arrow_upward

Nasrul Abit : Merantau bagi Orang Minang Sebuah Pertarungan Hidup

Kamis, 25 Juni 2020 : 20.41
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit alam penyampaikannya acara Halal bi Halal via zoom Video Confrence bersama tokoh-tokoh Minang Jakarta maupun luar negeri dan diaspora dengan tema budaya merantau dan pelestarian adat, di ruang kerja wagub, Kamis, (25/6/2020).
Padang, AnalisaKini.id-Budaya merantau bagi orang Minang merupakan sebuah pertarungan hidup ingin mengubah nasib.

"Apakah dalam bentuk mencari ilmu pengetahuan, berdakwah atau mencari rezeki. Orang minang merantau karena hidup di kampungnya amat prihatin dan sulit," kata Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dalam penyampaikannya acara Halal bi Halal via zoom Video Confrence bersama tokoh-tokoh Minang Jakarta maupun luar negeri dan diaspora dengan tema budaya merantau dan pelestarian adat, di ruang kerja wagub, Kamis, (25/6/2020).

Nasrul Abit mengatakan budaya merantau orang ini sudah ada sejak zaman dulu kala dan ini juga pengembangan diri orang minang dalam pemekaran wilayah ke daerah lain.

"Di Sumbar ada namanya Luhak Nan Tigo yaitu, Agam, Tanah Datar dan Limapuluh Kota, perpindahan masyarakat minang ini juga ke Pesisir Selatan dan bahkan ada  berpindah ke luar negeri seperti Malaysia dan tentu budaya-budaya ini sudah menyembangkan diri disebut daerah rantau" ungkap Nasrul Abit.

Nasrul Abit juga mengatakan merantau sebuah motivasi diri bagi masyarakat Minang untuk mampu mengembangkan diri sebaik mungkin melihat peluang perkembangan zaman.

Selain itu Nasrul juga menjelas terkait dengan fungsi kelestarian kedepan adalah fungsi surau harus diaktifkan kembali dengan harapan kembalinya Perda kembali ke Nagari no.9 tahun 2000, bagaimana pemerintahan nagari dan kembali ke surau  dapat difungsikan kembali.

"Dalam budaya Minang mengembleng generasi muda laki-laki mesti ke surau karena di surau guna dipelajari agama, masalah akidah, budi pekerti, sopan santun, adat istiadat dan budaya sebagai karakter jatidiri serta belaiar bersilat sebagai bekal diri untuk bertahan hidup," katanya.

Gamawan Fauzi, tokoh minang yang pernah menjabat bupati, gubernur dan menteri dalam negeri dalam kesempatan itu juga menyampaikan bagaimana pemerintah daerah eksekutif dan legislatif melakukan setiap kebijakan pembangunan daerah terus mengawasi dan melakukan evaluasi secara berkesinambungan.

"Selama ini kita melihat ganti kepala daerah berganti pulo programnya, sehingga hasil yang didapat dalam kemajuan daerah tidak maksimal. Kita telah memiliki asrama mahasiswa di Mesir dengan program beasiswa 50 mahasiswa belajar ke mesir. Dan hari ini kelihatan kurang berjalan baik. Padahal dari program ini kita berharap akan banyak lahir para ulama besar untuk memajukan pembangunan di Sumatera Barat," ungkapnya.

Gamawan juga mengatakan merantau bagi orang minang merupakan karakter dan kebiasaan budaya dimana orang minang itu hidup berdinamika mengikuti perkembangan zaman.

"Jika kata pak Jusuf Kalla orang Sulawesi tidak takut mati, maka orang Minang itu sosok yang tak takut hidup. Dimanapun ada kehidupan orang Minang selalu ada di sana, hal ini juga kita di perbatasan negara manapun hampir selalu ada orang minang punya hidup di sana," ujarnya.

Sementara sesepuh minang Ir.Azwar Anas juga menyampaikan guru dan orang tuanya dari dahulu mengajarkan dan menanamkan rasa sebagai orang minang itu mesti miliki paham rasa imannya. (***)



Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved