Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. |
Peresmian pasa ateh secara daring disaksikan Komisi V DPR, Gubernur Sumbar, Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD Bukittinggi, Unsur Forkompinda, ninik mamak dan masyarakat Bukittinggi.
Dalam catatan sejarah, pasa ateh sudah empat kali mengalami kebakaran yakni; tahun 1972, 1995, 1997 dan terakhir 2017. Pasa Ateh mengaliri sejarah Bukittinggi, melintasi di tiga zaman berbeda; era kolonial Belanda, masa Jepang, dan masa kemerdekaan. Lebih dari sekedar menjadi lini ekonomi Bukittinggi, Pasa Ateh adalah harga diri orang Agam Tuo. Bukan sekedar orang Kurai saja. Pasa Ateh adalah hegemoni ekonomi masyarakat.
Wamen PUPR Jhon Wempi Wetipo. |
Pada kebakaran ketiga 1997, penulis ikut serta bersama pedagang Pusat Pertokoan Pedagang Pasa Ateh Bukittinggi (P4B), kala itu diketui oleh Yulius Rustam dan Young Happy bersama pedagang lain memperjuangan aspirasi pedagang untuk merehab pasar ateh yang terbakar. Setelah melalui perjuangan panjang tanpa lelah disertai demo yang dilakukan puluhan kali, akhirnya Pemerintah Provinsi Sumbar menyetujui permohonan pedagang untuk merehab pasa ateh dengan biaya sepenuhnya dari APBD Sumbar yang selesai sekitar 1999.
Pada kebakaran keempat 2017, yang menghanguskan sekitar 790 petak toko yang dikenal dengan petak toko blok A, B, C, D dan petak tambahan blok E dan blok F serta ribuaan pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasa ateh. Walau yang terbakar petak toko yang berada di lantai 2 dan lantai 3, namun pedagang mengalami kerugian ditaksir sekitar 1,5 triliun. Kasihan sekali pedagang saat itu.
Kebakaran 2017, tidak hanya membuat panik masyarakat pedagang tapi juga membuat panik pemerintah daerah kepemimpinan Walikota Ramlan Nurmatias dan Irwandi yang baru berumur 2 tahun. Dana APBD kala itu, dipastikan tidak akan mampu untuk membangun pasa ateh yang terbakar, sementara pedagang butuh tempat berjualan.
Tidak larut dengan kepanikan dan kesedihan yang mendalam, Pemko Bukittinggi bergerak cepat memutuskan bangunan pasa ateh segera dibongkar dan dibangun baru. Dengan berbagai polemik dan konflik diambil langkah membuat penampungan pedagang, dengan meminta bantuan pemerintah Provinsi Sumbar dan berbagai BUMN. Pemko Bukittinggi segera menyampaikan persoalan tersebut ke pemerintahan pusat.
Pemerintah pusat memberikan perhatian khusus, melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Presiden Ke-12 beberapa hari setelah kejadian langsung turun meninjau pasa ateh dan segera berkoordinasi dengan Menteri terkait untuk percepatan penanganan. Kerja keras Pemko Bukittinggi dan bantuan tokoh-tokoh minang di pusat, pemerintah pusat menyetujui pembangunan kembali pasa ateh dengan menggunakan dana APBN sebesar lebih kurang Rp. 300 miliar.
Pada peresmian secara virtual kamis menjelang sore itu, pemerintah pusat melalui Direktur Bina Penataan Bangunan, Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti, menyebutkan pembangunan bangunan pasa ateh menerapkan prinsip “Green Bulding” atau gedung hijau yang ramah lingkungan. Luas bangunan 39.720 M2 terdiri 4 lantai dan 1 basement dan 835 kios pedagang. Fasilitas tempat parker, toilet umum dan difabel, mushalla, ruangan ibu menyusui, area food court, area terbuka hijau, pakai lift dan escalator serta sarana proteksi kebakaran.
Muhammad Nur Idris Sati Bagindo. |
Setelah peresmian penulis pulang ke Simpang Jirek, mengingat-ingat proses peresmian dan kata sambutan pejabat satu per satu dalam peresmian di bangunan pasa ateh itu. Ingat penulis lagu minang berjudul “Saba Dalam Penantian” yang dibawakan oleh penyanyi minang, Ovhi Firsty, saingan barek Ratu Sikumbang dan Rayola. Walaupun bait lagunya tak ada kaitan dengan pasa ateh, tapi judulnya Saba Dalam Panantian ini gambaran proses manunggu pasa ateh selesai. Pembangunan pasa ateh megah kini jadi sejarah anak cucu nanti. Pasa ateh memang dibangun dengan dana dan pemerintah pusat, tapi dikerjakan saat pemerintahan Walikota Ramlan Nurmatis dan Irwandi. Wajah keduanya kelihatan cerah dan lepas ketika keluar ruangan peresmian virtual. Inilah “Saba Dalam Penantian”. (Muhammad Nur Idris Sati Bagindo)
Bagikan