Mata Uang China Yuan |
Executive Vice President China Investment Corp. (CIC) Zhao Haiying mengatakan lembaga sovereign wealth fund dengan total dana kelolaan sekitar US$941 miliar itu menambah investasi di bidang penyaluran kredit dalam beberapa bulan terakhir.
Selain itu, CIC juga meningkatkan kepemilikannya di saham layanan kesehatan dan teknologi informasi. Lembaga itu juga menambah eksposurnya terhadap wilayah seperti Asia yang memiliki lebih sedikit ketidakpastian tentang penyebaran pandemi Covid-19.
CIC sedang menyiapkan strategi investasinya. Diversifikasi portofolio menjadi cara terbaik untuk menghadapi ujian terbesar sejak awal 2007.
CIC masih mempertahankan rencana untuk meningkatkan alternatif investasi dan investasi langsung kepada 50 persen aset global pada akhir 2022.
"Sebagai investor jangka panjang, kami ingin berinvestasi dalam pertumbuhan. Di tengah banyaknya kejutan eksternal, Anda harus fokus ke area yang lebih tangguh dan menghindari area rapuh,” ujar Zhao dilansir melalui Bloomberg, Minggu (24/5/2020) seperti dikutip dari bisnis.com
Investasi luar negeri CIC tahun lalu mampu menghasilkan pengembalian atau return 17 persen tahun lalu. Jumlah itu mendekat rekor kenaikan 17,6 persen pada 2017 dan membalikan kerugian pada 2018 saat pasar ekuitas jatuh.
Pandemi Covid-19 dan goncangan harga minyak telah menimbulkan guncangan serius kepada sovereign wealth fund lainnya. Norwegia misalnya, berencana menarik US$38,2 miliar dari dana kelolaannya.
Bloomberg mencatat langkah itu menjadi penjualan aset terbesar sepanjang sejarah untuk menghasilkan uang tunai oleh lembaga sovereign wealth fund terbesar di dunia tersebut.
Zhao menyebut penurunan ekuitas global pada awal tahun telah membuat saham menjadi salah satu aset yang paling terpukul bagi banyak investor.
Dia menilai investasi pendapatan tetap atau fixed income membantu mengurangi volatilitas dalam ekuitas dan menjadi alokasi hedging CIC, serta memainkan peran positif dalam menyerap dampak di pasar.
Zhao mengatakan situasi saat ini kurang stabil untuk emerging markets. Pihaknya menyerukan lebih banyak kerja sama antar pemerintah dan mewaspadai kesalahan dalam mengambil kebijakan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik serta masalah jangka panjag seperti beban utang.
"Krisis likuiditas mungkin sudah berakhir dan yang paling gelap mungkin ada di belakang kita. Tetapi kita harus sangat berhati-hati untuk menghindari kembali ke ICU,” jelasnya.
Bagikan