PADANG, ANALISAKINI.ID -- Asap hitam tebal memayungi
langit selatan Padang sejak Ahad (18/5/2025) siang. Pabrik karet nan terbakar,
hampir tak bisa dipadamkan. Api baru berhenti menyala 17 jam kemudian.
Langit Lubuk Begalung kala itu tidak lagi menyimpan bintang. Malam
seperti kehilangan warna, digantikan merah saga yang menari-nari di atas atap
dua gudang karet milik PT. Teluk Luas. Api menyala sejak tengah hari Minggu,
dan hingga dini hari Senin, kobaran masih menolak tunduk.
Dalam kabut asap dan gelegar sirene, suara-suara teriakan bersahutan.
Bukan jerit panik, melainkan aba-aba penuh nyali dari petugas pemadam kebakaran
yang tak mengenal lelah. Mereka berjibaku dengan panas dan bara, menggempur si
jago merah dengan semangat lebih membara dari kobaran itu sendiri.
“Pukul lima pagi api berhasil padam total,” ujar Rinaldi, Kepala
Bidang Operasional dan Sarana Prasarana Dinas Pemadam Kebakaran Kota
Padang.
Namun, kemenangan itu tidak diraih dalam diam. Butuh 35 unit
armada dan sekitar 300 personel dari berbagai kota di Sumatra Barat, Pariaman,
Padang Pariaman, Solok, Bukittinggi, Payakumbuh, hingga Sawahlunto untuk
memadamkan lidah-lidah api yang terus menjilat isi gudang. Tidak hanya armada
pemerintah yang terlibat dalam memadamkan api, armada PT. Semen Padang dan
Pelindo ikut berjibaku.
Tak hanya pemadam kebakaran yang turun ke gelanggang. Di antara
suara mesin dan semburan air, berdiri kokoh petugas TNI, Polri, relawan PMI,
personel BPBD, hingga warga sekitar. Mereka bahu-membahu, tanpa upah, tanpa
pamrih. Malam itu, mereka tidak melihat perbedaan, hanya satu musuh yang mesti
dilawan, api yang terus menari liar.
Namun perjuangan itu tidak datang tanpa luka. Sebanyak sebelas
warga harus mengungsi, sementara dua ratus karyawan menyaksikan tempat mereka
mencari nafkah berubah jadi abu.
Warga yang berada di samping pabrik masih bisa melihat api
membesar di lokasi kejadian. Akibatnya warga panik dan berupaya mengeluarkan
barang-barang berharga yang ada di dalam rumah.
Pantauan di lapangan, ada sekitar lebih kurang sepuluh rumah yang
akan terdampak jika api tidak bisa dipadamkan. Petugas pemadam kebakaran
terlihat mulai menyebar fokus pemadaman ke area pemukiman warga.
Selain itu, terlihat armada kebakaran mulai masuk ke pemukiman
warga yang terdampak kebakaran. Sementara pemilik rumah hanya bisa pasrah duduk
di samping tumpukan barang berharga mereka.
"Khusus di rumah saya ini ada 3 kepala keluarga dengan total
10 orang. Belum tahu mengungsi kemana lagi," kata Rizky, seorang warga
yang rumahnya paling dekat kobaran api.
"Ini kami mau koordinasi dengan keluarga lain, pindah ke
rumah saudara bawa anak-anak," sambungnya.
Wati, warga lainnya yang terdampak juga tampak pasrah. Ia mengaku
awalnya api tidak sedekat ini dari rumahnya.
"Awalnya tidak sedekat ini, sekarang mulai mendekat ke rumah,
kami warga mulai ketakutan," ujarnya.
Rumah yang dihuni Wati, terdapat 1 kepala keluarga. Ia belum tahu
akan mengungsi kemana, sementara api belum padam.
"Kata orang kecamatan untuk antisipasi, rencana akan bangun
tenda darurat," imbuhnya.
Jelaga jatuh berderai di bawah asap hitam, menimpa atap warga,
halaman dan kepala penduduk. Bisa jadi, inilah kebakaran terlama yang pernah
terjadi di Padang.
“Asap terlihat dari Ladang Padi,” kata wartawan Singgalang yang sedang berada di sana.
“Tampak saja dari kantor,” kawan lain menambahkan saat ia berada
di gedung Singgalang, Jalan Veteran.
Seorang dosen berkata, “asap hitam pekat disebabkan sulfur yang
merupakan residu pada yang akan mengasilkan asap berwarna hitam ketika dibakar.
Karena residu sulfur yang terbakar dalam jumlah banyak, maka jelaga yang keluar
pun berwarna hitam pekat,” katanya.
Apapun itu, ternyata karet yang terbakar memang melelahkan,
apalagi pabrik karet.
Asap memang telah sirna, namun misteri masih membekas. Polisi
memasang garis kuning dan memulai olah tempat kejadian perkara. Tim Inafis dari
Polda Sumbar turun tangan, dibantu jajaran Polresta Padang. Hingga kini, belum
jelas dari mana api bermula. Hanya saksi-saksi yang kini disandarkan harapan,
agar jawaban segera didapat. (deri)