arrow_upward

Arifin Tasrif, Putra Minang ke-63 yang Jadi Menteri

Sabtu, 22 Februari 2020 : 19.40
Arifin Tasrif
Arifin Tasrif

AnalisaKini.id -
Kabinet di era kedua, kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah kabinet ke-40 yang ada di republik ini. Kabinet yang dilantik Jokowi pada Rabu (23/10/2019) terdiri dari 34 menteri dan 4 pejabat setingkat menteri dinamakan Kabinet Indonesia Maju. Orang minang tetap mewarnai kabinet ini.

Putra Minang dimaksud adalah Arifin Tasrif yang diangkat menjadi Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Sebelumnya Arifin adalah Dubes RI untuk Jepang dan pernah menjadi Dirut PT Pupuk Indonesia.  Alumni ITB ini basisnya memang di sektor energi dan pertambangan.

Dengan diangkatnya Arifin Tasrif sebagai menteri, dari berbagai sumber yg dihimpun, maka Arifin tercatat sebagai orang Minang ke-63 yang menjadi menteri. Lantas siapa saja orang Minang yang jadi menteri sejak kabinet pertama hingga ke-40?.

Di era perjuangan kemerdekaan yang diawali dengan kabinet "wiranata kusumah" oleh Presiden Soekarno, dari 21 menteri yang dilantik pada 19 Agustus 1945, satu di antaranya adalah putra Minang. Dia adalah Dr. A. Amir yang menjadi Menteri Negara.

Berikutnya pada kabinet Syahrir I, II dan III, ada Sutan Syahrir (2) yang selain Perdana Menteri juga merangkap Menteri Luar Negeri. Lalu M. Natsir (3) Menteri Penerangan, Syafruddin Prawiranegara (4) Menteri keuangan, Zainudin Rasad (5), Menteri Pertanian dan Persediaan), Mohammad Sjafei (6) Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, dan Agus Salim (7) sebagai Menteri Muda Luar Negeri serta AK Gani (8) Menteri Kemakmuran.

Di Kabinet Amir Syarifuddin I dan II, selain Agus Salim dan Gani, ada nama Tamzil (9), Menteri Muda Luar Negeri dan Syahbuddin Latief (10), Menteri Penerangan. Lalu pada  kabinet Hatta I dan II selain menjadi Wapres, Hatta juga menjadi Perdana Menteri (11).

Pada pemerintahan darurat yang dipimpin Syafrudin Prawiranegara, ada nama Sutan Muhammad Rasyid (12) sebagai Menteri Perburuhan dan Sosial. Di masa RIS, selain Hatta dan Syafrudin Prawiranegara ada nama Abu Hanifah (13) yang diangkat menjadi Mendikbud.

Pada kabinet berikut di era Demokrasi Parlementer, ada nama baru Abdul Halim (14) sebagai perdana menteri. Lalu kabinet Natsir ada, Assat (15) Mendagri, Bahder Johan (16) Mendikbud, selain nama Syafrudin Prawiranegara dan Abdul Halim. Pada kabinet Sukiman-Suwirjo ada nama M. Yamin (17) Menteri Kehakiman. Pada kabinet Wilopo ada nama Bahder Johan.

Di era kabinet Ali Sastroamijoyo I dan II, selain Gani dan M. Yamin, ada nama Hazzairin (18) Mendagri, Sutan Muchtar Abidin (19) Menteri Perburuhan, Sirajuddin Abbas (20) Menteri Kesejahteraan Umum, Eni Karim (21) Menteri Pertanian, Sabilah Rasjad (22) Menaker, Dahlan Ibrahim (23) dan Rusli Abdul Wahid (24) sebagai Menteri Negara. 
Pada kabinet Burhanuddin Harahap ada nama Syamsudin St. Makmur (25) selain Abdul Halim. Di kabinet Juanda, ada M. Nazir (26) Menteri Pelayaran dan Chairul Saleh (27)  Menteri Negara.

Di Era Demokrasi Terpimpin, nama Chairul Saleh selalu mendapat tempat, mulai kabinet Kerja I, II, III IV dan Dwikora I dan II. Ada juga M. Yamin. Di kabinet Dwikora III dan Ampera I, II ada nama Awaloeddin Jamin (28) Menaker dan Marzuki Yatim (29) Menteri Negara.

Di era Orde Baru, muncul nama Emil Salim (30) sebagai Menteri Negara Bidang Penyempurnaan dan Pembersihan Aparat Negara. Emil menjadi langganan menteri (kabinet  pembangunan I hingga V) dan lebih dikenal sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Pada kabinet Pembangunan III, muncul AR Soehoed (31) Menperin, Harun Zain (32), Menakertrans, Azwar Anas (33) Menhub dan Bustanul Arifin (34) Menmud urusan Koperasi.

Selanjutnya Syafruddin Baharsyah (35) Menteri Pertanian, Abdul Latif (36) Menaker, Tarmizi Taher (37) Menteri Agama, Syahrir Sabirin (38) Gubernur Bank Indonesia. Lalu  Alwi Dahlan (39) Menpen, Farid Anfasa Moeloek (40) Menteri Kesehatan.

Di Era Reformasi, muncul nama Fahmi Idris (41) Menaker, Hasan Basri Durin (42) Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, Zuhal (43) Menristek, Yusril Ihza Mahendra (44) Menkeh, Rizal Ramli (45), Menko Ekuin, Bachtiar Chamsyah (46), Mensos.

Lalu di kabinet Indonesia Bersatu II, ada nama Gamawan Fauzi (47) Mendagri, Patrialis Akbar (48) Menhukham, Tifatul Sembiring (49) Menkominfo, Linda Agum Gumelar  (50) Menteri Pemberdayaan Perempuan, Armida Alisjahbana (51), MenPPN/Kepala Bappenas, lalu Chatib Basri (52) Menteri Keuangan, M. Lufti (53) Menteri Perdagangan dan  Basrie Arief (54) Jaksa Agung.

Berikutnya, Fasli Djalal (55) Wamendiknas, Musliar Kasim (56) Wamendiknas , Dino Patti Djalal (57) Wamenlu dan Mahendra Siregar (58) Wamendag. Mahendra sama dengan Tifatul Sembiring, ayahnya suku Batak sedang ibunya Minang.

Di kabinet Kerja era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ada nama Andrinof Chaniago (59) MenPPN/Bappenas, Nila  Moeloek (60) Menkes dan saat reshuffle ada dua nama lagi Asman Abnur (61) MenPAN-RB dan Arcandra Tahar (62) sebagai Menteri ESDM.

Archandra sempat diberhentikan secara hormat sebagai Menteri ESDM, lalu dilantik kembali di kementerian itu sebagain Wamen mendampingi Iqnasius Jonan sebagai Menteri ESDM. Dan kini Arifin Tasrif adalah putra Minang ke-63 menjadi menteri.

Fakta di atas, memperlihatkan orang Minang selalu hadir di setiap kabinet di republik ini. Orang Minang sempat absen, saat Kabinet Pembangunan I yang dibentuk pada 6 Juni 1968. Saat reshuffle kabinet pada 11 September 1971 baru masuk orang Minang, Emil Salim sebagai Menteri Negara bidang Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara/Waka Bappenas.
Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved