempat yang diadakan di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi itu. Petahana Sutan Riska Tuanku Kerajaan hampir dipastikan maju kembali.

Pertanyaannya, apakah Sutan Riska mengikuti jejak pendahulunya , sebagai petahana kalah dalam Pilkada? Atau Sutan Riska sukses mempertahankan jabatannya sebagai bupati? Entahlah, rakyat Dharmasraya yang lebih tahu. Pemilih sudah cerdas menentukan pilihannya.

Yang jelas, nama-nama kandidat lain seperti Amrizal Dt Rajo Medan (Wakil Bupati), Yosrizal (Anggota DPRD Sumbar) dan sejumlah nama beken lainnya disebut-sebut maju dalam Pilkada akan menjadi ancaman bagi sang petahana, Sutan Riska.  (***)
Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved