arrow_upward

Ini Empat Provinsi yang Masuk Pengawasan Covid-19

Senin, 08 Juni 2020 : 20.17

Muhadjir Effendy
Jakarta, AnalisaKini.id- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut ada empat provinsi yang masuk dalam status pengawasan Covid-19.

Hal ini karena peningkatan jumlah kasus di keempat daerah tersebut tergolong signifikan.

"Sekarang ini bukan hanya orang yang dalam pengawasan, tetapi sekarang ada juga yang disebut PDP, Provinsi Dalam Pengawasan," kata Muhadjir di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (7/6/2020) seperti dikutip dari tempo.co.

Keempat provinsi tersebut, apa saja dan bagaimana  kurva peningkatan kasus di keempat provinsi tersebut? Ini rinciannya :

1. Jawa Timur

Pada masa awal penyebaran Covid-19 di Indonesia, Jawa Timur termasuk dengan penularan cukup parah di Indonesia. Per 2 April, daerah ini tercatat memiliki 104 kasus, atau sama dengan Jawa Tengah. 
Jumlah ini hanya dilampaui oleh Provinsi Banten dengan 164 kasus, Jawa Barat 223 kasus, dan DKI Jakarta dengan 897 kasus.

Memasuki pertengahan April, jumlahnya terus melonjak hingga menempati peringkat 3. Per 13 April, tercatat adan 440 kasus positif di Jawa Timur. Hanya DKI Jakarta dengan 2.186 dan Jawa Barat dengan 540 kasus yang memiliki jumlah lebih tinggi.

Memasuki Mei, jumlah kasus di Jawa Timur tetap meningkat. Bahkan per 2 Mei, jumlahnya mencapai 1.037 kasus, dan hanya terpaut 6 kasus dari Jawa Barat dengan 1.043 kasus. Penambahan kasus di Jawa Barat sendiri telah mulai sedikit menurun pada saat itu.

Pada 10 Mei, Jawa Timur mencatatkan diri sebagai daerah dengan jumlah kasus terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Saat itu, jumlah kasus menembus 1.502. Penambahan sebanyak 83 kasus dari hari sebelumnya. Angka ini melampaui Jawa Barat, yang pada saat yang sama berhasil mencatatkan 0 kasus (zero cases).

Pada 21 Mei, Jawa Timur mencatatkan angka penambahan terbesar per harinya dengan total 502 kasus. Angka ini melonjakkan jumlah kumulatif kasus di provinsi tersebut hingga ke angka 2.998 kasus. 

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, melalui akun Instagramnya pada 22 Mei, mengakui ada penumpukan hasil tes spesimen Covid-19 selama tiga hari, sejak 18-20 Mei 2020. “Ini menunjukkan pentingnya peningkatan kapasitas tes PCR swab,” ujar Emil.

Ia menyebut sebanyak 96,2 persen atau 488 dari penambahan 502 kasus diumumkan oleh Institute of Tropical Disease (ITD). Alasannya, karena ITD tidak melaporkan sejak 19 Mei. Sehingga, kumulatif kasus sejak 18-20 Mei baru diumumkan pada 21 Mei lalu.

Pemprov Jatim kemudian memberikan 10 ribu reagen PCR untuk mengatasi penumpukan. Selain itu, Pemerintah memberlakukan sistem zonasi laboratorium yang diatur berdasarkan bakorwil, penambahan lab baru, dan pembagian cartridge TCM (tes cepat molekuler).

Sejak saat itu, Jatim tercatat hampir selalu mencatatkan angka penambahan kasus di atas 100 hingga 200 kasus per harinya. Hingga 7 Juni 2020, angka penambahan ada di 113 kasus, hingga total kumulatif kasus mencapai 5.948 kasus, atau terbanyak kedua di Indonesia di bawah DKI Jakarta.

Ketua Gugus Tugas Doni Monardo mengatakan besarnya penularan di Jawa Timur karena banyaknya klaster yang ada di sana. Termasuk kluster yang awal penyebarannya dari kegiatan Ijtima di Gowa hingga Pesantren Temboro dan pabrik rokok Sampoerna.

2. Sulawesi Selatan
Sejak awal Covid-19 menyerang Indonesia, Sulawesi Selatan menjadi daerah di luar Pulau Jawa dengan penularan tertinggi. Awalnya hanya 2 kasus yang teridentifikasi, namun hingga akhir Maret, jumlahnya sudah melonjak hingga 50 kasus.

Pada 13 April, tercatat jumlahnya sudah meningkat hingga 223 kasus. Hingga akhir April saat reagen tes PCR masih minim, jumlah kasus tercatat mencapai 491 kasus. Sejak saat itu, angka penambahan terus staganan di kisaran 30 hingga 60 kasus per harinya.

Pada 7 Juni 2020 kemarin, tercatat total kumulatif kasus di Sulawesi Selatan mencapai 1.904 kasus.
Ketua Gugus Tugas Doni Monardo mengatakan besarnya penularan di Sulawesi Selatan dikabarkan terkait dengan Ijtima di Gowa. Meski kegiatan tersebut dibatalkan, namun pesertanya sempat lebih dulu tiba dan berkumpul di sana.

3. Kalimantan Selatan
Ijtima di Gowa, Sulawesi Selatan ternyata juga berdampak pada penambahan kasus di Kalimantan Selatan. Banyak peserta Ijtima berasal dari provinsi tersebut. Padahal, kasus pertama di Kalimantan Selatan baru muncul pada 25 Maret, sedikit lebih lambat dari daerah di Kalimantan lainnya.

Pada pertengahan April, jumlah kasus masih di angka 34 kasus, atau terpaut 1 kasus dari Kalimantan Timur dengan 35 kasus. Setelah itu, provinsi itu menjadi daerah paling tinggi kasusnya di Kalimantan.

Sebenarnya, penambahan kasus di Kalimantan Selatan stabil berada di kisaran 40 hingga 60 kasus per harinya. Namun hal ini diiringi dengan keberhasilan provinsi lainnya menekan jumlah kasus hingga di bawah 10 kasus per harinya.

Alhasil, hingga 7 Juni 2020, tercatat ada 1.285 kasus terjadi di Kalimantan Selatan. Ia menjadi provinsi satu-satunya di Pulau Kalimantan yang memiliki kasus di atas 1.000.

4. Sumatera Selatan
Sumatera Selatan juga terhitung sebagai daerah tertinggi di Indonesia. Padahal provinsi ini baru mencatat kasus Covid-19 pertama pada 28 Maret 2020. Penambahannya pun hingga pertengahan April masih di bawah dua provinsi lain di Sumatera, yakni Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Penambahan kasusnya kemudian sama-sama stagnannya dengan Sumatera Barat. Namun pada 14 Mei 2020, Sumatera Selatan mencatatkan penambahan hingga 119 kasus, atau tertinggi selama ini. Penambahan ini membuat provinsi tersebut menjadi daerah dengan kasus positif tertinggi di Sumatera.

Sejak 25 Mei 2020, angka penambahan stabil di atas 50 kasus per harinya. Hingga awal Juni, tercatat Sumatera Selatan menjadi daerah pertama di Sumatera dengan jumlah kasus di atas 1.000. Sama dengan Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, provinisi tersebut juga gagal menekan penambahan jumlah kasus per harinya.

Hingga pada 7 Juni, tercatat ada 1.129 kasus di daerah tersebut, dengan jumlah penambahan di atas 20 kasus per harinya.(***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved